Benda Aestetik

1100 Words
Jam istirahat kali ini terasa lebih tenang, para pegawai menimkati makan siang bersama rekan kerja lainnya. Namun tidak begitu keadaannya dengan Nia dan Ratna, di siang hari yang tenang ini Nia harus mendengarkan semua keluh kesah Ratna mengenai pegawai baru di divisi mereka. Ratna memasukkan suapan soto ke dalam mulutnya walaupun ia tengah mengomel, Nia yang sudah terbiasa dengan sikap Ratna bila tengah emosi seperti ini. Nia akan membiarkan amarah Ratna meluap sampai ia tenang, setelahnya Nia akan mengajaknya bicara perlahan. “Kau lihat anak baru itu kerjanya kayak apa, Nia? Kesel banget aku masa dia maunya pulang duluan sebelum semua kerjaannya beres” gerutu Ratna. Nia meletakkan sate usus dan jeroan di mangkuk Ratna, “Masa ya kemarin dia malah melimpahkan semua sisa pekerjaannya padaku, mentang-mentang tuan Andre sendiri yang menunjuknya malah dia jadi seenaknya begini huh!” Nia tersenyum mendengar semua keluhan Ratna tanpa ujung ini, Nia tahu betul dua orang pegawai yang di tunjuk oleh Andre memiliki kemampuan di bidangnya dan tentu saja mereka termasuk orang-orang berkemampuan baik. Walaupun sikap mereka berdua sedikit menyebalkan namun Nia sama sekali tak ingin mempermasalahkannya, setiap manusia memiliki sifat yang berbeda dan Nia tak ingin menyalahkan semua orang di sekelilingnya tentang hal ini. Ratna menyendok nasi terakhir di mangkuknya, “Lihat aja ya bakal mampus kalian berhadapan denganku haha! Kalian salah kalo cari gara-gara denganku dasar, bakal ku buat kalian mneyesal udah bikin aku marah kali ini!” geram Ratna. “Biarkan aja mereka, nanti pak Andre pasti tahu sendiri gimana kinerja mereka disini” ucap Nia menenangkan Ratna. “Nggak nggak, nggak bisa begitu. Kita semua tahu tuan Andre lagi ada perjalanan bisnis ke luar negeri, kita bahkan nggak tahu sampai kapan beliau bakal pulang. Jadi sebelum beliau tahu kinerja dua orang yang di tunjuk itu, aku sendiri yang bakal kasih mereka pelajaran. Lagi pula aku nggak bakal meminta tuan Andre untuk menyelesaikan masalah sepele ini” sahut Ratna. “Kamu yakin? Kamu bakal kena masalah Ratna, sebaiknya kita beri surat terbuka untuk pak Henry saja dan biarkan beliau mengatasinya. Toh mereka berdua juga pegawai biasa sama seperti kita, lama-lama mereka bakal mengerti kok jadi jangan terlalu di ambil hati ya” saran Nia. “Hemm bener tapi sayangnya aku bukan manusia yang sabar menunggu, Nia” ujar Ratna berapi-api, namun sedetik kemudian wajahnya memerah. “Lagi pula Aku juga nggak bakal tega meminta Henry untuk mengatasi dua anak baru, beban kerjanya sudah banyak jadi aku nggak ingin menambahnya lagi hehe” gumam Ratna, ia memasukkan dua tusuk sate jeroan walaupun hatinya tengah berbunga-bunga. “Haha baiklah baik nona yang lagi jatuh cinta” goda Nia dan membuat Ratna makin tersipu. “Eh ya kamu bilang ada yang ingin kamu tanyakan, apa itu?” tanya Ratna, ia berusaha mengalihkan pembicaraan agar Nia tidak melulu menggodanya. Nia bergegas mengeluarkan sapu tangan yang ia simpan di dalam sakumya, Nia menyerahkan sapu tangan berwarna hitam legam itu pada Ratna. Gadis paling ceria di kantor itu sedikit terkejut melihat benda asing di tangannya, Ratna menatap heran pada Nia. “Hei dimana kamu dapat benda estetik ini?” tanya Ratna penasaran. “Kenapa?” tanya Nia balik. Ratna membuka lipatan sapu tangan dan menatapnya seksama, tak lama kemudian Ratna menerawang sapu tangan hitam itu dengan cermat. Ratna melongo tak percaya dengan penglihatannya, sedangkan hidung tajam Ratna mencium aroma semerbak dari sapu tangan itu. Nia terkejut bukan main ketika Ratna memegang kedua tangannya, “Ratna, ada apa? Kamu menemukan hal yang aneh?” tanya Nia gugup. “Jujur sama aku, dari mana kamu dapat benda bernilai ratusan juta ini?” tanya Ratna, ia melotot menatap mata Nia. “Hah ratusan juta? Sapu tangan itu?” tanya Nia kebingungan. Ratna mengangguk pelan, ia memperlihatkan bayangan bergambar logo desainer ternama dunia yaitu LV dan satu nama yang entah aku nggak tahu siapa pemiliknya” kata Ratna. Nia mengikuti instruksi Ratna dan menerawang sapu tangan berwarna hitam legam itu, memang benar mata Nia menangkap satu logo Louis Vuitton yang tersemat dan terlihat seperti bayangan dan satu lagi logo nama yang belum pernah ia lihat sebelumnya. “Kamu punya kenalan tajir yak? Ngaku aja nggak apa-apa lagi, udah biasa cewek cantik kayak kamu banyak di incar sama cowok kaya raya” tanya Ratna, ia menompang kepalanya dengan dua tangan dengan senyuman yang tak luntur. Nia menggeleng pelan, “Haha mana mungkin, ngaco ah kamu” jawab Nia sedikit gugup. “Seriusan? Aku yakin pemilik sapu tangan itu bukan orang biasa” ujar Ratna, senyuman miring menakutkan itu membuat Nia heran. “Hah masa?” Ratna mengangguk pelan, “Yup, aku yakin banget kenalanmu itu orang tajir. Nggak sembarang orang bisa custom sapu tangan merk terkenal dan di pake sendiri dengan nama sendiri, kau tahu betul kan harga fantastis brand terkenal dari Perancis itu?. Satu lagi, aku mencium aroma parfum Channel limited edition, parfum ini punya daya tarik tersendiri karena mereka hanya memproduksi sedikit dan antriannya sangat lama. Hemm kamu beruntung banget, Nia” ujar Ratna kesenangan. Nia memasukkan kembali sapu tangan yang katanya bernilai ratusan juta itu, ia tak pernah menyangka benda di tangannya ini bernilai sangat fantastis. Tak ayal Nia mengusap keringatnya yang terus jatuh tanpa peringatan, apa benar lelaki bermata indah itu memiliki semua keajaiban seperti yang di utarakan oleh Ratna? * Senja di ufuk barat mulai menampakkan diri, Nia beranjak bangkit dari kursi kerjanya dan bersiap untuk pulang. Gadis itu menatap jam dinding yang sudah menunjukkan angka lima, Nia bekerja lebih lama lagi hari ini karena deadline yang terus mengejarnya. ‘Aaah aku pulang telat lagi nih’ gumam Nia pelan. Gadis cantik itu memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan sesegera mungkin membersihkan meja kerja yang berantakan. Namun mata gadis cantik berambut hitam legam itu menatap intens pada sapu tangan berwarna hitam legam yang tergeletak di sebelah komputer. “Sudah lebih dari lima hari berlalu tapi aku belum melihatnya lagi, apa dia marah karena aku udah bicara aneh-aneh hari itu ya?” gumam Nia. Kerinduannya akan sosok yang selalu menemani Nia di setiap langkah kaki kembali pulang, tak sedikitpun lelaki itu berencana untuk melukai Nia. Malahan Nia sendiri yang datang untuk mendekatinya, bila mengingat hal memalukan itu ingin sekali Nia mencekik dirinya sendiri. “Aaah sudah jelas dia risih sama aku yang blak-blakan ini, mana ada cowok yang suka sama cewek agresif” gumam Nia. Gadis itu melangkah gontai menuju lantai pertama, ia berjalan pelan menuju halte bus seperti biasa. Namun Nia melihat halaman luas di depan kantor yang terbilang sudah sepi, Nia kembali melangkah menuju halte bus namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok lelaki yang tengah berdiri seakan menunggunya. “Akhirnya kamu muncul, gadis manis”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD