Permata yang Hilang

1100 Words
Apa yang ada di pikiran lelaki saat melihat kecantikan dalam diri seorang wanita? Apa karena wajah menawan yang selalu tertutup oleh riasan ataukah karena hati semata? Wanita memang tak bisa menebak dari mana datangnya rasa cinta seorang lelaki pada mereka, ketika di tanyapun mereka akan kebingungan sendiri menjawabnya. Namun tak banyak wanita tahu bahwa bukan hanya wajah saja yang menjadi daya tarik mereka, namun satu hal pasti yang selalu lelaki temukan dari sang pujaan hati dalam diri. Apakah itu benar? Hanya itu kalimat tanya yang selalu tersemat di dalam otaknya, Nia bertanya-tanya apa tujuan lelaki berpakaian hitam itu masih sering mengikutinya meskipun Nia mendengar banyak hal buruk mengenai Amanda, ia telah tertangkap pihak berwajib karena kasus obat terlarang. Namun lelaki berpakaian hitam dengan mata indah itu tetap mengikutinya selama berhari-hari, Nia mulai menurunkan kewaspadaannya pada sosok misterius ini. Keyakinan Nia kembali tertanam di dalam dirinya bahwa lelaki bermata indah itu tak pernah bermaksud untuk melukainya, lelaki itu tetap melakuka hal yang sama setiap hari, mengikuti Nia seakan melindunginya. ‘Apa yang kamu mau dariku?’ gumam Nia, ia melirik sosok lelaki yang biasa duduk di bus bersamanya namun hari ini Nia tak menemukan sosoknya dimanapun. Nia ingin sekali mengungkap keinginan lelaki itu darinya, ingin sekali Nia mengajaknya bicara berdua saja tanpa ada satupun orang yang tahu. Nia juga ingin berterima kasih tentang pertolongannya yang sangat berarti baginya, sampai saat ini Nia selalu merasa lebih aman saat pulang ke rumah. Nia berjalan pelan melewati komplek meuju rumah seperti biasanya namun sejenak ia memperhatikan jalan tetap ia tak menemukan sosok lelaki misterius yang ia cari. Nia sedikit menunduk pelan, ia ingin sekali bertemu dengannya walau hanya sebentar saja. Nia berbelok ke komplek terakhir sebelum ia sampai di komplek tempatnya tinggal, Nia sejenak menghirup aroma parfum yang amat sangat familiar di hidungnya. Jantung Nia sedikit berdetak lebih cepat melihat bayangan sosok lelaki yang ia cari berada sedikit lebih jauh darinya. ‘Itu dia’ gumam Nia pelan. Jantung Nia makin tak karuan senangnya melihat kehadiran lelaki bermata indah itu, lelaki itu selalu melakukan hal yang sama setiap mengikuti Nia, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket kulitnya sembari mengintai langkah kaki Nia. Tak ingin lagi membuang kesempatan emas ini, Nia berbelok ke arah jalan besar yang berlawanan dengan arah rumahnya. Lelaki itu sedikit menoleh ke arah tujuan Nia dan jalan pulang ke rumah, lelaki itu akhirnya mengikuti kemana Nia pergi. Gadis itu masuk ke dalam mini market yang berada di pinggiran jalan raya, ia mengambil mie instan dan membeli air mineral. Nia sengaja ingin makan malam mie instan kali ini karena ibunya tengah berada di rumah sakit untuk pengobatan rutin selama dua hari. Nia berjalan keluar lalu duduk di kursi dan meja di depan mini market, ia menikmati mie instan yang di beli dalam cup selagi masih panas. Sesekali matanya melirik lelaki itu masih mengikutinya, ia berjalan memilih barang di dalam mini market. Lamunannya buyar saat ia melihat layar ponsel bergetar karena panggilan dari ibunya, Nia buru-buru mengangkat panggilan sang ibunda tercinta. Lelaki bermata indah itu memperhatikan tingkah laku Nia yang bicara begitu bahagia dengan seseorang melalui sambungan telepon. ‘Nduk, kamu sudah pulang?’ tanya dari ibunya. “Sudah bu barusan Nia pulang” jawab Nia riang, senang rasanya bisa mendengar suara ibunya lagi. ‘Kamu sudah makan, nduk? Maaf ibu harus ninggal Nia nggak masakin apa-apa buat kamu’ sesal ibunta. “Nia sudah makan kok bu, Nia nggak apa-apa bisa masak sendiri di rumah hehe. Gimana pengobatannya?” jawab Nia, ia mengaduk-aduk mie instan yang jadi santapan makan malamnya. ‘Alhamdulillah lancar, nduk. Besok ibu sudah boleh pulang sama dokter’ "Nia jemput ya bu setelah kerja" ‘Boleh boleh, ibu tungguin Nia sampe pulang kerja ya’ Nia mnegangguk dan mengucapkan salam berpisah sebelum menutup sambungan teleponnya, ia melirik lelaki bermata indah itu tengah berada di dalam mini market. Nia tak sengaja melihat lelaki itu memegang es krim rasa stroberi di tangannya, lelaki itu duduk tenang di meja panjang khusus dengan kursi yang di sediakan di dalam mini market. Namun Nia tak melihat lelaki itu bergerak untuk memakannya, lelaki itu masih setia mengenakan topi dan masker hitam yang menempel erak di kepalanya. Nia kembali melihat ponselnya yang benar-benar sepi bagai kuburan, waktu masih menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit sebelum matahari tenggelam. “Gimana bisa dia makan es krimnya kalo dia pake masker terus?” gumam Nia pelan. Ia melahap mie instan yang mulai dingin, Nia menikmati setiap gigitan mie yang ia telan karena ia tak akan makan lagi sampai ia di rumah. Nia menghembuskan napas panjang karena hari ini ia tak bisa merasakan makanan yang biasa di hidangkan oleh ibunya. Nia kembali melirik lelaki bermata indah yang duduk tenang di dalam mini market, ia terkejut bukan main saat es krim di tangannya sudah habis tak tersisa. Mata Nia tak bisa beralih darinya namun lelaki itu seakan mengabaikan Nia, ia membuka maskernya tanpa sepengetahuan Nia. ‘Aaaah aku ketinggalan lihat mukanya tadi! begonya aku malah makan mie!’ gumam Nia sangat kesal. Namun ia tak ingin diam begitu saja kali ini, di hari yang sedang cerah ini Nia ingin melancarkan rencana yang sudah matang ia buat selama berhari-hari. Nia segera memakan habis semua mie yang ada di tangannya tanpa sisa, gadis itu mengemasi semua barangnya dan segera pulang. Nia kembali pulang dengan melewati jalanan yang lebih panjang dan jarang ia lewati, ia metahu lelaki itu tetap mengikutinya dalam jarak jauh. Dengan berbekal keberanian saja Nia ingin melakukan rencana tanpa ada kesalahan, ia tak ingin kehilangan kesempatan baik ini di kemudian hari. Tepat di tikungan yang berbelok lebih dalam Nia segera berjalan lebih cepat agar lelaki itu kehilangan jejaknya. Benar saja lelaki bermata indah itu berlariana kecil seakan mencari keberadaan Nia, jalanan mulai gelap saat matahari mulai tenggelam dan lelaki tadi kelihatan lebih bingung karena gang ini tertutup cahaya dengan minimnya lampu penerangan. Lelaki itu mencoba berjalan ke depan tanpa petunjuk apapun namun setelah beberapa detik ia berjalan, lelaki itu serasa terjebak di sebuah gang buntu. Ia melihat tumpukan kotak dan kardus yang terbuang, lelaki itu berbalik perlahan ke belakang tempat jalan dimana ia datang. Lelaki itu terdiam tak bergerak ketika melihat sosok gadis yang selalu berada di pikirannya berdiri tegak menatapnya tanpa takut. Gadis itu tersenyum ketika melihat sosoknya, sekali lagi tak ada ketakutan yang terlihat di wajahnya. Gadis itu berdiri terlihat begitu sopan seakan tengah berbicara dengan seseorang yang sangat penting di hidupnya. Senyum manis nan terpantul cahaya rembulan itu makin indah laksana bintang yang berkilauan menyinari malam, wajahnya yang lelah namun menawan itu tak pernah luntur menunjukkan pesonanya. Mata gadis itu tetap menyorot lelaki misterius bermata indah, seakan ia menemukan pertama yang hilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD