Seakan tak pernah berhenti di terpa angin, kini suasana di kantor Yudha kembali ramai bagai badai guntur. Baru beberapa waktu berlalu setelah kembalinya Cassandra bekerja kini ia di kabarkan kembali menghilang tanpa ada satupun orang tahu.
Nia menatap meja kerja Cassandra yang selalu rapi, gadis itu kembali menghilang tanpa adanya pemberitahuan dan menyebabkan posisinya harus di gantikan oleh Nia dan Ratna selaku rekan satu divisi, beban kerja mereka makin menambah setelah Ellaine mengumumkan Cassandra tengah cuti.
“Nia?” panggil Ratna pelan, “Kamu melamun lagi?”
“Kita nggak pernah tahu apa yang di sembunyikan oleh Cassandra, aku rasa dia terlalu tertutup dari kita semua” sahut Nia.
Ratna menepuk bahu Nia pelan, “Yang bisa kita lakukan sekarang hanya berdoa semoga Cass baik-baik saja, aku dengar banyak sekali simpang siur kalau dia punya koneksi besar di perusahaan ini. Mungkin dia juga salah satu orang seperti nona Ellaine atau semacamnya” sahut Ratna.
Gadis itu benar, mungkin saja Cassandra bukan orang biasa yang di pikirkan oleh orang lain. Ingatannya kembali di sore ketika Cassandra di jemput oleh tiga lelaki tak di kenal, mungkin saja ia memiliki peran penting di sini.
“Kalian datang pagi sekali” sapa Ellaine, di tangannya terdapat tumpukan pekerjaan membosankan untuk Ratna dan Nia.
“Hemm, karena salah satu di antara kami absen jadi kami harus bekerja ekstra untuk menggantikannya” ujar Nia tenang.
Raut wajah Ellaine sedikit berubah lebih serius, “Selama Cassandra absen, aku akan memberikan banyak pekerjaan untuk kalian. Jangan khawatir, aku akan ajukan rekrutan pegawai baru sementara untuk mengisi posisi Cassandra”
“Baik nona” jawab Ratna lemas.
Nia sudah menduga Ellaine tahu banyak sesuatu tentang keberadaan Cassandra, absennya ia secara misterius itu tertutup rapat dengan kabar Amalia menjalin hubungan khusus dengan Bryan. Kini Nia lebih waspada bila berhadapan dengan wanita ular itu, dia lebih berbahaya di bandingkan dengan orang lain.
Nia menatap tempat dimana Amalia atau yang ia tahu Amanda itu tengah berbincang ria dengan pegawai lain di tengah jam kerja, suara tawanya yang menggelegar itu terdengar seakan ia mengisyaratkan bahwa ia memenangkan sesuatu yang lebih besar.
“Hei, gadis manis”
Nia terbelalak kaget ketika Amanda tiba-tiba berdiri di depannya, “Nona Amalia?”
“Hemm, kamu bekerja keras banget ya akhir-akhir ini? Apa semua ini di karenakan teman imutmu itu yang sering absen tanpa sebab?”
Nia menelan ludahnya sendiri saja terasa sangat kesulitan, ‘Jangan terpancing, jangan sampai aku meledak di tempat ini, jangan sampai panik!’ ucap Nia dalam hati.
“Heeh, jadi benar ya? Aaah tuan Andre terlalu baik membiarkan pegawai nggak punya etika itu tetap bekerja disini, harusnya gadis nggak punya muka itu langsung di pecat aja sih. Kalian setuju denganku kan?”
Nia dan Ratna terpaku mendengar ucapan wanita di depannya ini, “Nah aku tahu tahu kalian punya jalan terbaik untuk menyelamatkan kantor ini, haha!” ujar Amalia tertawa lebar.
“Apa yang kau lakukan di divisiku?” gertak Ellaine di belakang Amalia.
Amalia menoleh ke arah dimana Ellaine berdiri, Nia dan Ratna menelan ludah makin ketakutan bila mereka kembali berdebat. Namun wajah Amalia yang ceria itu melunturkan ketakutan para pegawai, ia mengibaskan tangannya pelan.
“Eh ada nona besar, maaf nona aku ingin melihat apa pegawai di divisimu bekerja dengan baik. Kita semua tahu ada jamur parasit disini jadi aku sedikit khawatir, lihat aku sangat peduli sama pegawaimu kan?”
Ellaine tetap memasang wajah serius tanpa ingin berdebat dengan Amalia, “Sebaiknya kau pedulikan pegawaimu yang lebih banyak membuat masalah dengan para narasumber, dengan atau tanpa adanya Cassandra disini nggak akan mengubah profesionalitas pegawaiku”
“Oh oh baiklah nona besar” wanita itu mendekati Ellaine, “Kita lihat saja apa yang bisa kau lakukan setelah tahu apa yang di lakukan Bryan padanya, aaah aku senang bisa menyingkirkan dia dari hidup Bryan haha” bisik Amalia, sorot matanya memandang tajam Ellaine sebelum Amalia kembali ke ruangannya.
Kejadian beruntun yang menimpa orang-orang di sekitar Nia menjadikannya makin waspada, tak ada yang bisa menolongnya selain diri sendiri. Ia berusaha keras untuk melupakan semua peristiwa yang ia ketahui tanpa ingin terlibat lagi.
Bagi Nia berurusan dengan Amanda bukanlah hal yang baik mengingat di pernah mencelakakan Cassandra maupun menjebak Hendry dengan cara yang sangat mulus. Tak ayal ia memutuskan untuk sejenak berdiam diri sampai semua permasalahan menemukan titik terang.
Dalam beberapa hari setelah banyaknya ujian menimpa kantor ini, Amalia atau yang Nia tahu adalah Amanda mendadak menghilang bersamaan dengan menghilangnya Ellaine secara tiba-tiba. Nia tak sanggup menjawab semua pertanyaan di kepalanya sendiri, kepergian mereka tanpa pemberitahuan apapun padanya itu mendadak menjadi beban di pikiran Nia.
Walaupun atasan memberitahu kalau mereka bertiga tengah meminta cuti, dengan alasan kesehatan untuk Cassandra, perjalanan bisnis untuk Ellaine dan Amalia. Memang terlalu mendadak namun dengan menghilangnya mereka bertiga susunan pekerjaan menjadi sangat kacau.
Semua pekerjaan serasa di limpahkan pada Nia dan juga Ratna, keduanya merasa beban yang di pikul di pundak mereka terasa sangat berat. Tak ada satupun orang lain yang bisa menggantikan posisi Ellaine maupun Cassandra, semua tanggung jawab terasa di limpahkan pada mereka.
Ratna meneguk jus apel kemasan di tangannya, mata gadis itu memandang ke atas langit dimana burung-burung beterbangan tanpa memiliki beban sedikitpun, kepalanya bersandar di tembok tiang bangunan. Nia dan Ratna sedang memikirkan nasib mereka di jam istirahat ini, pemandangan di atas atap gedung terlihat begitu indah untuk dua gadis yang tengah gundah gulana.
“Entah sekarang kita harus menikmati makan siang atau meratapi nasib kita sebagai karyawan dengan segudang beban kerja” isak Ratna.
Nia duduk termenung di sebelah Ratna, tak bisa ia berkata apapun, “Mau gimana lagi? Jumlah pegawai di divisi kita memang nggak banyak, mau nggak mau beban kerja kita semua yang menanggung” ujarnya, Nia menatap bekal makan siang yang tak tersentuh.
Ratna memejamkan matanya sejenak, “Nona Ellaine dimana kau! Kami kesulitan tanpa anda, kenapa anda juga mogok kerja sih kayak Cassandra dan si wanita ular itu!” teriak Ratna, gadis yang terkenal sangat ceria itu meruntuhkan air matanya yang terpenjam salama berabad-abad.
“Buat apa aku nangis ha? Udah terlanjur basah semua pegawai disini nggak ada yang beres, huhu” tangisnya, Nia menghela napas panjang karena ia tergabung dalam karyawan terbuang.
“Nia ayo kita pergi juga, nggak ada gunanya kita tetap bertahan disini huhuhu. Kita juga lakukan protes besar sama pak Andre, kita melakukan segalanya dengan baik tapi semakin hari beban kita makin mencekik”
“Ratna tenanglah, aku yakin pak Andre punya rencana untuk kita agar nggak bekerja sendirian. Ayo hapus air matamu nanti pak Andre lihat loh”
“Ngapain juga? Lagian dia nggak pernah disini kok, walaupun pemilik sah perusahaan tuan Bryan dan meminta pak Andre menjalankan tapi mereka berdua nggak pernah sekalipun menampakkan diri disini, aku merasa jadi anak tiri huhuhu” teriak Ratna.
“Ehem”
Nia dan Ratna menoleh ke asal sumber suara, di dapati sosok yang mereka bicarakan tengah berdiri di belakang mereka. Andre menatap dua orang bawahan Ellaine yang tengah kesulitan, ia memperhatikan raut wajah Nia maupun Ratna.
Cara Andre memandangi mereka berdua membuat nyali Nia dan Ratna menciut seketika, mereka berdiri menghadap Andre yang terdiam tak bicara tak tersenyum sedikitpun. Ratna segera menghapus air matanya
“Maaf pak, kami hanya bercanda tadi. Kami nggak tahu kalo bapak ada di sini” ujar Ratna gugup, ia menggandeng Nia dan beranjak akan turun dari atap gedung.
“Mau kemana kalian?” tanya Andre, suaranya yang datar membuat bulu kuduk Nia dan Ratna berdiri.
“Pak Andre, maaf kami tidak tahu anda datang kemari. Saya dan Ratna akan segera turun untuk kembali bekerja” ujar Nia.
“Aku sengaja mencari kalian, jadi jangan menghindariku” kata Andre datar.
“Apa?” tanya Nia tak paham.
“Tuan mencari kami?” tanya Ratna, tiba-tiba matanya berbinar melihat wajah tampan Andre.
“Aku hanya ingin memberikan informasi pegawai baru yang ku rekrut sebagai pengganti Cassandra dan nona Ellaine, jadi kalian nggak perlu ikut mogok” kata Andre, ucapannya membuat wajah Ratna memerah karena malu.
“Baik pak, terima kasih banyak” ujar Nia sembari membungkukkan badan.
Andre segera kembali meninggalkan mereka berdua di atap gedung, Nia dan Ratna tak bisa berkata apapun lagi. Kehadiran Andre sebagai manusia paling misterius itu benar-benar tak bisa di prediksi oleh mereka, bahkan Ratna yang memiliki insting tajam saja tak bisa mendengar langkah kakinya.
“Setelah sekian lama, baru kali ini aku melihat tuan Andre dari dekat” gumam Ratna yang bisa di dengar oleh Nia dengan sangat jelas.
“Bukankah kita sudah sering melihat beliau?”
“Tapi nggak sedekat tadi, nggak ku sangka tuan Andre kelihatan ganteng banget hehe” ujar Ratna, ia berusaha mengingat kembali wajah rupawan Andre.
“Nggak heran banyak gadis yang suka sama beliau, lha memang wajahnya semulus itu hehe” ujar Ratna lagi.
Nia menepuk jidatnya saking aneh perilaku Ratna ini, ia segera kembali ke meja kerjanya dan menyelesaikan semua pekerjaan yang tertunda. Ia tak ingin mendengar ucapan aneh yang keluar dari mulut Ratna. Namun di sisi lain Nia akhirya bisa bernapas lega karena ia mendapatkan berita bagus akan kehadiran pegawai baru.