‘Apa yang harus aku lakukan?’ ucap Nia dalam hati.
Beberapa waktu berlalu setelah ia mengetahui siapa sosok di balik nama Amalia itu, Nia tak bisa berbuat banyak. Ia mendekap sendiri semu rahasia yang ia ketahui itu, ruangan Ellaine kini berbeda dengannya karena wanita cantik itu memiliki pangkat lebih tinggi darinya.
Nia menatap ruangan Ellaine yang tertutup rapat, walaupun Cassandra sudah aktif bekerja kembali namun semua itu tak membuat Nia setenang ini. Nia tetap waspada apapun yang terjadi, ia tak ingin satupun pegawai menjadi korban selanjutnya.
Beberapa waktu yang lalu bahkan Ellaine dengan tegas membongkar semua rahasia Amalia di depan Hendry, entah Ellaine sengaja atau tidak namun sepulang ia dari wawancara dengan nara sumber, Ellaine menyerang Amalia.
Nia yang bersembunyi di balik pintu tak mampu menggerakkan kakinya, baginya bertemu dengan penjahat yang menyamar di sekelilingnya bukanlah hal yang mudah. Bisa saja hari ini atau esok hari dialah target selanjutnya.
Pikiran Nia sangat tak bisa fokus, ia berusaha mengerjakan tugasnya yang tertunda selama dua hari akibat banyaknya jadwal menyusun naskah dan menyusun jadwal wawancara dengan narasumber. Tak di sangka Amalia atau yang Nia tahu bernama asli Amanda itu berjalan menuju ruangannya, sedikit namun pasti Amanda melirik meja dimana Cassandra, Nia dan Ratna duduk.
‘Jangan takut, anggap saja aku nggak pernah tahu apapun. Lagi pula aku yakin pak Henry sudah mengetahui dialah dalangnya, aku nggak akan kalah dengan wanita seperti itu’ ucap Nia dalam hati.
Bila di ingat kembali dalam beberapa waktu terakhir Amanda memang lebih tenang dan tak banyak bergerak, ia juga menjaga lisannya jauh dari sebelum Ellaine membongkar kedok dirinya secara terang-terangan.
“Nia Nia, denger deh” ujar Ratna, kalau nadanya begini biasanya Ratna punya bahan gosip hangat lagi.
“Ada apa?”
“Kamu udah denger nggak kalo tuan Bryan punya hubungan khusus sama Amalia”
Deg! Jantung Nia serasa berhenti berdetak lagi, ia tak menyangka diam-diam Amanda tengah mempersiapkan scenario sejauh ini untuk mendekati Bryan. Langkah yang ia buat sangat mulus bahkan sampai tak di ketahui olehnya, Nia menatap ruangan Ellaine yang nampak tetap tenang.
“Kau tahu berita ini darimana?” tanya Nia penasaran, rasanya tak bisa ia berdiam diri melihat Ellaine berjuang sendiri menghadapi Amanda.
“Nabila dan orang-orang wartawan yang bilang, mereka dapat foto waktu tuan Bryan dan Amalia lagi cup cup” bisik Ratna.
‘Astaga, semuanya sudah terlambat!’ ucap Nia dalam hati.
Nia memasang wajah cantik dengan senyumannya yang menawan hati, “Aku nggak tahu soal ini, sebaiknya kita fokus sama kerjaan aja dari pada membicarakan hubungan asmara orang lain” sahut Nia.
“Yee Nia ah, ini lagi anget banget loh di bahas di kantor. Kamu belum pernah ketemu sama tuan Bryan ya? orangnya tinggi cakep banget khas wajah bule, hehe”
“Yup aku sudah sering melihatnya di majalah khusus bisnis, beliau punya fitur wajah idaman cewek Indo sih” jawab Nia, matanya kembali fokus pada layar computer.
“Cass, kamu sudah denger berita soal ini nggak? Para wartawan nggak berani kasih lihat sih ke media, haha bunuh diri kalo kita sampe gosipin bos sendiri” ujar Ratna.
Cassandra menatap Nia dan Ratna dengan wajah begitu sendu yang tak dapat di artikan, “Aku sudah dengar sejak pagi tadi dari Nabila dan yang lain, aku permisi ke toilet sebentar”
Nia dan Ratna saling berpandangan, “Dia sakit lagi ya?” tanya Ratna.
Nia menaikkan bahunya pelan, “Nggak tahu, wajah Cass bakal pucat kalo lagi sakit”
Ratna melihat arah Cassandra pergi, gadis itu terlihat lebih banyak diam hari ini di bandingkan sebelumnya. Nia pun merasakan hal yang sama, sejak kembali dari kepergiannya yang mendadak itu Cassandra jauh lebih diam dan banyak mengasingkan diri.
Banyak sekali kejadian tak terduga yang ada di dalam kantor ini sejak kedatangan Ellaine dan Cassandra, semuanya tersangkut paut bahkan dengan adanya Amanda yang menyamar menjadi Amalia. Nia berpikir ia tengah berada di tengah-tengah tokoh antagonis dan protagonist, bahkan bisa di katakan Nia berperan sebagai tokoh pembantu paling ikonik.
“Segala yang terjadi selama satu bulan ini kayak film aja deh, aku nggak bisa bayangin apa yang terjadi beberapa hari ke depan lagi” gumam Nia.
Dalam perjalanan pulang kali ini kembali Nia di kejutkan dengan sosok Cassandra yang tengah berada di samping kanan gedung kantor, ia tengah sendirian berdiri tanpa melakukan apapun. Nia sedikit penasaran dengan apa yang Cassandra lakukan di sana, namun tak lama seorang lelaki berperawakan tinggi dan berbedan besar menghampirinya.
Lelaki itu menuntun Cassandra masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam, di dalam mobil terlihat seorang berperawakan seperti lelaki tengah duduk di kursi penumpang lalu Cassandra di minta duduk di sampingnya.
“Siapa lelaki itu?” gumam Nia penasaran.
Tak terlihat wajah dan bentuk rupa lelaki disana namun Cassandra dengan tenang memasuki mobil berisi tiga orang lelaki berbadan besar. Mobil itu makin menjauh dari pandangan Nia, satu lagi rahasia tak terpecahkan yang ia temukan di kantor ini.
“Apa Cassandra lagi menjalin hubungan sama konglomerat tanpa ketahuan ya?” gumam Nia.
Ia tak ingin memikirkannya lagi, Nia hendak berjalan menuju halte namun kembali pandangan matanya tak sengaja menangkap sosok lelaki berpakaian serba hitam muncul di seberang jalan. Lelaki sama yang memiliki mata indah bagai kilau mutiara, lelaki itu berdiri diam menatap lurus pada Nia.
“Aku tahu kamu nggak akan menyakiti aku” gumam Nia.
Nia mulai perjalanan kembali pulang ke rumah dengan santai, di ikuti oleh lelaki berpakaian serba hitam legam itu. Sampai di kompleknya Nia tetap berjalan santai walau ia tahu betul lelaki itu masih mengikutinya dalam jarak lebih dari tiga meter jauhnya.
Tiba-tiba Nia tersenyum saat langkah kakinya akan menginjak halaman rumahnya, ia melihat ke belakang tempat lelaki misterius itu berada. Namun Nia tak meliatnya lagi, lelaki tadi menghilang entah kemana.
“Terima kasih sudah mengantarku pulang dengan selamat” gumam Nia, iaa menutup pintu pagar kayu berwarna putih setinggi lutut orang dewasa.
Nia menatap keluar jendela dimana ia biasa tak sengaja melihat lelaki berpakaian hitam dengan mata indah itu mengintainya dari luar, Nia merasa bahwa lelaki itu tidak berniat untuk melukainya namun ia berniat untuk melindungi Nia.
“Sebenarnya siapa kamu, kenapa kau begitu misterius datang dan pergi?” gumamnya pelan.
Namun kembali Nia teringat akan rentetan peristiwa yang terjadi selama ini, Nia ingat bahwa Amanda tengah gencar bergerak dengan rencananya yang amat brilian. Nia segera menutup jendela dan pintunya rapat-rapat, tubuhnya gemetaran hebat saat mengingat semua yang di lakukan oleh Amanda pada Cassandra.
“Lelaki itu.. apa dia komplotan Amalia? apa dia yang di tugaskan untuk mengincarku?” gumam Nia sendiri.
Nia mengingat semua peringatan yang di berikan oleh Amanda, meskipun belum pasti namun Nia tak ingin terbuai hanya karena lelaki itu selalu menemaninya pulang.