Chapter 2

770 Words
Selamat membaca Saat berjalan-jalan di mall. Sena dan teman-temannya tidak sengaja melihat Febri dan Risa di toko perhiasan. "Eh girls! tunggu dulu!" ucap Dela tiba-tiba. Refleks mereka langsung berhenti. "Apa sih Del?" Tanya Indri. "Sen, itu bukannya saudara tiri Lo sama Febri ya?" Tanya Dela memastikan. Semua langsung menoleh ke arah yang di tunjuk Dela. Sena tersenyum sinis. Sebenarnya Sena tidak mencintai Febri. Ia menerima Febri sebagai kekasihnya hanya untuk pelampiasan saja. Ia juga tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dengan Febri. Saat Febri ingin menciumnya Sena selalu menolak. Karena ia tau kalau Febri itu playboy, jadi ia tidak pernah serius dengan Febri. Sena menyayangi Febri karena kekasihnya itu sangat baik dengannya, tapi hanya sebatas itu. Selebihnya ia lebih sering mengabaikan Febri, jadi wajar saja jika misalnya Febri selingkuh darinya. Ia bisa menerima jika memang Febri yang mengejar wanita lain, tapi kenyataannya adalah Risa sendiri yang diam-diam menggoda Febri. Sena pernah memergoki Febri dan Risa sedang berciuman di ruang tamu saat ia pulang latihan, tapi ia pura-pura tidak tau. Karena itu, ia semakin bersikap dingin dengan Febri. Sena sama sekali tidak peduli, tapi yang ia tidak habis pikir adalah Risa yang selalu baik dengannya ternyata menusuknya dari belakang. "Bener-bener tuh si Risa! Harus gue kasih pelajaran dia!" ucap Kiki emosi dan berjalan ingin menghampiri Risa. Tapi tangannya di cekal Sena. "Santai Ki, kita pakai cara halus aja," ucap Sena tersenyum miring. "Halus, tapi mematikan," lanjut Sena lagi. Mereka semua menyeringai karena sudah tau apa maksud ucapan Sena itu. Mereka langsung menghampiri Febri dan Risa. Sena berdehem. Febri dan Risa menoleh. Mereka terlihat sangat terkejut saat melihat Sena dan teman-temannya ada di belakang mereka. "Hay," sapa Sena tersenyum, senyuman yang terlihat menyeramkan di mata Febri. "Sen, ka__mu ngapain di sini?" Tanya Febri terbata-bata. "Bukannya aku yang harusnya nanya?! Kalian ngapain berduaan di mall?!" Tanya Sena sinis. Teman-temannya Sena melirik tajam ke arah Risa. "Oh iya! Aku... Minta kak Febri nemenin aku buat beli perhiasan," jawab Risa gugup. "Kenapa harus Febri?! Nggak punya temen lain selain minta tolong sama pacar orang?! Hah?!" Tanya Sena dengan nada sedikit tinggi. Risa terdiam. Ia tidak tau harus menjawab apa? Ia tidak mungkin bilang jika Febri adalah kekasihnya juga. Risa sangat mencintai Febri karena itu ia rela jadi selingkuhannya Febri. Walaupun ia juga harus mengkhianati Sena. "Yahhh! Aku nggak peduli juga sih. Silahkan bersenang-senang, maaf udah menganggu moment romantis  kalian berdua!" ucap Sena dengan nada menyindir dan langsung pergi meninggalkan Febri dan Risa. Sedangkan teman-temanya tersenyum sinis ke arah dua orang yang saat ini sama-sama terkejut. Sebenarnya Febri mencintai Sena, tapi ia juga mencintai Risa. Saat melihat sikap Sena yang tidak peduli dengannya, sungguh itu membuat hatinya terasa sakit. Apa kamu memang tidak mencintaiku Sena? Batin Febri sedih. Sena selalu dingin dengannya. Karena itu, Febri lebih memilih Risa yang peduli dan perhatian daripada Sena yang berhati dingin dan cuek. "Maafin sikap Sena barusan ya," ucap Febri pelan. Risa tersenyum lembut. "Nggak apa-apa kok." "Kamu nggak nusul Sena aja?" tanya Risa. "Nggak usah, dia juga udah sama teman-temannya," ucap Febri cuek, walaupun sebenarnya ia ingin sekali mengejar Sena. "Aku tau kamu khawatir dengannya. Nggak apa-apa aku nanti bisa pulang sendiri kok naik taksi." "Kamu yakin?" Tanya Febri ragu. Risa mengangguk. "Udah sana, keburu Sena pergi." "Ya udah, kamu hati-hati ya," ucap Febri lembut dan mencium bibir Risa cepat. Risa sebenarnya tidak rela jika Febri mengejar Sena. Seharusnya dari awal ia tidak pernah mendekati Febri, jadi rasa ini tidak akan semakin besar. ***** Saat di dalam taksi Risa sebenarnya risih, karena sopir taksi selalu melihatnya lewat kaca yang ada di dalam mobil. Risa tidak sadar jika ini bukanlah jalan menuju rumahnya. Tiba-tiba taksinya berhenti. "Loh?! Pak kenapa berhenti?" Tanya Risa terkejut. "Mesinnya mati, Neng," jawab bapak itu dengan senyuman yang sulit diartikan. Risa sudah was-was, ia merasa ada yang tidak beres dengan supir taksi itu. "Ya udah, saya pesan taksi lain aja," ucap Risa sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya. Tapi langsung di rebut oleh sopir taksi. "Bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu sayang," ucap bapak itu menyeringai. "Ma__ksud Ba__pak apa?!" Tanya Risa terbata-bata karena ketakutan. Tiba-tiba sopir taksi itu langsung mencium bibir Risa ganas dan merobek baju ketat yang di pakai Risa. Dia menyeringai saat melihat tubuh mulus Risa. Tanpa membuang-buang waktu lagi, dia langsung menjilat seluruh tubuh Risa dan memasukkan miliknya kasar ke dalam milik Risa. Risa sudah menangis histeris. Ia mencoba memberontak, tapi tenaganya tidak sanggup melawan tenaga sopir taksi itu. "Arggghh! sa__kit!" "Nikmati saja sayang," ucapnya tersenyum miring. Risa terus berteriak minta tolong. "Tolong!!!!!" Teriak Risa kencang. Bapak itu tertawa jahat. "Teriak lah sesuka mu, karena tidak akan ada yang mendengar mu." Tentu saja tidak ada yang mendengar teriakkan Risa karena saat ini mereka berada di jalan tikus yang sangat sepi dan jarang di lewati oleh orang-orang. Dia melakukan itu berkali-kali secara membabi buta, tanpa mempedulikan rintihan Risa yang merasa kesakitan. Setelah selesai melakukannya dia langsung pergi begitu saja dan meninggalkan Risa yang saat ini menangis histeris dan terus berteriak seperti orang gila. TBC. Jangan lupa Votment ya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD