Guru, Inspektur Dadakan

1126 Words
Hari ini sekolah terasa beda. Bukan karena ada ulangan, bukan karena jam olahraga, tapi karena telur asin. Usrox dan Paijo datang ke sekolah dengan kepala tegak dan tas berat. Hari ini mereka bawa dua dus penuh telur asin, lengkap dengan kerupuk bonus dan undian bibit bebek edisi terbatas. “Jo,” bisik Usrox sambil nenteng dus. “Hari ini kita targetin seribu!” Paijo angguk penuh khidmat. “Siap. Kalau perlu, jualan sampe pulang maghrib!” Tapi baru saja mereka meletakkan dus di pojok kantin, sesuatu yang aneh terjadi. Satu per satu guru mulai berdatangan. Bukan cuma guru biasa. Ada Bu Yeni dari Bahasa Indonesia, Pak Haris dari Matematika, Bu Yani dari BK, bahkan Pak Kusno— wakil kepala sekolah yang biasanya serius banget— ikut nongol di pinggir kantin. Mereka berdiri di barisan, saling bisik-bisik sambil lirak-lirik ke meja jualan Usrox dan Paijo. Suasananya mendadak kayak inspeksi dadakan dari dinas perdagangan. Paijo panik kecil. “Srox, ini kenapa banyak guru ngumpul? Jangan-jangan ada penggerebekan.” Usrox nelen ludah. “Bisa jadi, apa kita jualan tanpa izin resmi?” Sebelum mereka sempat kabur, Bu Yeni maju paling depan. “Selamat pagi, pengusaha muda!” sapa Bu Yeni dengan senyum manis. Usrox dan Paijo saling pandang. “Selamat pagi, Bu.” jawab mereka hati-hati. Bu Yeni melirik dus telur, lalu mengambil satu dan memeriksa seperti sedang menilai tugas prakarya. “Dikemas dengan baik, ada label, ada bonus. Hmm— boleh dicicip?” Paijo buru-buru sobek plastik telur dan sodorin. “Silakan, Bu! Bebeknya dipijat tiap malam, Bu, biar telurnya adem dan nggak stres.” Bu Yeni ngakak kecil. “Lucu kamu, Jo. Oke, saya beli dua.” Usrox dan Paijo heboh pelan. “Makasih, Bu!” Tapi belum selesai transaksi, Pak Haris maju. “Ini, katanya jualan sehat ya? Coba saya cek nutrisinya.” Dia buka HP, pura-pura nyari data nutrisi telur asin. “Makan ini bisa bikin pintar Matematika nggak?” Usrox nekat jawab, “Bisa banget, Pak! Karena tinggi protein! Otaknya langsung ON!” Pak Haris ketawa sambil beli tiga butir. Giliran Bu Yani dari BK. Dia sodorin dompet, tapi matanya menyipit curiga. “Ini anak-anak sudah izin belum ke sekolah? Jangan sampai ada pajak yang belum dibayar, ya.” Paijo langsung kaku. “Pajak, Bu?” Bu Yani nyengir. “Maksud saya pajak senyum. Setiap jualan harus kasih senyum, ya?” Mereka tertawa. Tapi kemudian— Muncullah Pak Kusno. Senyumnya tipis. Jalan pelan. Sorot matanya tajam. Semua guru mendadak minggir, kayak ada bos besar datang. Paijo langsung berbisik, “Srox, tamat riwayat kita.” Pak Kusno berdiri tepat di depan mereka. Matanya menyapu dus telur, brosur promo, dan tulisan “BEBEK BAHAGIA, ANDA JUGA!” Dia mendekat, lalu ambil satu telur. Diperhatikan. Dibalik. Diciu— eh, dicium. “Siapa yang bikin ini?” Usrox dan Paijo angkat tangan barengan. “Kami, Pak.” Pak Kusno mengangguk pelan. “Saya mau tanya, ini bebeknya bahagia beneran?” Mereka bengong. “Eh, iya, Pak. Dipelihara dengan cinta kasih. Dikasih rumput segar. Diputar lagu dangdut tiap sore.” Pak Kusno diam sebentar. Lalu, Dia ngakak! “Bagus! Kreatif! Anak zaman sekarang harus kayak kalian! Bukan cuma main HP, tapi juga mikir usaha!” Usrox dan Paijo langsung lemes lega. “Tapi,” lanjut Pak Kusno. Mereka langsung tegak lagi. “Tapi mulai minggu depan, kalian wajib lapor ke sekolah. Supaya bisa kita arahkan. Bikin booth khusus, jangan ganggu kantin. Dan, mungkin kita bisa kolaborasi!” Usrox melongo. “Kolaborasi gimana, Pak?” Pak Kusno melirik Bu Yeni. “Misalnya, telur asin ini dijadikan tugas prakarya. Atau proyek kewirausahaan!” Paijo nyaris loncat kegirangan. “Wah, nilai dapat, duit dapat, mimpi dapat!” Guru-guru lain setuju. Bahkan Bu Yeni langsung usul, “Bagaimana kalau kita bikin lomba branding telur asin? Nanti anak-anak lain ikut juga!” Usrox dan Paijo hampir nangis bahagia. Hari itu, mereka bukan cuma laku keras— tapi juga dapat legalitas dari guru-guru. Bahkan mungkin promosi gratis se-sekolah! Setelah para guru bubar, Usrox dan Paijo duduk di pojokan kantin. Dus tinggal separuh. Uang di kantong nambah. Hati? Lega banget. Paijo nelen telur sambil mikir keras. “Srox, kita udah sampe mana sih sekarang?” Usrox ngelap keringat. “Kita sudah naik level, Jo. Dari tukang telur jadi CEO!” Mereka saling tos. Dan di kejauhan— seekor bebek dari rumah yang nyasar ke sekolah tiba-tiba muncul dan lewat begitu saja. Anak-anak teriak, “Itu Bebek Elsa! Bebek Elsa!” Bebek Elsa, si superstar peternakan, ternyata benar-benar kabur dari kandang. Dia melenggang santai di tengah halaman sekolah seolah-olah sedang melakukan catwalk di atas karpet merah. Anak-anak histeris. Ada yang lari ketakutan, ada yang malah ngikutin sambil ngerekam pakai HP. “Srox! Itu Elsa, sumpah demi bebek, itu Elsa!” Paijo panik. Usrox sudah lebih dulu lari sambil buka kardus kosong, siap jadi pawang dadakan. “Elsaaa sayang— sini nak, sini— jangan bikin malu di depan Bu Yeni yaaa—” Elsa? Tidak peduli. Dia malah mampir ke kolam sekolah dan nyemplung dengan gaya bebas. Cipratan airnya mengenai sepatu Pak Kusno. Pak Kusno melotot. Tapi, cuma sedetik— karena kemudian beliau malah ngakak. “Wah, berarti ini beneran bebek bahagia, bisa berenang bebas di sekolah!” Bu Yani nyamber, “Mungkin Elsa stres karena kebanyakan dengerin lagu dangdut, ya?” Guru-guru ketawa. Usrox dan Paijo cuma bisa nyengir sambil pelan-pelan ngepung Elsa. Anak-anak mulai bersorak, “Tangkap! Tangkap!” Sudah kayak pertandingan final sepak bola. Paijo ambil sapu dari kantin buat jadi alat pengarah. Usrox ngumpetin kerupuk di tangan buat umpan. Mereka bergerak kayak tim SWAT. “Sini, Elsa— ayo, demi masa depan—” Elsa berhenti sebentar. Lirik ke kerupuk. Lalu, maju pelan-pelan. Dan saat jaraknya tinggal satu meter— BRUK!! Elsa loncat ke arah Paijo dan berhasil kabur ke arah lapangan upacara. Semua murid ketawa sampai guling-guling. Tapi akhirnya, setelah pengepungan tingkat tinggi dan godaan tiga kerupuk dan satu telur asin, Elsa berhasil ditangkap. Dengan bangga, Usrox menggendong Elsa kembali ke kelas, kayak bawa piala. “Saya izin ya, Pak, mau pulangin artis utama kami,” kata Usrox ke Pak Kusno. Pak Kusno angguk. “Jangan lupa kasih Elsa piagam penghargaan. Bikin heboh satu sekolah hari ini.” *** Sore ini, saat mereka pulang, bebek Elsa sudah kembali ke kandang. Usrox dan Paijo duduk di pinggir pagar, lelah tapi puas. “Hari ini gila,” gumam Usrox. “Banget,” jawab Paijo. “Tapi kita berhasil. Kita survive dari inspeksi, dari bebek kabur, bahkan dari tatapan Bu Yani.” Usrox mengangguk, lalu lirih berkata, “Tapi kita belum selesai, Jo. Kita harus mikirin satu hal penting.” Paijo menoleh penasaran. “Apa tuh?” “Gimana caranya menambah produksi telur tanpa bikin bebek-bebek makin stres.” Mereka saling pandang. Babak baru dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD