Strategi Marketing Gila-Gilaan

1060 Words
Pagi itu, Usrox duduk di beranda rumah sambil menatap bebek-bebek yang sibuk berkotek dan main kejar-kejaran. Di sampingnya, Paijo bawa papan tulis kecil dan spidol. “Jo, kita butuh gebrakan,” kata Usrox sambil menggigit roti. Paijo manggut serius. “Iya. Kita harus tampil beda. Telur asin doang mah banyak yang jual. Tapi, telur asin plus hiburan? Nah itu baru unik!” Usrox duduk tegak. “Kita bikin promo gila-gilaan. Tapi bukan promo biasa. Yang bisa bikin orang heboh, ketawa, dan ingat kita!” Paijo langsung nulis di papan: IDE PROMO KONYOL TAPI MUNGKIN MENGUNTUNGKAN 1. Beli 1 Telur Asin, Gratis 1 Candaan Receh 2. Kupon Berhadiah: “Selfie Bareng Bebek Elsa” 3. Promo Baper: “Beli 3 Telur, Dapat Kata-Kata Manis dari Paijo” 4. Mystery Egg: “Telur Berhadiah Kripik atau Kerupuk!” 5. Ucapan Motivasi di Setiap Plastik Telur 6. Challenge “Makan Telur Tanpa Nasi, Menangin Topi Bebek” Usrox ngakak. “Jo, kamu serius banget nulis yang nomor 3?” “Loh, siapa tahu ada yang kesepian, Srox. Kata-kata manis itu penting buat kesehatan mental,” bela Paijo. Keesokan harinya mereka mulai aksi. Di meja kantin, mereka pasang spanduk kertas bertuliskan besar: “BEBEK BAHAGIA EDISI PROMO: Beli Telur, Pulang Bawa Cerita!” Setiap pembeli dikasih selembar kartu kecil. Isinya? Candaan receh, quotes semangat, atau potongan lirik lagu galau. Contoh: “Telur ini mungkin asin, tapi hidupmu bisa tetap manis.” “Bebek aja punya tujuan, masa kamu nggak?” “Kenapa bebek nggak ikut lomba? Karena dia takut dikandangin perasaan.” Anak-anak sekolah ketawa-ketiwi setiap dapet kartu. “Eh Srox, gue dapet yang ini!” teriak salah satu temen. Dia baca keras-keras: “Kalau kamu ngerasa digantungin, ingatlah bebek pun bertelur tanpa harapan!” Semua ketawa. Bahkan si tukang cilok yang dulu saingan mereka, ikut beli cuma buat koleksi kartu receh. Sementara itu, promo “Selfie Bareng Elsa” juga meledak. Mereka bikin booth kecil di dekat tempat cuci tangan. Si Elsa ditaruh di kandang mini, dikasih pita pink di leher. Syarat selfie? Beli minimal dua telur, lalu antre. Satu per satu anak-anak ngantri, ada yang gaya peace, ada yang pura-pura peluk Elsa, bahkan ada yang bikin caption— #Aku dan mantan, edisi bulu-bulu halus. Paijo sibuk jadi fotografer. Usrox jadi MC dadakan. “Hari ini spesial! Yang selfie sambil gaya cium bebek, dapet kerupuk ekstra!” Pak Kusno lewat dan cuma bisa geleng-geleng kepala. “Kalian makin kreatif dan makin aneh.” Tapi bukan Usrox dan Paijo namanya kalau nggak totalitas. Mereka juga mulai program “Paijo’s Daily Motivation” di mading sekolah. Tiap hari, Paijo nempel kata-kata semangat yang dia tulis sendiri dengan spidol warna-warni. Contoh: “Kalau kamu jatuh, ingat bebek pun pernah terjungkal dari kandang.” “Cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit. Tapi telur mentah di kantong celana, lebih sakit lagi.” Anak-anak mulai nunggu tiap pagi buat baca tulisan baru. Bahkan Bu Yeni pernah bilang, “Motivasi kamu lebih kuat dari kopi, Jo.” Menjelang akhir minggu, omzet naik dua kali lipat. Anak-anak makin hafal slogan mereka: “Telur boleh asin, tapi senyummu jangan.” Usrox dan Paijo ngetem di warung depan sekolah sambil hitung uang. “Srox ini beneran gila ya. Kita jualan telur, tapi yang laku malah lawakannya.” Usrox senyum. “Nggak masalah. Yang penting kita bikin orang ketawa dan bebek tetap bertelur.” Mereka saling tos. Di kejauhan, Elsa bersin. Mungkin kedinginan, mungkin juga protes karena kebanyakan selfie. *** Sore hari, selepas jualan, Usrox dan Paijo kembali ke rumah sambil bawa uang recehan se-plastik penuh. Wajah mereka sumringah, keringatan, dan lengket kena saus dari cilok tukeran tadi siang. “Srox, ini uang kita hari ini!” Paijo tuang recehan ke meja kayu di depan kandang. Suara koin muncrat seperti hujan. “Dua ratus sembilan puluh tiga ribu delapan ratus perak. Plus tiga koin lima ratusan bolong!” Usrox langsung duduk selonjoran, nyengir lebar. “Berarti kita bisa beli pakan bebek, dan cilok sepuluh tusuk buat merayakan!” Paijo nyaut cepat, “Dan minuman teh manis! Yang pake es! Hidup jangan terlalu pahit, Srox!” Mereka tertawa. Tapi tawanya langsung terhenti waktu terdengar suara “wek-wek-wek” super keras dari arah kandang. Ternyata Elsa berdiri di atas baskom air dan menatap tajam ke arah mereka. “Srox—” bisik Paijo, “Elsa kayaknya minta royalti.” Usrox berdiri dan menghampiri Elsa dengan pelan, seolah mendekati artis yang habis pulang manggung. “Elsa sayang, kamu kan bagian dari tim. Kamu bintang kita. Tapi ingat kita lagi susah. Gaji kamu dalam bentuk pelukan dan potongan kulit semangka, ya?” Elsa menoleh. Dan pipis. Langsung di atas sandal Paijo. “Anggep itu tanda tangan,” kata Paijo pasrah, menatap sendalnya yang resmi jadi korban. Malamnya, mereka menggelar rapat darurat kecil di dapur. Ada papan tulis mini, grafik omzet digambar pake spidol, dan daftar ide promosi aneh level lanjut. “Jo, kita harus mikir lebih besar. Hari ini sekolah, besok bisa warung depan, lusa bisa online!” Paijo semangat. “Kita bikin akun medsos! Bebek Bahagia harus go digital!” Usrox langsung ngangguk-ngangguk. “Nama akunnya @bebekbahagia.id. Bio-nya: Telur boleh asin, tapi senyum harus manis.” Mereka duduk di depan HP bekas Usrox, pasang foto Elsa yang paling kece— waktu dia pake pita pink dan ketiduran di atas ember. Paijo belajar edit foto. Dikasih filter glowing. Ditambah tulisan: “Siap goyang lidahmu #TelurAsinElsa” Mereka posting. Lalu duduk menunggu. Refresh. Refresh. Refresh. Satu menit… dua menit… “LIKE PERTAMA!” teriak Paijo. Usrox melihat. “Itu akun kamu sendiri, Jo!” “Oh iya—” Paijo cengar-cengir. Tapi malam itu, keajaiban kecil terjadi. Seseorang repost foto mereka di story. Lalu akun kelas ikut repost. Lalu akun OSIS. Lalu akun Bu Yeni yang caption-nya: “Anak-anak jaman sekarang, jualan sambil ngelucu. Hebat juga.” Komen mulai masuk: “Lucu banget si Elsa!” “Kapan bisa order, pengen coba telur bebek bahagia!” “Selfie bareng Elsa dong, dijual nggak?” Mereka saling pandang, mata membulat. Usrox bisik, “Jo, kita kayaknya siap buat langkah selanjutnya—” Paijo angguk pelan. “Kita harus bikin Elsa jadi selebgram bebek.” Mereka menatap Elsa yang lagi ngupil pake kaki. Bintang mereka. Harapan masa depan. Dan tanpa mereka sadari, dari kejauhan, seekor bebek lain mengintip iri dari balik kandang. Si Blorok. Saingan alami Elsa. Drama baru siap dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD