Bab 11

1904 Words
Shafir masuk kedalam bersama dengan Black Jerico. Yang pertama kali adalah tatapan bingung orang- orang. Mobil mewah dan dua orang dengan wajah cantik dan tampan. Para orang kota apa yang membuat mereka datang ke pelosok seperti ini. "Ada yang bisa saya bantu? Tuan dan Nyonya?" Tanya resepsionis kepada mereka, berpikir jika Black Jerico dan Shafir adalah pasangan suami istri. Ini bukanlah rumah sakit biasa, dapat di katakan ini adalah panti Werdha yang merawat para pasien yang tidak sadarkan diri, manula dan orang dengan keterbatasan lain. Mereka di antar kemarin karena para keluarga tidak ada waktu untuk merawat karena sibuk bekerja. "Saya Black Jerico, ingin mendonasikan beberapa uang ke dalam yayasan rumah sakit dan panti Werdha ini." Ujar lelaki itu dengan wajah datar dan menyakinkan. "Tapi sebelum itu bolehkah saya melihat-lihat?" Tanya Black Jerico. Resepsionis awalnya ragu tapi setelah mendapatkan kartu nama ia tahu jika lelaki itu tidak berbohong. Dengan ramah pihak mereka mengenalkan lingkungan ini, walau di tempat terpencil tapi bisa di katakan tempat ini nyaman dan lumayan baik. Hanya saja jarak yang jauh dari pusat kota. Shafir celingukan, dia mencari di manakah kamar ayahnya. Tapi sedari tadi Black Jerico tidak ada menanyakan hal itu kepada perawat. "Kapan kau tanyakan?" Ujar Shafir berbisik tapi Black Jerico memintanya untuk diam sejenak. Akan terlalu kentara jika mereka menanyakan nama langsung. "Bolehkah aku meminta saya pasien, semuanya yang di rawat di sini?" Jelas Black Jerico. Pihak mereka awalnya ragu. Namun, Black Jerico beralasan untuk melihat bagaimana perkembangan rumah sakit ini pantas atau tidak untuk menerima dana yang besarnya.. Akhirnya mereka setuju, memberikan data. Black Jerico membaca secara cepat dan menemukan nama Ayah Shafir. Black Jerico menghubungi sekretaris dan meminta untuk mengurus masalah donasi untuk rumah sakit ini, pihak mereka senang dan sekarang mereka berdua tahu jika Ayah Shafir benar-benar di rawat di sini. "Bolehkah kami berkeliling berdua, saja?" "Tentu, Tuan, Nyonya. Kalian bisa berkeliling sepuasnya." Ujar direktur rumah sakit dan panti Werdha. Shafir langsung bergegas menuju kamar rawat Ayahnya di sana dia menemukan lelaki tua itu terbaring tidak berdaya. "Ayah ...." Shafir memeluk ayahnya, walau tidak bisa merasakan pelukan balasan. Shafir menangis' sesegukan karena hanya ayahnya keluarga yang dia miliki yang masih hidup. "Ayah, sadarlah ... Ayah." Lirih Shafir dengan nada lirih. Black Jerico hanya diam dia menatap wanita itu sejenak sebelum memilih pergi dan menunggu di luar. Mungkin Shafir ini berdua saja dengan ayahnya. Shafir menyampaikan keluh kesahnya, dia menceritakan segala yang terjadi hingga rencana balas dendam yang ia lakukan. Tapi lelaki tua itu tidak dapat memberikan respon seperti yang wanita itu inginkan dia masih saja diam tanpa mengatakan satu patah katapun. Merasa puas menyampaikan keluh kesahnya, Shafir berpamitan pergi. Dia meninggalkan ruangan itu dengan rasa berat hati. Di luar Black Jerico terlihat menunggu dengan wajah biasa, saat Shafir keluar dengan mata bengkak dia memberikan sapu tangannya. Shafir mengambil benda itu dan menyeka air matanya. Dia juga menyimpan sapu tangan itu karena sudah kotor. Harus di cuci lebih dulu sebelum di kembalikan.. "Bagaimana? Kau sudah merasa mendingan? Tanya Black Jerico. "Iya, aku merasa lega setelah bertemu dengan ayahku, melihat kondisinya yang baik-baik saja aku merasa senang. Sebelum aku menemukan dia, aku tidak bisa berhenti khawatir." Jelas Shafir. Black Jerico hanya mengangguk dia berjalan pergi untuk menunjuk mobil, mereka harus segera kembali, karena hari sudah mulai sore. Shafir di belakang mengikuti lelaki itu, sepanjang jalan pulang mereka berdua tidak banyak bicara. "Terima kasih sudah membantuku ..." Ujar Shafir dengan nada serius. "Sama-sama, aku yang setuju membantumu untuk balas dendam maka aku haru selesaikan semuanya dengan benar buka?" Jelas Black Jerico. "Ini baru permulaan, kau tahu yang akan kita hadapi kedepannya jauh lebih sulit." Lelaki itu memperingatkan Shafir. "Aku tahu, semua tidak akan mudah aku akan melewati banyak penderita dan luka dalam pembalasan dendam ini. Tapi, aku sudah siap menanggung semua itu." Jawab Shafir. Sekilas Black Jerico menoleh dan menangkap raut wajah serius dari Shafir. "Pesta akan di adakan sebentar lagi dan aku akan mengundang Gaston. Kau tidak keberatan bukan?" Tanya Black Jerico. "Kita harus menarik dia masuk ... Lalu kau harus menemukan celah untuk bisa membuat dia melihatku." "Kenapa? Tidak bisakah aku bunuh dia langsung dan kau tutupi semua kesalahanku? Atau bantu aku culik dia dan akan aku siksa dia perlahan-lahan." Ujar Shafir bagaikan psikopat yang sudah siap membunuh Gaston. "Balas dengan macam apa itu? Jika hanya melemahkan maka semuanya tidak akan menarik." Ujar Black Jerico yang ternyata menanggapi serius candaan Shafir. "Kau percaya? Padahal aku hanya bercanda. Walau kau ingin sekali membunuh dia dengan tanganku sendiri, tapi aku tidak akan mengambil hak Tuhan. Biarkan Tuhan saja yang mencabut nyawanya, aku hanya akan membuat dia menderita dan bersujud kepada Tuhan untuk mati saja." Jelas Shafir dengan sorot mata tajam. "Aku akan buat dia berlutut mencium kakiku, lalu aku akan hancurkan dia, menginjak kehidupannya!" Black Jerico menaikan sudut bibirnya setelah mendengar ucapan Shafir. *** Persiapan pesta semakin dekat, kediaman Black Jerico di penuhi dengan dekorasi. Semua pelayan sibuk begitu juga Shafir. Wanita itu mendapatkan tugas untuk mendata makanan dan persiapan dekorasi bersama dengan kepala pelayan Suesan. Di sela perkejaan Black Jerico turun dari kamarnya dia berjalan ke tengah dan memberikan perintah untuk semua pelayan berkumpul. Setelah memberikan arahan singkat lelaki itu pergi. Pesta ini akan jadi meriah karena akan di buka dengan tarian Tango yang akan di bawakan langsung oleh penari profesional dari Argentina. Tanpa terasa semua persiapan sudah selesai, hanya menunggu hari esok di mana acara itu akan di selenggarakan. Keesokan harinya .... Kediaman Black Jerico riuh, assiten pribadi Black Jerico datang dengan kabar yang kurang mengenakkan. Kemarin malam saat baru sampai dari Argentina penari mengalami kejadian kecelakaan yang mana hal itu tentunya membuat dia tidak dapat tampil di acara. Padahal penampilan itu adalah inti dari acara hiburan di Pesta. Black Jerico terlihat tidak senang, mengganti penari membutuhkan waktu setidaknya untuk penerbangan, semua akan terlambat. "Apakah tidak ada penari lokal yang bisa kita gunakan? Yang tariannya bagus ..." Ujar Black Jerico. Di tengah percakapan Shafir masuk dengan segelas Kopi yang sebelumnya di perintahkan oleh kepala pelayan Suesan untuk di berikan kepada Tuan Black Jerico Shafir meletakan gelasnya dan tanpa sengaja ia mendengar percakapan dua orang itu. Wanita itu melihat wajah Black Jerico nampak serius, apakah masalah terjadi? Sepertinya sesuatu tentang penari. Shafir masih di sana saat Black Jerico memerintahkan asistennya untuk mencari penari pengganti. Saat mereka hanya berdua saja barulah Shafir berani buka suara, Black Jerico pun tidak menyadari jika wanita itu masih berada di sana. "Apakah kau mencari penari pengganti? Apakah sesuatu terjadi dengan penari asal Argentina itu?" "Iya, dia kecelakaan saat perjalanan menuju hotel, kakinya cedera dan tangannya mengalami keretakan ... Tentu tidak bisa menari dengan keadaan seperti itu bukan." Jelas Black Jerico. "Apakah kau sudah temukan penggantinya? Tango tarian yang begitu khas, jarang orang-orang menarikan atau mempelajarinya. Di kota ini kau akan sulit menemukan, karena tidak terlalu banyak yang mengajarkan." Jelas Shafir yang sedikit banyak tahu dengan tarian itu. Ibu Shafir adalah keturunan Argentina, dan ibunya juga bisa menari walau hanya untuk hiburan saja. "Apakah kau memiliki kenalan yang bisa menari Tango dengan baik?" "Apakah kau percaya jika aku yang melakukannya?" Tanya Shafir dengan wajah penasaran. Dia juga bisa menari Tango walau hampir 3 tahun dia vakum semenjak kecelakaan naas itu. "Kau bisa menari?" "Kau ingin lihat?" Tanya Shafir. Black Jerico tidak bergeming, saat wanita itu berjalan ke tengah dan menatap dua lurus, tatapan itu berubah dari yang awalnya polos enjadi b*******h. Black Jerico tertegun saat melihat gerakan tiba-tiba Shafir tidak begitu lentur mungkin karena wanita itu sudah lama tidak menari. Tapi, gerakannya tetap indah dan bisa membuat lelaki itu terpaku. Shafir terlihat berbeda tatapan dan cara dia bergerak bagaikan penuh gairah yang membara. Setelah beberapa waktu Shafir selesai dengan pertunjukan itu, walau nafasnya tersengal tapi dia cukup percaya diri. "Bagaimana? Aku cukup bagus bukan? Kau bisa gunakan aku saja ... Ku mohon, berikan kesempatan ini kepadaku." Pinta Shafir. Black Jerico Terlihat berpikir sejenak, di penampilan ini nama baiknya juga di pertaruhkan "Tidak bisa, kau tidak buruk tapi aku tidak bisa membiarkan kau tampil." Jawab lelaki itu yang tidak ingin mengambil resiko kelak dirinya akan di permalukan karena menampilkan hal yang tidak sempurna. "Aku akan menari dengan baik, masih ada beberapa jam bukan? Dalam beberapa jam aku akan berlatih dan menampilkan yang terbaik, aku mohon Tuan Black Jerico yang terhormat." Shafir ingin mengambil kesempatan ini untuk menarik perhatian tamu terutama Gaston. Dia akan membuat lelaki itu tidak akan melupakan pertemuan mereka. "Baiklah, tapi jika kau tidak melakukan dengan baik, aku tidak akan mendapatkan bayaran untuk gajimu selama bekerja di rumah ini!" Tegas Black. Shafir menyanggupi. Dia pasti akan melakukan yang terbaik. Akhirnya setelah beberapa jam dan berlatih. Acara sudah di mulai pada tamu berdatangan dan memenuhi aula acara. Kini penampilan Shafir akan di mulai. Di sisi lain wanita dengan baju hitam berpayet bling-bling itu sedang merias dirinya dengan dandanan cantik dan seksi serta anggun. Shafir menarik nafasnya dalam, dia merasa gugup padahal tadi dia baik-baik saja. Kepala pelayan Suesan masuk ke ruang ganti, dia terkejut melihat penampilan Shafir yang sangat cantik. Rambut wanita itu di biarkan setengah tergerai menambah aura keseksian khas penari tango. "Kau terlihat cantik." Ujar Suesan. "Terima kasih," "Ini sudah waktunya mau tampil ..." Jelas Suesan. Shafir bangkit dia keluar dari kamar ganti dan saat itu para pelayan lain menatapnya kagum, terlebih Alex yang sampai tidak berkedip sedikitpun. Shafir seketika menjadi pusat perhatian kala ia menuruni satu-persatu anak tangga. Mata wanita itu menjalar mecari target yang dia tuju yaitu Gaston. Gaston berdiri di dekat pilar, awalnya Lelaki itu hanya fokus pada bisnis. Namun, saat suara langkah kaki menggenggam di iringi seorang wanita yang menarik dengan begitu indah dia tidak dapat menolak apa yang ada di depannya. Keindahan dunia, kecantikan murni dengan mata gelap indah yang memandang ke arah Gaston dengan membara. Tiba-tiba perasaan lelaki itu berdebar, setiap lirikan mata Shafir tertuju padanya. Wanita itu menari dengan begitu percaya diri membuat ia menjadi pusat perhatian dalam sekejap mata, terlebih di mata para pria yang kini terlihat begitu penasaran dengan sosok Dirinya. Tarian pun berakhir dan mendapatkan tepuk tangan meriah dari semua tamu termasuk Gaston. Shafir menunduk memberikan hormat dan ucapan terima kasih. Ia berjalan ke depan menuju ke arah Gaston. Tatapannya pada lelaki itu dalam dan terkesan menggoda. Shafir mengambil secangkir wine dari pelayan, dia berdiri di samping Gaston dan mengajak lelaki itu bersulang. Gaston menerima, dia tidak henti-hentinya menatap wanita yang ada di depannya, dengan pakai punggung terbuka dan Rok dengan belahan tinggi. Seksi, benar-benar selera Gaston. "Pertunjukan yang hebat, tarian yang anda lakukan sangat indah." Jelas Gaston memuji. Shafir tersenyum tipis sebelum menjawab pujian itu. "Terima kasih," "Namaku, Gaston Almoera. Aku CEO dari perusahaan BTB Grup." Lelaki itu mengulurkan tangannya mengajak Shafir berkenalan. Tangan Shafir gemetar, dia menatap lelaki itu dan ragu, tapi dia harus melakukan semua ini, Bukan? Bahkan jika dia harus menggenggam tangan orang yang sudah berusaha melenyapkan dirinya, akan dia lakukan demi pembalasan dendam ini. "Aku Shafira Alodia Rubby ... Kau bisa memanggilku Shafira atau Shafir ...." Ujar wanita itu. Gaston sedikit terkejut ia merasa ada yang aneh saat menyentuh tangan wanita itu. "Apakah kita pernah bertemu?" Tanya Gaston dengan nada curiga, ia rasa sepertinya pernah bertemu dengan Wanita ini. Shafir menjadi gugup, dia terlihat kaku dan berkeringat. "Benarkah? Sepertinya kita baru pertama kali bertemu." Shafir menunjukan senyum ramah, tapi Gaston masih menatapnya lekat. "Kau persis seperti bidadari di mimpiku." What the f**k? Shafir benar-benar tidak habis pikir dengan jawaban Gaston. Lelaki itu tertawa kecil sedangkan Shafir hanya tersenyum tipis seolah terhibur dengan omong kosong lelaki itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD