Shafir menunjukan senyum palsu, dia berpura-pura menyukai gombalan aneh lelaki itu. Gaston mungkin berpikir jika Shafir adalah wanita yang
Mudah rayu. Lelaki itu menggunakan trik murahan untuk memikat hati Shafir.
"Dari mana kau berasal?" Tanya Gaston.
Shafir terdiam, dia gagu dengan sorot mata cemas.
"Aku, aku--"
"Shafira, Tuan Black Jerico memanggilmu." ujar Alex. Shafir langsung bergegas pergi dia langsung menuju Black Jerico. Sekaligus menghindari pertanyaan Gaston. Sedangan lelaki itu menatap dia dengan wajah penasaran, karena pertanyaan bahkan belum di jawab.
Shafir mendekati lelaki yang terlihat sibuk dengan para tamu, lelaki itu menggunakan tuxedo hitam dengan buma kering bmyanh terselip di saku jas miliknya.
"Kau memanggilku?" Tanya Shafir dengan nda gugup.
Black Jerico menoleh dia menatap Shafir sejenak dan meminta wanita itu untuk menunggu beberapa waktu. Setelah dia selesai bicara dengan tamu barulah Black Jerico beralih pada Shafir.
Penampilan yang bagus." Ujar Black Jerico memuji."
"Terima kasih." Ucap Shafir.
"Aku sudah bicara dengan, Gaston. Seperti yang aku duga dua tertarik denganku begitu mudahnya." Jelas Shafir sedikit berbisik.
"Kau harus tarik dia lebih, bukan hanya ketertarikan semata tapi juga rasa di hati lelaki itu, buat dia jatuh cinta padamu dan kau akan mudah mempermainkan dia setelah itu." Ucap Black Jerico menyarankan.
"Tapi, aku bingung mengatakan siapa aku, latar belakang, pendidikan ... Aku harus memiliki semua itu bukan?"" Jelas Shafir..
Lelaki itu terlihat santai dia, memikirkan apa yang Shafir pertanyakan. Ada benarnya semua yang wanita itu cemaskan. Dia lima memberikan latar belakang baru pada Shafir selain nama baru.
"Sekarang semuanya mudah di selidiki." Jelas Shafir.
"Katakan saja kau dari panti asuhan "Anna Maria" itu adalah pantai asuhan yang aku dirikan. Kau bisa mengatakan kau dari sana, aku bisa membantumu ... Data di panti asuhan milikku tidak semudah itu di gali." Jelas Black Jerico. "Lalu untuk pendidikan, jangan berniat mengatakan lulusan sekolah terkenal, kau bisa mengatakan kau sekolah di luar negeri. Intinya aku akan urus sisanya, kau hanya harus fokus pada Gaston." Jelas lelaki itu.
Shafir mengangguk paham, dia tidak berpikir Black Jerico begitu baik hingga dia melakukan semua ini.
Shafir meninggalkan tempat itu dia berniat mengganti pakaiannya, saat dia menuju ruang ganti. Gaston sudah ada di depan pintu ruangan itu. Lelaki itu bersandar dengan gelas wine di tangannya, tatapan Gaston nakal, lalu dengan terpaksa Shafir mengulas senyum manis manja.
"Anda di sini?"
"Aku ingin menemuimu, kau menghilang padahal belum menjawab pertanyaanku." Jelas lelaki itu dengan nada kecewa.
Shafir tertawa dia berjalan melewati Gaston dan masuk ke ruang ganti tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu. Gaston berniat menunggu di luar dan ingin merapatkan pintu yang masih terbuka sedikit. Saat di berdiri di depan pintu pemandangan indah menyita perhatian lelaki itu. Saat kulit mulus Shafira terlihat ketika stoking wanita biru dilepaskan perlahan-lahan.
Gaston menelan salivanya. Kaki indah dengan kulit putih mulus itu benar-benar BB terlihat seksi tidak lupa belahan garus pakaian yang terbuka menambah kesan seksi dari wanita itu. Shafir tersenyum licik dia tahu lelaki itu sedang melihat ke arah dirinya dan wanita itu sengaja melakukan semua ini agar Gaston merasakan haus akan dirinya.
Shafir menurunkan pakaiannya, hingga mengeskpos bagian tubuhnya atas dari belakang. Gaston yang sudah di awang-awang merasa tidak tahan, saat dia hendak masuk tangan Alex menahannya, lelaki itu langsung menutup pintu dan meminta Gaston untuk segera kembali ke bawah. Jelas Alex nampak kesal karena berpikir Gaston sendang mengintip, Shafira.
Mau tidak mau, Gaston harus turun dan kembali bergabung dengan para tamu di bawah, setelah beberapa lama Shafir keluar dengan pakaian pelayanan dan make up yang sudah terhapus, Alex nampak kelas memikirkan lelaki yang mengintip Shafir di kamar ganti.
"Lain kali berhati-hati, kau tidak tahu bagaimana tadi seorang mengintip kau di ruang ganti!" Tegas Alex.
"Benarkah, aku tidak tahu!" Jawab Shafir berpura-pura polos.
"Pergilah bantu kepala pelayan Suesan, aku akan ceritakan apa yang terjadi nanti setelah pesta berakhir ...." Shafir mengangguk dan meninggalkan Alex. Lelaki itupun beranjak dari sana karena merasa sudah tua ada yang perlu ia jaga lagi.
Di bawah Gaston meminum banyak alkohol, sambil membayangkan tubuh indah itu dia menjadi ingin gila rasanya, sial karena pelayanan lelaki itu dia gagal melihat hal terbaik.
Gaston semakin kacau dan semakin mabuk, lelaki itu berjalan gontai dan mulai menabrak beberapa tamu lain. Black Jerico hanya diam seolah sengaja membuat Gaston berada dalam masalah karena mabuk. Saat konflik mulai tejadi, Black Jerico meminta para pelayan untuk membawa Gaston pergi dan mengantarkan lelaki itu pulang dengan aman dan selamat.
Lagi-lagi, Alex yang di pilih. Entah mengapa. Hanya saja Lelaki itu langsung menolak tapi dirinya bukan majikan yang bisa menentukan. Alex hanya bisa menerima perintah terlebih jika sudah Tuannya yang bicara.
Alex mengantarkan lelaki itu, hingga akhirnya dia sampai di kediaman keluarga Brown. Rumah milik Shafir yang kini Gaston lah yang menempatinya.
Pelayanan membukakan pintu, mereka terkejut melihat keadaan Gaston yang sangat mabuk, Rora ikut keluar. Tatapan Alex dan wanita berbaju satun tipis itu bertemu.
"Saya di perintahkan untuk mengantarkan Tuan Gaston, oleh Tuan Black Jerico. Dia sangat mabuk dan tidak bisa menyetir seorang diri ...." Jelas Alex.
Rora menatap Gaston yang tidak seperti biasanya, lelaki itu tidak pernah sampai semabuk ini saat datang ke sebuah pesta terlebih pesta formal dengan tamu dan para hadirin yang bukanlah orang-orang biasa.
"Terima kasih," ujar Rora. Wanita itu mengeluarkan beberapa lembar uang dolar dan memberikannya pada Alex.
"Tidak perlu, Nona. Saya tidak akan mengambil uang ini ... Karena yang saya lakukan adalah pekerjaan saya." Jelas Alex yang memilih pergi meninggalkan tempat itu saat ini juga.
Beberapa jam setelahnya ...
Shafir membersihkan sisa pesta dia kembali pada pekerjaan sebagai seorang pelayan walaupun sebelumnya dia di puji karena bakat yang dia miliki
Shafir tidak lagi mengeluhkan pekerjaannya, dia mulai terbiasa dan menyukai semua pekerjaan ini. Di mempelajari banyak hal, dia juga memiliki banyak teman, walau beberapa pelayan lain terang-terangan menunjukan jika tidak menyukai kehadirannya.
Shafir membawa satu kresek sampah besar dan dia berjalan dengan menyeret kresek besar itu.
Saat dia mengangkatnya, Shafir hampir saja terjatuh karena tidak kuat melawan berat' dari benda itu. Beruntung Black Jerico yang baru saja keluar dari melihat itu. Dia membantu Shafir meletakan sampah itu ketempat pembuangan.
"Terima kasih, Tuan." Ujar Shafir.
Black Jerico tidak banyak bicara dia hanya diam dan berlalu begitu saja
***
Rora menatap Gaston yang terlihat tertidur pulas, wanita itu nampak cemas seperti berpikir keras tentang apa yang terjadi hingga Gaston mabuk seperti ini.
Rora menggigit jarinya, dia memilih untuk mendekati Gaston dan mencoba membangunkan lelaki itu. Namun, saat ia sebuah nama terucap dari mulut Gaston nama yang membuat Rora geram saat itu juga.
"Shafir ...a"