bab 18

1751 Words
Shafir mengikuti Black Jerico, lelaki yang langkahnya cepat dan panjang, sulit ia kejar tapi harus berada pada jarak yang lelaki itu tetapkan. Sungguh, Shafir tidak mengerti mengapa dirinya berakhir dengan harus berada di sisi Lelaki itu? Apa yang sebenarnya ada di pikiran lelaki ini menjadikan dirinya sebagai asisten pribadi, menangnya Felix tidak cukup. Mendengus dan memasang wajah kesal, mengikuti Black Jerico dari belakang hanya itu yang bisa dia lakukan. Langkahnya sembarangan jalan menunduk, lalu saat Black Jerico yang berada di depan berhenti dia malah tetap melangkah hingga akhirnya tubuh mereka bertubrukan. Lelaki itu berbalik dengan wajah dingin, menatap ke arah Shafir buang sibuk merapikan pakaiannya akibat jatuh ke lantai. "Jika bejalan, tolong hati-hati!" Shafir mendesis, dia menatap Black Jerico tajam, lalu mengiyakan juga pada akhirnya. "Sebenarnya mau apa membawaku ke kantor?" Tanya Shafir dengan nada kesal. "Karena mulai sekarang dimana ada aku kamu juga harus ada di sana." "Lalu bagaimana aku bisa balas dendam? Jika aku harus selalu ada di sekitarmu aku tidak akan punya waktu!" Black Jerico menatap Shafir dia mendekati wanita itu lalu menyentil kening Shafir. "Tentu saja bisa," ujar Black Jerico. "Aku akan melakukan hubungan kerja sama dengan BTB Grup, kau sebagai asistenku pasti memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Lelaki itu, tenang saja." Jelas Black Jerico dengan nada seolah Shafir sangat ingin bertemu dengan Gaston. "Bukan ingin bertemu, tapi ingin membalas dendam," jelas Shafir meluruskan. "Aku tahu maka dari itu, untuk kerja sama ini aku memberikan kau peran sebagai asisten pribadiku." Ujar Black Jerico. "Kau akan mengatur komunikasi antara aku dan Gaston yang secara tidak langsung membuat kalian akan sering berhubungan, kau bisa jadikan itu kesempatan untuk mendekati lelaki itu dan melakukan apa yang kau inginkan." Shafir tidak memikirkan semua itu, dia hanya langsung menyimpulkan seperti orang bodoh. Mungkin hanya dendam yang dia miliki, pikirannya masih belum bisa di katakan cerdas dalam menyusun segalanya. Jika tidak ada Black Jerico mungkin ini hanya akan menjadi sebuah balas dendam konyol saja. "Lalu apa yang harus aku lakukan?" "Melakukan pekerjaan seorang asisten." "Tapi sekretarismu?" "Dia akan melakukan hal yang lebih penting bersama Felix," Shafir menghela nafas panjang, dia tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa yang Black katakan. Shafir memulai pekerjaan barunya, dia membuatkan lelaki itu teh, cemilan apapun yang lelaki itu perintahkan. Hingga beberapa jam Dirinya tidak menerima perintah apapun, Shafir merasa santai awalnya, tapi lama-lama dia jadi bosan dan uring-uringan. Shafir yang merasa tidak ada apapun untuk di lakukan memilih jalan-jalan melihat-lihat suasana. Perusahaan besar ini. Shafir berjalan, dia melihat bagaimana mewahnya interior gedung, pertama kali dia ke sini tidak begitu memperhatikan, tenyata gedung ini benar-benar megah, milik milyarder nomer satu, bagaimana bisa jadi biasa, tentu harus spesial dan menarik menunjukan betapa kayanya lelaki itu. Shafir sampai di cafetaria di tempat biru tidak terlalu ramai, tapi ada beberapa yang terlihat duduk dengan kopi sambil bekerja. Wow ... Tempat ini begitu menakjubkan, ini tidak seperti sedang berada di tempat kerja, Makanan dan beberapa minuman tersedia di etalase dan semua itu gratis bagi para karyawan hanya perlu memindai tanda kartu pengenal, Shafir tertarik mencoba. Dia menuju sebuah alat roti yang terlihat menarik. Shafir memindai kartu tanda pengenal miliknya yang sebelumnya sudah di berikan oleh Felix. Benar saja makan itu gratis, Shafir langsung mencoba roti itu dan rasanya benar-benar nikmat, layaknya roti mahal yang dulu sering ia makan, tidak berhenti di sana Shafir berlanjut pada mesin yang lain, minuman, ice cream, coklat semau yang tersedia terasa begitu enak. Super milyarder memang berbeda, bahkan kehidupan mewah yang pernah Shafir nikmat jauh di bawah semua ini. Mungkin bini cara milyarder menghabiskan uang mereka Makanan gratis dan semau fasilitas ini wajar jika semua orang berlomba-lomba ingin bekerja di sini. Shafir bersantai dia memakan semua yang ia ambil, di sini sangat nyaman jika setiap hari seperti ini dia akan betah. Menikmati waktu bersantai wanita itu tidak tahu jika saat ini Black Jerico sedang mencarinya, berkali-kali lelaki itu menelpon ke meja Shafir tapi tidak di jawab Karena wanita itu tidak ada di sana. Black Jerico yang kesal memilih keluar dari ruangannya untuk menemui Shafir, apa yang wanita itu lakukan hingga tidak kunjung menjawab panggilannya. Lelaki itu tercengang saat memandangi meja Shafir kosong tidak ada siapapun di sana. Lelaki itu memijit pelipisnya dengan perlahan-lahan. Wanita ini memang tidak terduga. Suara pintu lift terbuka membuat pandangan Black Jerico beralih, dia melihat bagaimana wanita yang ia cari keluar dari sana sambil bersenandung ria, bahagia sekali kelihatannya. Shafir masih belum menyadari jika saat ini dirinya di perhatikan. Sampai saatnya tiba saat ia mengangkat wajahnya dan menemukan Black Jerico sudah berdiri di depannya dengan menatap dia lekat dan tajam. Langkah Shafir terhenti wajahnya nampak pucat dan khawatir soal sekali dia harus ketahuan pergi. "Dari mana saja kau?" Tanya Black Jerico. "Aku dari pergi ke ...." Shafir terlihat berpikir bingung mengatakan dia pergi dari mana, jika dia mengatakan kalau dirinya habis bersantai di cafetaria apakah lelaki itu akan marah, sepertinya marah. Karena ini masih jam kerja dan dia malah bersantai di sana. "Aku dari toilet ...." Jawab Shafir dengan yakin jika itu bisa menyelamatkan dirinya dari kekesalan lelaki itu. "Toilet?" "Iya, Toilet. Apakah pekerja di sini di larang ke toilet? Aku cuma pergi sebentar apa yang salah dengan itu." Ujar Shafir mencoba mencari pembenaran diri. "Lalu kenapa kau keluar dari lift?" "Kerena toilet ada di--" "Sana ...." Tunjuk Black Jerico ke arah pintu yang di sana tertulis kata Toilet. Shafir terdiam dia tidak tahu jika di ruangan ini ada toilet. "Aku tidak tahu ada toilet di sini," jawab Shafir dengan senyuman lebar yang menampakan barisan gigi putih dan rapi yang ia miliki. "Katakan sebenarnya dari mana kau? Jangan berpikir kau di sini untuk main-main atau hal lain, kau di sini bekerja untuk membantu aku ..." Jelas Black Jerico dengan nada penuh penekanan. "Iya aku tahu, Hanya saja aku cuma pergi sebentar ... Bukan masalah, bukan!" Jawab wanita itu tidak mau kalah. "Tentu masalah, aku membayar kau untuk siaga kapanpun, tapi keren kau pergi dan tidak ada di tempat saat aku butuh maka kau sudah membuang-buang waktu berhargaku ...." Ujar lelaki itu. "Baiklah, baiklah ... Aku minta maaf, lain kali aku tidak akan pergi!" Ujar Shafir. Tapi sepertinya kata maaf tidak cukup untuk membuat Black Jerico senang. Lelaki itu memilih pergi dari sana lalu kembali masuk ke ruangannya. Shafir merasa bersalah dia memanyunkan bibirnya karena bingung bagaimana caranya agar Lelaki itu tidak kesal lagi. Selama beberapa waktunya Shafir hanya diam tanpa melakukan apapun, Black Jerico juga tidak memintanya melakukan a apapun. Shafir menatap jam bahkan membuat dia perlahan-lahan terhanyut karena ngantuk. Merasa tidak bisa seperti ini terus akhirnya Shafir memilih menemui lelaki itu di dalam. Shafir mengetuk pintu dia masuk perlahan-lahan dan berjalan mendekati lelaki yang terlihat begitu tampan saat mengenakan kacamata. Bukannya fokus pada alasan apa dia menemui lelaki itu Shafir malah terpesona pada ketampanan black Jerico. "Pak ..." Ucap Shafir yang sedikit canggung memanggil lelaki itu dengan panggilan seperti karyawan lain. Tidak menjawab Black Jerico hanya melirik ke arahnya sesaat sebelum Kembali bekerja. "Maaf sudah menghilang di jam kerja, aku salah ... Harusnya aku tetap berada di tempat, bukannya malah pergi melihat-lihat tempat lain ...." Shafir mengakui kesalahannya, dia berkata jujur dan berharap lelaki itu memaafkan dirinya. "Mulai sekarang aku akan selalu siaga di sisi anda, selama bertugas sebagai asisten pribadi Anda." Jelas Shafir. Masih tidak ada jawaban dari lelaki itu membuat Shafir memilih untuk bicara lebih dekat lagi, Wanita itu berjalan menuju Black Jerico tapi langkahnya salah membuat ia malah terjatuh di pangkuan lelaki itu. Shafir mengalungkan tangannya di leher Black Jerico, berpegangan pada lelaki itu Karena jatuh. Black Jerico sendiri masih terdiam dengan wajah datar dia menangkap tubuh Shafir yang terjatuh dalam pelukannya. Kejadian tidak terduga serta refleks masing-masing membuat mereka berada dalam posisi yang benar-benar provokatif. Siapa yang melihat ini akan salah paham. Black Jerico menatap Shafir dalam dia mengangkat tubuh wanita Tiu dengan mudah dan membenarkan posisi Shafir menjadi duduk mengangkang di pangkuannya sambil menghadap ke wajahnya. Shafir terdiam dia tidak bisa bergerak dan merubah posisinya sendiri, tubuh wanita seperti membantu dan kaku. "Kau sedang mencoba menggoda aku?" Tanya Black Jerico dengan nada berat juga sorot mata gelap yang menyimpan sebuah misteri di baliknya. Shafir hanya menggeleng, dia tidak bisa menjawab apa lagi saat ini bibirnya terasa kaku kala posisi mereka seperti ini. Black Jerico juga lelaki normal, dia bisa birahi dan bernafsu. Terlebih pada wanita secantik Shafir. Tubuh wanita juga lumayan tidak begitu rata. "Pak ...." Guman Shafir dengan nada lembut. "Emh ...." Shafir tidak bisa berkata-kata selain tubuhnya yang tergerak mendekati Black Jerico, wajah wanita itu mendekat, sepertinya akal sehat Shafir sudah hilang Karena terbawa suasana. Wanita itu mengecup bibir Black Jerico singkat lalu saat itu juga dia tersadar pada apa yang sudah ia lakukan. Black Jerico memejamkan matanya, saat maniknya terbuka dia melihat wajah Shafir yang memerah karena malu. Wanita ini jadi seperti kelinci menggemaskan, padahal tadi dia sangat kesal bagaimana bisa sekarang dia menjadi begitu Berdebar karena wanita itu. Black Jerico mengusap wajah Shafir perlahan-lahan dia menyentuh pipi lalu beralih ke leher wanita itu. Black Jerico membalas ciuman Shafir membuat tubuh wanita itu menegang dan kaku. Namun hanya sesaat sebelum tubuh Shafir rileks dan menerima akan yang Black Jerico lakukan, ciuman itu semakin dalam, mereka mengabaikan semua batasan dan terhanyut dalam buaian nafsu sesaat. Shafir memajukan tubuhnya hingga kulit mereka bersentuhan dan mengantarkan sensasi yang membuat ciuman itu semakin sulit di kendalikan. selama beberapa tahun terakhir ini pertama kalinya Black Jerico menyentuh wanita lagi, dia tidak mengira wanita itu adalah Shafir, yang membangkitkan sisi mesumnya yang selama ini dia tekan begitu lama, Black Jerico beralih ke leher wanita itu dengan cepat membuka kancing kemeja Shafir hingga bra wanita itu terlihat. Shafir meremas rambut Black Jerico aroma wangi menggoda lelaki itu membuat dia terhanyut semakin dalam saja. tangan Black Jerico juga sudah merambat masuk melalui paha Shafir yang membuat wanita itu terkejut. Shafir tersadar saat merasakan tangan lelaki itu sudah menyentuh miliknya, walau itu nikmat tali dia tidak bisa meneruskan hal ini, dia masih perawan dan semau ini sudah menjurus ke sesuatu yang lebih dari sebuah ciuman saja. Shafir menahan tangan Black Jerico dia menatap lelaki yang berkabut hasrat itu dan menarik tangan Black Jerico keluar. "Jangan teruskan lagi, cukup sampai disini ..." ujar Shafir dengan nada terengah-engah. "Kenapa?" tanya Black Jerico terlihat begitu kecewa. "Aku masih perawan," bisik Shafir dengan wajah memerah. wanita itu mengancing pakaiannya lalu pergi meninggalkan ruangan lelaki itu. Black Jerico terlihat frustasi dua menatap miliknya yang sudah mengeras dan siapa tempur tapi wanita itu malah mengehentikan semuanya seperti ini. "Sialan!" umpat Black Jerico kesal. sepertinya dia harus melakukan semuanya sendiri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD