Bab 20

1264 Words
Gaston menatap Shafir lekat, lelaki itu nampak tertarik k terhadap wanita yang ada di depannya saat ini. Shafir sesekali melirik Gaston dia tersenyum tipis karena menyadari jika lelaki itu hanya menatap dirinya sadari tadi. "Jadi bagaimana menurutmu?" Tanya Shafir dengan nada manis. Wanita itu membenarkan posisinya membuat mereka berhadapan lurus. "Oh, iya. Aku tidak masalah apa yang kau katakan menarik!" Ujar Gaston yang sebenarnya tidak terlalu mendengarkan apa yang wanita itu katakan. "Baiklah, kalau begitu aku akan atur pertemuan antara kau dan Tuan Black Jerico secepatnya, kalian bisa lebih leluasa membicarakan kesepakatan ini." Ujar wanita itu. Mereka berdua sudah selesai dan Shafir pun berniat meninggalkan kafe. Wanita itu sengaja meninggalkan ikat rambutnya di meja, berharap jika Gaston melihat dan mengejarnya, dia ingin lelaki itu terus-menerus menuju ke padanya dan masuk dalam perangkap yang sudah ia buat. "Nona Shafira!" seru Gaston. Langkah Shafir berhenti dia langsung menoleh ke arah lelaki itu. "Iya ada apa?" Tanya Shafir berpura-pura tidak tahu. "Ini, ikat rambutmu tertinggal di dalam." Jelas Gaston sambil memberikan benda itu. Shafir tersenyum penuh kemenangan, dia langsung meraih tangan Gaston dengan sengaja menyentuh jemari lelaki itu. "Terima kasih, hampir saja aku merasa gerah." Ujar Shafir yang langsung mengikat rambutnya saat itu juga. Tengkuk yang mulus serta leher yang indah membuat Gaston meneguk salivanya melihat Shafir. "Kau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi, Tuan Gaston." Ucapnya saat bener langkah berjalan rintik hujan mulai turun, padahal tidak ada tanda-tanda akan hujan. Namun begitu saja hujan turun tanpa di perkirakan. Shafir panik kerena dia tidak membawa payung, tanpa terduga Gaston menariknya menuju mobil dan membiarkan wanita itu masuk ke dalam. Gaston memberikan tisu pada Shafir tapi semua kru tidak mempan karena tubuh wanita itu sudah basah, bahkan pakaiannya mejadi tembus pandang membuat dua gundukan terbungkus bra berwarna pink itu terlihat dengan sangat jelas. Gaston sungguh tergoda dengan pemandangan itu, d**a sekal yang sangat indah, siapa lelaki yang tidak terangsang dengan pemandangan seperti itu. Saat menyadari pakaiannya tembus pandang, shafir terkejut dia refleks menutup dadanya dengan wajah yang memerah. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud ..." Ucap Gaston saat menyadari jika sikapnya ini tidaklah baik dan sopan. Gaston melepaskan jas-nya dan memberikan kepada Shafir. Wanita itu tentu menerima keadaan seperti ini tidak baik jika keras kepala dan menolak, lagi pula dia juga tidak bisa membiarkan Gaston melihat pakaian dalamnya. Shafir mengenakan jas Gaston, keadaan menjadi canggung sesaat. Shafir akhirnya bersuara dia meminta untuk di antarkan kembali ke perusahaan. Gaston setuju dia tidak keberatan sama sekali dengan semua itu, malah dia merasa senang karena bisa berduaan dengan Shafir lebih lama. "Kau dekat dengan, Rora?" "Kami bertemu di Mall saat berbelanja, kami bicara dan menjadi dekat di saat bersamaan ...." Jelas Shafir. "Tidak aku hanya kagum kau bisa mengajak Rora berteman, dia agak tertutup dan tidak mudah bergaul dengan orang lain." Jelas Gaston. "Sepertinya kalian sangat mengenal satu sama lain, pasangan yang sangat serasi ..." Ujar Shafir. "Seperti yang aku tahu aku dan dia mengenal sangat lama, kami juga saling mencinta dan menjadi teman di dalam suka dan duka." Shafir sebenernya malas mendengarkan kisah mereka, untuk apa dirinya tahu? Dia hanya mengulas senyuman tipis, sesaat keheningan terjadi sebelum akhirnya mereka sampai di depan gedung perusahaan milik Black Jerico. Shafir melepaskan sabuk pengamannya, tapi dai bingung bagaimana caranya agar dia bisa masuk, karena bajunya transparan sedangkan. "Pakai saja, jas milikku ... Kau bisa pakai sampai bajumu kering, kapan-kapan kau kembalikanlah ...." Ujar Gaston. "Baiklah, terima kasih ... Bisa minta nomer telepon? Aku akan hubungi setelah selesai mencuci jas ini." Ujar warna itu. Gaston memberikan nomor ponselnya dan membiarkan Shafir pergi sepeninggal wanita itu Gaston tersenyum kecil dia mengingat bagaimana wajah Shafir memerah tadi. Tapi saat itu juga dia tersadar jika dirinya tidak boleh tertarik pada wanita itu, apa lagi dia memilih hubungan baik dengan Rora. Di dalam gedung perusahaan Shafir masuk ke lift menuju lantai kantor Black Jerico berada. Dia dan Black Jerico tidak banyak bicara semenjak malam itu dia hanya melakukan apa yang lelaki itu perintahkan saja tanpa banyak bertanya. Hari ini dia akan menemui Black Jerico memberikan laporan dan juga mengatur pertemuan dengan Gaston segera. Shafir masuk ke dalam ruangan Black Jerico, lelaki itu sedang terlihat berbicara di telepon membuat Shafir dia tidak ingin mengganggu dan hanya menunggu saja sampai lelaki itu selesai berbicara. Setelah mematikan ponselnya barulah Shafir berani bicara dia meletakan laporan yang Lelaki itu minta. Namun, tatapan lekat Black Jerico membuat Shafir tertunduk. Lelaki itu melihat rambut Shafir yang basah serta jas seseorang yang wanita itu kenakan. "Kau kehujanan?" "Iya, saat kembali dari pertemuan dengan Gaston tiba-tiba saja hujan ... Jadi aku sedikit terkena hujan, beruntung mendapatkan tumpangan ..." "Lalu jas itu?" "Ini milik Gaston, dia pinjamkan karena pakai yang aku kenakan tembus pandang jadi dia meminta aku memakai ini saja untuk menutupi tubuhku." Jelas Shafir dengan polosnya. Black Jerico sedikit berubah, Lelaki itu bersikap dingin dan tidak banyak bicara. Seperti saat ini setelah menanyakan semau itu dia bersikap acuh dan memintanya Shafir untuk kembali ke ruangannya. Shafir menurut dia duduk di ruangan sembilan mengeringkan diri, dia merasa dingin dan sedikit flu karena terkena hujan dan pakaian yang basah. Shafir menuju kafetaria dia mengambil beberapa minuman hangat sekedar untuk menaikan suhu tubuhnya. Ingin berganti pakaian tapi dia tidak membawa baju ganti nama sekali. Setelah selesai dengan minumannya Shafir kembali ke ruangan dia terkejut saat mendapati ada tas berisi pakai di atas meja yang di letakan begitu saja. Shafir tersenyum dia tahu jika black Jerico adalah orang memberikan semua ini. Pada akhirnya walaupun berusaha untuk tidak memperdulikan Shafir ia tetap saja tidak bisa mengabaikan wanita itu. Shafir menuju toilet untuk berganti pakaian setelah selesai dia kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaan. *** Gaston kembali dari kantor, lelaki itu masuk ke dalam kamar dan mendapati Rora sedang bersantai sambil menggunakan masker di wajah. wanita itu nampak menatap Gaston sesaat sebelum akhirnya mengalihkan pandangan kembali pada layar ponselnya. Namun, ada rasa yang mengganjal ada sesuatu yang kurang dari lelaki itu membuat Rora kembali memerhatikan Gaston. "Di mana jas yang kau gunakan?" Tanya Rora dengan wajah menyelidik. "Aku meninggalkan di kantor ... Tadi lepas pertemuan aku sedikit kehujanan jadi aku melepaskan jas dan menggantungnya, tapi aku malah lupa membawa kembali." Jelas Gaston yang tentunya semua itu hanyalah kebohongan saja dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya Karena takut jika Rora akan marah kepadanya, dia sungguh sedang tidak ingin berdebat dengan wanita itu. "Oh, begitu ..." Rora kembali asik dengan ponselnya wanita, sedangkan Gaston menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di dalam sana Gaston menguyur tubuhnya dengan air, membasahi ujung rambut hingga ujung kepala lelaki itu, dibawah guyuran air pikiran Gaston beralih pada Shafira, wajah yang entah mengapa bisa menarik perhatiannya dengan cepat. Kenapa dia bisa dengan mudah tertarik kepada wanita itu, padahal selama ini bahkan kecantikan Shafir saja tidak bisa membuat dia goyah selama bertahun-tahun. setiap kali Gaston memanggil nama Shafira dia tiba-tiba teringat dengan Shafir, hal itu yang terkadang membuat dia merasa tidak nyaman. Setelah lama waktu berlalu, Rora masuk dan menyusul lelaki itu kedalam kama mandi, dengan tubuh polos ia langsung memeluk Gaston lalu menggoda lelaki itu sambil memainkan milik Gaston. Namun, tanpa terduga Gaston malah menyudahi mandinya dia pergi meninggalkan Rora sendirian di dalam sana. Gaston sedang tidak ingin melakukan hal itu dia sedang tidak tertarik untuk bercinta dengan Rora. Rora di dalam sana terlihat kesal, tidak pernah sebelumnya Gaston menolak dirinya seperti ini. Lelaki itu akan selalu terangsang hanya dengan sedikit sentuhan dirinya saja. Apakah Gaston masih kesal dengan perdebatan mereka tadi pagi hingga lelaki itu memilih untuk menghindar Rora jika benar mana dia akan sangat sedih, Rora harus membujuk Gaston kembali, agar tidak marah kepadanya lagi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD