Bab 6 Bertemu

869 Words
Rasa dingin merambat di punggung Joseph seiring rasa bersalah yang semakin besar menggumpal di dadanya, membuat napasnya sesak. Bayangan gadis itu berusaha keras mempertahankan kehormatannya malam itu memenuhi pikirannya. “Apa selanjutnya yang harus saya lakukan, Tuan?” Suara asistennya yang bertanya mengusik pikiran Joseph. Dia menatap Davin serius, lalu beralih melirik jam tangan mewah di pergelangan tangannya. “Jam berapa shift kerja siang di rumah sakit itu berakhir?” Tanye Joseph setelah mengambil keputusan untuk segera menyelesaikan masalahnya. “Kalau tidak ada operasi, biasanya dokter Wellis sudah pulang pada jam empat sore.” “Operasi?” Dahi Joseph mengerut. “Dia dokter spesialis bedah?” “Hanya dokter umum, Tuan. Tapi katanya dokter Wellis merupakan salah satu dokter yang diandalkan dalam membantu tindakan operasi khususnya pasien yang mengalami trauma pada tulang.” Joseph terdiam. Bebannya semakin berat. Jadi gadis muda itu merupakan dokter berbakat. Joseph teringat sepasang mata jernihnya yang ketakutan malam itu. Joseph kembali melirik jam tangannya. Hampir pukul setengah empat sore. Keputusan itu diambilnya dengan cepat. Dia bangkit, mengambil jasnya, lalu berjalan keluar dari ruangannya langkah tegas. “Tuan..” Suara Davin di belakangnya membuat langkah Joseph terhenti. Dia menoleh dan berkata, “Saya akan mengemudi sendiri. Kamu selesaikan beberapa dokumen yang harus diperbaiki sesuai hasil meeting tadi.” “Baik, Tuan.” Joseph melanjutkan langkahnya, tidak mengetahui tatapan ingin tahu asistennya. Atau mungkin sempat melihatnya, tapi mengabaikannya. Tidak sulit menemukan rumah sakit itu. Mobil mewah Joseph memasuki halaman parkir rumah sakit sepuluh menit sebelum pukul empat sore. Dia memarkir mobilnya di dekat pintu utama dan menunggu beberapa menit sambil tetap duduk di belakang kemudi. Dia yakin tidak terlalu sulit mengenali sosok gadis itu. Wajah cantiknya tidak pasaran. Pokoknya Joseph yakin, dia bisa mengenali gadis itu begitu dia melewati pintu utama rumah sakit. Di depan rumah sakit, orang-orang berlalu lalang, sebagian besar staf medis yang hendak pulang setelah seharian bekerja. Suasana terasa tenang namun sibuk, dengan suara kendaraan dan langkah kaki yang menjadi latar belakang. Joseph memutuskan untuk menunggu di samping mobilnya. Dia berdiri dengan postur tegap, pandangannya lurus ke arah pintu yang menjadi akses keluar masuk utama di rumah sakit itu. Ia sengaja menunggu di tempat yang tidak terlalu mencolok, meski dengan penampilannya yang khas—setelan jas mahal, wajah yang dingin, dan postur elegan—ia selalu menarik perhatian. Joseph tidak peduli, karena dia sudah bertekad menyelesaikan masalahnya saat ini juga. Banyak orang yang keluar masuk, tapi sekali lagi Joseph meyakinkan dirinya bahwa dia bisa mengenali sosok Elaine Wellis dengan mudah. Dia tetap menunggu sambil bersandar di mobil. Jaraknya cukup dekat dari pintu utama. Jadi dia akan tetap bisa melihat sosok gadis itu saat dia keluar nanti. Tak lama kemudian, sosok Elaine muncul dari pintu utama rumah sakit, langkahnya sedikit lesu setelah seharian bekerja dan terutama setelah apa yang dia alami semalam. Rambutnya dikuncir kuda, wajahnya tampak lelah namun tetap menunjukkan ketegaran seorang profesional. Joseph melihatnya. Ya. Itu dia gadis yang dia tunggu. Kembali rasa dingin menyergap punggungnya melihat langkahnya yang sedikit tertatih. Joseph segera menghampiri saat gadis itu berjalan menuju ke tempat parkir sepeda motor. Jarak mereka sudah begitu dekat. Kedua tangan Joseph mengepal menahan perasaan aneh yang dia rasakan. Seumur hidupnya, baru kali ini dia merasa gugup dan takut bertemu seorang gadis. “Dokter Wellis…” Joseph memanggilnya, suaranya bergetar. Gadis itu berhenti dan menoleh. Dia menatap Joseph, mulanya hanya dengan sedikit rasa bingung. Tapi perlahan, ekspresi wajahnya berubah drastis—matanya melebar, napasnya tertahan. Dalam hitungan detik, wajahnya berubah menjadi marah, dan penuh kebencian. Pria ini… pikir Elaine dengan cepat, mengenalinya sebagai sosok yang telah menghancurkan kehormatannya. Joseph melihat perubahan ekspresinya dan tahu bahwa gadis itu mengingatnya. Rahangnya menegang, tapi dia berusaha tetap tenang. Dia tahu. Gadis di depannya ini mengenali siapa dirinya. Ketenangan yang biasa dimilikinya kini terguncang. Tapi Joseph tetap menatap Elaine intens. Kita akan menyelesaikan ini, pikirnya. Elaine balas menatapnya tajam, bibirnya mengatup rapat seakan menahan semua amarah yang berkobar di dalam dirinya. Mereka berdiri saling menatap di tengah orang-orang yang terus berlalu-lalang, seolah waktu berhenti di sekitar mereka. Meski Joseph berusaha tetap tenang, ia bisa merasakan tekanan dalam tatapan gadis itu. ‘Dia sangat membenciku.’ Pikir Joseph penuh kesadaran. “Kita perlu bicara,” Joseph akhirnya kembali berbicara, suaranya rendah namun penuh otoritas, mencoba mengendalikan situasi yang sudah mulai memanas. Elaine merasakan desiran amarah yang lebih dalam. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Dia ingin berteriak, ingin meluapkan semua emosi yang tertahan. Tapi tatapan orang-orang di sekitarnya membuatnya menahan diri. Suaranya keluar pelan, tapi penuh dengan kemarahan yang terkendali. “Apa yang Anda inginkan?” tanyanya dingin. Joseph terdiam, menatap wajah pucat yang sekarang begitu dekat di depannya. Kedua matanya murung, namun masih menyiratkan tekadnya. “Saya di sini untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan,” ucap Joseph beberapa saat kemudian, menjawab pertanyaan Elaine. “Saya tahu apa yang terjadi malam itu adalah sebuah kesalahan fatal, dan saya tidak berniat mengabaikannya. Saya ingin menyelesaikan ini secara baik-baik. Saya…” Elaine mendengus sinis, memotong kalimat pria di depannya yang terdengar sangat menggelikan di telinganya. Udara sore yang semula menyejukkan kini terasa begitu menyengat di kulitnya. Dia mengeraskan suaranya meski mencoba menahan emosi “Minta maaf? Menyelesaikan dengan baik? Bagaimana Anda bisa memperbaiki sesuatu yang tak bisa diperbaiki?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD