PROLOG - My Prince
"Apa kau bilang? Kiamat akan meledak bulan depan?"
Suara pria paruh baya  yang terkaget-kaget setelah mendengar sebuah berita membuat singgasana  yang didudukinya sedikit terguncang dan suaranya berdengung-dengung di  ruangan kehormatannya. Sementara peramal yang membungkuk sembari  menunduk di hadapannya itu hanya bisa pasrah mendengar reaksi rajanya  yang heboh itu.
Karena tidak sopan jika tidak menjawab pertanyaan sang raja, maka sang peramal itu memberanikan dirinya untuk menjawab. 
"Maaf jika saya agak  lancang, tapi apa yang saya katakan tadi merupakan ramalan kebenaran,  Yang Mulia. Artinya, peristiwa yang terbersit di kepala saya pasti akan  terjadi, dan setelah saya perkirakan dengan matang, peristiwa itu akan  meledak pada bulan depan tepat ketika perayaan ulang tahun kerajaan,  Yang Mulia."
Lirih Sang Peramal sembari mengatur napasnya yang mulai tidak stabil.
"Ini gawat!" Raja  kembali histeris. "Aku benci mengatakannya, tapi jika ramalanmu benar,  maka aku harus cepat-cepat memimang cucu dari kelima putriku! Aku tidak  mau mati dulu sebelum tanganku menggendong cucu-cucuku!"
Mendengar semua itu membuat sang peramal menemukan ide bagus untuk diberikan pada raja.
"A-Anu, Yang Mulia,"  ucap Sang Peramal berpakaian lusuh itu dengan mengangkat kepalanya  sedikit untuk melihat muka rajanya. "Jika memang itu yang Anda inginkan,  saya bisa memberikan satu gagasan untuk memenuhi keinginan Yang Mulia.  Itu pun jika Anda memberi izin pada saya."
Alis merahnya berkedut, rupanya sang raja sedikit tertarik pada omongan si peramal. 
"Aku izinkan, sekarang katakan, apa yang harus kulakukan?"
Sang peramal tersenyum. 
"Bagaimana kalau kelima  putri Anda diberikan tugas untuk mencari pendamping masing-masing  sebelum hari kiamat tiba, mungkin kedengarannya aneh, tapi saya pikir  itu cukup bagus."
"Apa kau bilang?" Sang  raja sedikit tersentak. "Kau pikir kelima putriku adalah gadis-gadis  murahan? Sepertinya aku keberatan untuk melakukannya."
"Ah, maaf, bukan maksud  saya menyebut kelima putri Anda seperti itu, tapi jika calon suami  mereka harus dicari melalui proses sayembara atau perjodohan, pasti akan  terjadi konflik-konflik yang tidak diinginkan, Yang Mulia. Seperti  contohnya, bisa saja putri Anda tidak suka dengan acara-acara memalukan  begitu, bukan?"
Sang peramal kembali melanjutkan.
"Jadi, satu-satunya cara  adalah membiarkan mereka untuk mencari lelaki pujaannya masing-masing  tanpa harus melalui embel-embel perjodohan atau pun sayembara, karena  dengan begitu, putri Anda tidak akan menyesal setelah menikah dengan  calon suaminya lalu kemudian, pastilah dia akan memberikan cucu  berkualitas cinta pada Anda sebagai hadiahnya yang tak ternilai."
Sebenarnya sang raja  masih tidak setuju pada ide yang dicetuskan si peramal berpakaian lusuh  itu mengenai harapannya untuk menimang cucu, tapi raja juga tidak ingin  putri-putrinya menikah dengan lelaki yang tak dicintainya jika jodohnya  dilalui dari sayembara atau sejenisnya.
Menghembuskan napas, sang raja akhirnya mengangkat pantatnya, dan berdiri memandang peramal yang ada di hadapannya. 
"Kalau begitu, apa boleh buat." 
***
William,  pria buncit yang kini sudah menyandang gelar raja tengah berjalan  didampingi prajurit-prajuritnya untuk pergi menuju ke kamar  putri-putrinya.
Kamar pertama yang dia kunjungi adalah,
"Emilia, ini Ayah. Bisakah kau keluar sebentar? Ada sesuatu yang ingin Ayah katakan."
Lalu, suara derik pintu terdengar dan keluarlah seorang gadis berambut hitam berbalut gaun putih yang memiliki senyuman cantik. 
Emilia menghampiri ayahnya setelah tersenyum ramah pada prajurit-prajurit di belakang ayahnya.
"Ada apa, Ayah?" tanya Emilia dengan suara lembut. "Tidak biasanya Ayah kemari dengan wajah super serius seperti itu."
"Ehem!" William berdehem. "Begini, sebenarnya ..."
Lalu  William menceritakan semuanya pada Emilia, putri pertamanya yang  memiliki sifat elegan dan anggun bak seorang putri kerajaan  sesungguhnya.
"Jadi  begitu, ya," Emilia tetap mempertahankan senyumannya walau sekarang  sudah agak kaku dari sebelumnya. "Aku pikir, itu ide yang lumayan ...  bagus. Tapi, apakah aku harus mencarinya di luar istana? Menurutku,  prajurit-prajurit di sini pun tampan-tampan. Karena aku tidak terlalu  suka matahari, bagaimana kalau aku menikah saja dengan salah satu  prajurit kita?"
"TIDAK BOLEH!"
"Me-mengapa?" Emilia terkejut.
"POKOKNYA TIDAK BOLEH!"
***
Kemudian,  William melanjutkan perjalanannya menuju ke kamar putri yang kedua.  Sekarang, suasana di sini agak seram karena putri yang satu ini sangat  menyukai hal-hal berbau mistis.
Tok! Tok!
Kali  ini, William mengetuk pintu sebelum berbicara karena dia tahu bahwa  putri yang satu ini pasti tidak akan mendengar karena biasanya putri  tersebut sedang melakukan semacam ritual harian.
"Agnes! Buka pintunya! Ada yang ingin Ayah sampaikan padamu!"
Krieeeeeeet. 
Suara  pintu yang menyeramkan mulai terdengar dan terbukalah pintu megah nan  angker tersebut disertai hadirnya seorang gadis berambut cokelat  keriting yang mengenakan gaun hitam dan dia juga tengah menggenggam  sebuah boneka panda berwajah zombie.
"Berisik.  Kau menggangguku, Ayah. Apa lagi yang ingin kau lakukan di sini, dasar  tua bangka." ucap Agnes dengan mata melotot dan suara menggeram.
William hanya bisa menghela napas melihat tingkah Agnes yang makin hari makin aneh.
"Aku ingin kau segera mencari pacar untuk dinikahkan, karena Ayah sangat ingin menimang cucu darimu, Agnes."
"Cih."  Mendengarnya, Agnes mendecih jijik. "Kemarin kau menyuruhku untuk  mengusir kucing-kucing kesayanganku, dan sekarang? Pacar? Aku tidak  mengerti dengan isi kepalamu, Ayah."
BRAK!
Agnes masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintunya dengan kencang.
***
"Victoria, apa kau sedang sibuk? Ada Ayah di depan kamarmu, kemari sebentar, ada yang ingin Ayah bicarakan denganmu."
"Iya!  Iya! Ayah! Tunggu sebentar!" Lalu seorang gadis berambut pirang dengan  gaun ungu muncul dengan berlari-lari dari kamarnya. "Waaah! Aku tidak  percaya Ayah berkunjung ke kamarku! Bagaimana? Apakah Ayah masih  penasaran dengan dekorasi kamarku? Masuk saja, akan aku tunjukkan sebuah  kilauan cantik di dalam kamar!"
"Tidak-tidak,  Ayah kemari bukan untuk itu," Seketika raut wajah Victoria yang awalnya  ceria langsung kecewa. "Victoria, mengingat usiamu sudah matang, Ayah  tidak keberatan jika kau memiliki seorang pac--"
"HENTIKAN!"  Tiba-tiba Victoria menyentak. "Jika itu ada sangkut pautnya dengan  lelaki, aku tidak mau dengar! Pokoknya aku tidak mau dengar!"
William kaget mendengarnya.
***
Kesal  dengan ungkapan Victoria, William berusaha untuk tetap melanjutkan  tugasnya mengunjungi kamar putri selanjutnya dan kali ini, giliran putri  keempatnya.
Baru  saja William akan mengetuk pintu, tapi ternyata, pintu tersebut  langsung dibuka oleh gadis berambut merah panjang bergaun biru, dia  memberikan secercah cahaya manis dari wajahnya pada William.
"Ayah  tidak perlu repot-repot mengetuk pintu kamarku, karena aku sudah tahu  Ayah akan datang," ucap gadis itu dengan tersenyum manis. "Tenang saja,  aku bersedia, kok." 
Tiba-tiba, gadis itu berkata aneh.
"Apa yang kau bicarakan, Laila?" William memiringkan kepalanya.
"Ayah  kesini karena ingin meminta cucu padaku, kan? Iya, aku bersedia, karena  aku tahu Ayah sangat menginginkannya. Lagi pula, tidak sopan rasanya  jika menolak permintaan seorang Ayah yang selalu mengabulkan keinginanku  dari kecil." 
Ucapan  Laila seketika membuat William sangat bahagia, dia tidak percaya ada  salah satu putrinya yang bersedia melakukan itu. Benar-benar diluar  dugaan.
"Laila,  Ayah senang. Kau satu-satunya Putriku yang sangat baik. Ayah bangga.  Kalau begitu, kenalkan pada Ayah calon pangeranmu jika kau telah  menemukannya, sayang."
Laila mengangguk patuh. 
"Baik, Ayah." 
***
Mengingat  kata-kata Laila yang sangat baik dan pengertian, William tidak  habis-habisnya senyum-senyum sendirian sembari kakinya terus berjalan  menuju kamar putri bungsunya.
Setelah  sampai di depan kamar si bungsu, William mempersiapkan diri dahulu  karena dia tidak bisa menebak reaksi dari putri terakhirnya, dia  berharap semoga bukan penolakan yang akan diterimanya.
"Charlotte,  maaf jika kedatangan Ayah mengganggumu, tapi bisakah kau keluar  sebentar? Ada yang ingin Ayah bicarakan denganmu, sayang."
Dan pintu kamar langsung terbuka, menampilkan sesosok gadis berambut pink dengan memakai gaun merah bak darah. Charlotte memperlihatkan senyuman sinis pada ayahnya.
"Wah,  wah, wah, rupanya ada seorang Ayah tak tahu malu yang berkunjung ke  kamarku setelah dia merampas banyak hal dariku. Sungguh tak  berpendidikan. Kira-kira, apa yang akan dibicarakan pria itu, ya? Apakah  dia akan merampas benda-benda kesayanganku lagi?" 
William  tahu betul sifat dari Charlotte yang suka sekali menunjukkan muka sinis  dengan omongan sindir menyindir. Sepertinya tidak ada harapan untuk  putri bungsunya ini, karena melihat dari sifatnya saja, William paham  akan jawaban dari sang putri tersebut.
"Ayah  tidak akan merampas apa-apa lagi darimu, tapi kali ini, tolong hentikan  sindiranmu dan dengarkan Ayah," kata William dengan intonasi tajam.  "Ayah ingin kau segera menikah, Charlotte."
"Pffft! HAHAHAHAHA!!" 
Reaksi  yang diberikan Charlotte adalah ledakan tawa yang menguasai lorong  istana ini, membuat William dan dua prajuritnya sedikit marah.
Charlotte  menatap muka Ayahnya. "Menikah, kau bilang? Hahahaha! Sekarang, kau  juga ingin merampas kebebasanku? Bodoh sekali! Hahahahaha!"
"Aku tahu saat ini kau sedang marah, Charlotte, jadi hentikan tawamu itu." perintah William pada Charlotte dengan tegas.
Dan ternyata benar, Charlotte langsung diam dan memperlihatkan ekspresi super kesal pada ayahnya.
"Menarik  sekali," Charlotte tersenyum sinis. "Rupanya kau juga ingin merampas  kebebasanku untuk melajang? Sudah cukup, Raja payah! Kau tidak bisa lagi  mengatur-atur hidupku!"
William menggelengkan kepalanya.
"Sudah kuduga." 
☆☆☆
TO BE CONTINUED ...
Yohooo~  Selamat datang di cerita baruku ini! Maaf jika terdapat kesalahan kata  atau kalimat yang membuat mata kalian sakit, tapi bagaimana? Aku  penasaran dengan pendapat kalian mengenai cerita baruku ini.
Semoga kalian terhibur dengan My Prince yang kutulis ini.
Oh iya, tema kali ini adalah satu lelaki direbuti oleh banyak gadis. 
Jadi, bisa dibayangkan dong bagaimana kelanjutan ceritanya.
Oh iya, putri mana yang kalian suka? Kasih tahu dong, serta alasannya, ya? Wkwk ^^
See you next chapter!
Baru prolog sih. Wkwk ^^