"Tuan, perintah Anda untuk mematahkan tangan Tuan Xander sudah dilaksanakan." Ron memberitahu Shael yang saat ini sedang menghapus noda darah di tangannya dengan sapu tangan.
Shael menyerahkan sapu tangan yang bernoda darah pada Ron. Ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ron tadi, tapi ia tidak menanggapi karena ia merasa itu tidak perlu. "Urus tempat ini."
"Baik, Tuan."
Setelahnya Shael pergi menuju ke mobil yang ada di halaman rumah terbengkalai itu.
Shael mengeluarkan cerutunya, pria itu bersandar di mobil hitamnya. Bawahannya segera menyalakan api, lalu kemudian Shael segera menghisap benda itu dengan wajahnya yang dingin.
Ron dan beberapa bawahannya segera menyiramkan bangunan itu dengan bahan bakar, lalu kemudian Ron mundur dan melemparkan pemantik ke tempat yang sudah disiramkan bahan bakar. Seketika api menyebar dan membakar kediaman itu.
Shael selesai merokok. Pria itu melihat kobaran api di depannya tanpa ekspresi, detik selanjutnya ia masuk ke dalam mobil.
Enam mobil meninggalkan lokasi itu. Shael telah membunuh lima orang, salah satunya adalah bawahannya yang telah mengkhianatinya dan melarikan diri ke tempat ini. Sementara empat orang lainnya adalah pemimpin kelompok mafia kecil yang berani mengusik daerah kekuasaannya di negara itu.
Shael adalah pria yang sangat kejam, untuk mempertahankan bisnisnya, ia telah membunuh banyak pemimpin mafia yang mencari masalah dengannya.
"Tuan, ke mana kita akan pergi?" tanya Ron.
"Kembali ke vila."
"Baik, Tuan."
Sampai di vila, Shael mengistirahatkan tubuhnya. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana. Perjalanan seperti ini bukanlah perjalanan yang melelahkan bagi Shael, karena ia pernah melakukan perjalanan yang memakan waktu lebih lama ini dengan medan yang berat.
Shael melihat jam di tangannya, ia ingin menghubungi Skyla, tapi mungkin saat ini Skyla sudah tidur. Shael memutuskan untuk tidak mengganggu istirahat Skyla.
**
Di rumah sakit, saat ini Xander telah dipindahkan ke ruang perawatan. Ia tidak hanya mengalami patah tulang di tangannya, tapi juga beberapa memar di tubuhnya karena pukulan.
Orangtua Xander menatap Xander dengan sedih. Meski mereka sangat kesal pada Xander, tapi mereka tidak ingin ada hal buruk yang terjadi pada putra sulung mereka.
Setelah beberapa waktu, asisten pribadi Edward datang dan melaporkan tentang hasil pemeriksaan di sekitar tempat pemukulan Xander.
"Tuan, orang yang memukuli Tuan Xander berada dalam pengaruh alkohol. Setelah memukuli Tuan Xander pria itu melarikan diri. Kami telah mencari pria itu di tempat tinggalnya, tapi kami tidak menemukan orang itu."
Edward diam sejenak, ia tidak mencurigai hasil penyelidikan asisten pribadinya. Xander memang keluar dari klub malam, jadi tidak heran jika ada orang mabuk di sana. Putranya hanya sial karena bersinggungan dengan pemabuk itu.
"Temukan orang itu bagaimana pun caranya. Lakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Xander."
"Baik, Tuan." Asisten pribadi Edward segera meninggalkan rumah sakit.
**
Pagi harinya Xander sadarkan diri. Pria itu merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
"Kau sudah bangun." Edward menatap putranya dengan seksama.
"Ayah, Ibu." Xander melihat orangtuanya bergantian.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa berakhir di sini?" tanya Edward.
Xander kemudian mengatakan seperti yang dijelaskan oleh asisten pribadi Edward semalam.
"Kenapa kau tidak membawa pengawalmu bersamamu?"
"Aku ingin sendiri, jadi aku tidak pergi dengan mereka," jawab Xander.
"Tangan kananmu patah, butuh waktu beberapa bulan untuk benar-benar pulih." Edward memberitahu Xander tentang kondisinya.
Xander cukup terpukul setelah mengetahui kondisinya. Wajar saja ia merasa tangannya sangat sakit. Ia melihat ke tangan kanannya. Untuk beberapa bulan ke depan, ia tidak akan bisa beraktivitas dengan normal lagi.
"Jadi, sekarang apakah kau sudah memikirkan untuk meminta maaf pada Skyla atau tidak?" tanya Janice.
"Bu, aku sedang sakit. Kenapa Ibu harus membahas mengenai hal ini?"
"Karena jika kau tidak ingin meminta maaf maka kami tidak perlu repot mengurusmu. Kau bisa mengurus dirimu sendiri." Janice berkata dengan tega.
"Aku akan meminta maaf pada Skyla, tapi, aku tidak akan menarik kembali apa yang sudah aku ucapkan." Xander tidak akan melanjutkan pertunangannya dengan Skyla.
"Terserah padamu, tapi kau juga harus ingat bahwa sampai kapanpun Zeanne tidak akan pernah bisa memasuki keluarga Abraham!" Janice juga tetap pada pendiriannya.
Xander merasa bahwa dunia benar-benar tidak adil pada Zeanne. Hanya karena ia anak dari seorang perusak rumah tangga orang lain, Zeanne dipandang begitu hina. Padahal jika bisa memilih Zeanne sendiri pasti tidak ingin dilahirkan dari seorang wanita yang seperti itu.
"Setelah kau keluar dari rumah sakit, temui Skyla dan juga keluarganya. Minta maaf secara langsung pada mereka." Kali ini Edward yang bicara.
"Aku akan melakukannya, Ayah."
"Suamiku, ayo kita pulang. Aku tidak tidur semalaman, kepalaku sakit. Biarkan pengawalnya yang menjaga Xander."
"Ya, Sayang," seru Edward. "Ayah dan Ibu akan kembali ke rumah, jika kau merasa tidak nyaman segera panggil dokter."
"Ya, Ayah." Xander sudah cukup dewasa, jadi ia tidak akan menahan orangtuanya untuk tetap tinggal. Ayahnya sangat sibuk mengurus perusahaan, begitu juga dengan ibunya yang memiliki yayasan yang harus diurus.
Setelahnya Edward dan Janice meninggalkan ruang perawatan Xander. Keduanya tidak benar-benar mengabaikan Xander, mereka berpesan pada pengawal Xander jika terjadi sesuatu pada Xander, mereka harus memberikan kabar.
Setelah orangtuanya pergi, ponsel Xander berdering. Itu adalah panggilan dari Zeanne. Xander tidak ingin membuat Zeanne khawatir, jadi ia tidak akan memberitahu Zeanne tentang kondisinya saat ini.
"Selamat pagi, Xander."
"Selamat pagi, Zea."
"Apakah kau jadi menjemputku?"
"Maafkan aku, Zea. Aku tiba-tiba harus pergi ke luar negeri selama beberapa hari ke depan, jadi aku tidak bisa menjemputmu."
"Apakah terjadi sesuatu?"
"Tidak terjadi apa-apa, ini tentang perusahaan."
Zeanne mengerti, ini bukan pertama kalinya Xander terjun ke perusahaan ayahnya. "Baiklah kalau begitu, aku akan sangat merindukanmu."
"Aku juga akan sangat merindukanmu."
Dokter masuk, Xander segera berkata lagi. "Zea, aku harus menutup panggilannya. Aku akan menghubungimu lagi nanti."
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik."
"Ya."
Setelahnya Xander menutup panggilan itu, lalu kemudian dokter memeriksa kondisi Xander.
**
Hari-hari berlalu, Ron datang untuk menemput Skyla di kediaman orangtua Skyla.
Mau tidak mau Skyla masih masuk ke dalam mobil yang menjemputnya. Orangtuanya yang mengantarnya ke depan, masih memiliki raut kekhawatiran dan rasa sedih yang sama seperti sebelumnya.
Skyla hanya ingin semua ini cepat berakhir agar orangtuanya tidak risau lagi.
"Ke mana kau akan membawaku?" Skyla bertanya, ia ingat bahwa ini bukan jalan menuju ke kediaman Shael.
"Tuan Shael menunggu Anda di restoran untuk makan siang bersama." Ron menjelaskan.
Skyla tidak memiliki apa-apa untuk ditanyakan lagi. Mobil terus melaju, beberapa menit kemudian ia sampai di sebuah restoran.
Ron membawa Skyla ke sebuah ruangan pribadi. Saat ia masuk ada Shael di sana.
"Kita bertemu lagi, Skyla." Shael tersenyum pada Skyla, pria itu mendekati Skyla kemudian mencium bibir manis Skyla tanpa aba-aba.
Skyla mencoba mendorong Shael, tapi itu tidak ada gunanya karena Shael selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan.
"Tuan Shael, bisakah kau meminta izin terlebih dahulu sebelum menciumku!" seru Skyla kesal.
Shael tertawa kecil. "Kau adalah milikku, aku tidak membutuhkan izin dari siapapun untuk menyentuh milikku."
Skyla tidak ingin menghabiskan energinya berdebat dengan Shael, karena ia sangat tahu ada yang salah dengan otak Shael.
Tangan Shael menyentuh wajah Skyla yang tidak lagi bengkak, tapi masih ada lebam samar di sana. "Obat itu bekerja dengan cukup baik."
Ia kemudian menjauhkan tanganya. "Duduklah."
Skyla segera duduk di kursi yang ditarik oleh Shael untuknya. Beberapa saat kemudian pelayan masuk ke dalam ruangan itu.
"Apa yang ingin kau makan?" tanya Shael.
"Aku tidak lapar," balas Skyla.
"Baik, kalau begitu pesan minuman."
Skyla menyebutkan nama minuman yang ia inginkan, pelayan segera mencatatnya.
"Kau tidak ingin bertanya apa yang ingin aku makan?" Shael menatap Skyla dengan nakal.
"Tidak ."
Shael tertawa kecil. "Karena aku baik hati, aku akan memberitahumu. Aku sangat ingin memakanmu sekarang."
"c***l m***m!" kesal Skyla.
Pelayan wanita yang mencatat pesanan merasa pahit. Ia seharusnya tidak ada di dalam ruangan ini sekarang.
Sekali lagi Shael tertawa, kekesalan Skyla adalah hiburan baginya.
Saat melihat Shael tertawa, pelayan wanita di sana terpana. Ia terjebak dalam pemandangan yang ada di depan matanya.
Ada begitu banyak pria tampan di dunia ini, tapi pria ini sangat karimastik dengan tawa di wajah dinginnya yang tampan.
Sayangnya, pria tampan seperti ini tidak akan mungkin diciptakan untuk wanita yang biasa saja. Lihat saja wanita yang bersamanya, itu benar-benar seperti ratu es, dingin tapi sangat menawan. Cantik dan memikat.
tbc