3. Milikku

1341 Words
Hari-hari Skyla berlalu dengan damai, suasana hatinya juga sudah membaik. Ia tidak lagi memikirkan bagaimana ia dilecehkan oleh Shael. Skyla melangkah menuju ke parkiran bersama dengan Richelle, keduanya sudah tidak memiliki jadwal lagi kuliah lagi hari ini. "Sampai jumpa besok, Sky." Richelle melambaikan tangannya. "Sampai jumpa, Richelle." Richelle masuk ke dalam mobilnya, wanita itu mengemudi sendiri. Setelahnya Skyla juga masuk ke dalam mobilnya. "Pulang." Skyla tidak memiliki keinginan untuk berkeliaran di luar hari ini. Ia pikir bersantai di rumah jauh lebih baik daripada bepergian sendirian. "Baik, Nona." Pengawal Skyla segera melajukan mobil meninggalkan parkiran. Beberapa menit kemudian enam mobil Rolls-Royce Phantoms hitam melaju ke arah mobil Skyla dengan sombong. Mobil Skyla segera berhenti karena jalan mereka telah diblokir. "Apa yang terjadi?" tanya Skyla. "Beberapa mobil memblokir kita, Nona." Pengawal menjawab. Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini terjadi dalam sepuluh tahun ia mengawal Skyla. Skyla melihat ke sekelilingnya, benar saja. Di depan, belakang dan sisi sebelahnya dihadang oleh mobil. Sementara di sisi lainnya adalah trotoar. Skyla mengerutkan keningnya, siapa orang-orang gila yang bertingkah seperti mafia ini. Apakah orang-orang ini adalah musuh-musuh bisnis ayahnya? Bukankah orang itu terlalu berani? Pintu mobil yang berada tepat di depan mobil Skyla terbuka. Seorang pria yang tidak begitu asing di mata Skyla terliha. Pria itu membuka pintu bagian belakang lalu kemudian sosok pria tinggi dengan setelan hitam keluar dari sana. Itu adalah pria m***m yang melecehkannya. Pria itu tidak mendekati mobil Skyla, melainkan bersandar di mobilnya dengan arogan. Ia menyelipkan cerutunya lalu pengawalnya menyalakan api dengan hormat. Di dekatnya, ada barisan pengawal yang berdiri di dua sisi. Skyla mengumpat di dalam hatinya. Siapa sebenarnya pria gila yang sudah ia singgung ini. "Nona, tetap di dalam mobil. Saya akan keluar untuk mengetahui situasinya." Pengawal yang tidak mengemudikan mobil bicara dengan sopan pada Skyla. "Ya." Pengawal itu kemudian keluar. Ia merasa tertekan karena aura kuat pria yang sedang merokok saat ini. "Maaf, Tuan. Apakah Tuan memiliki urusan dengan Nona kami?" tanya pengawal itu dengan sopan pada Shael. "Katakan pada Nonamu untuk masuk ke dalam mobilku." "Maaf, Tuan. Apakah Anda dan Nona saling mengenal?" "Pergi dan katakan saja!" Pengawal Skyla mundur, ia kembali ke sisi Skyla. "Nona, Tuan itu mengatakan bahwa dia ingin Nona masuk ke dalam mobilnya." "Apa sebenarnya yang diinginkan oleh b******n m***m itu!" Skyla berkata dengan kesal. Hidupnya sudah damai beberapa hari ini, ia kira b******n m***m itu tidak akan mengganggunya lagi, tapi ternyata ia salah. Pria itu bahkan berani mencegatnya di tengah jalan. Benar-benar terlalu arogan. "Nona, jika Anda tidak ingin pergi maka saya akan memanggil petugas polisi untuk mengatasi mereka," seru pengawal yang mengemudikan mobil. Skyla berpikir, dengan dua belas pengawal melawan dua pengawalnya, tentu saja mereka bisa menyelesaikan ini dengan mudah bahkan sebelum polisi tiba. "Aku akan menemuinya." "Nona, apakah ini tidak berbahaya?" Meski dua pengawal Skyla merasa terintimidasi, tapi mereka juga tidak ingin membiarkan nona mereka berjalan menuju bahaya. "b******n itu tidak akan membunuhku." Skyla kemudian keluar dari mobilnya. Ia melangkah menuju Shael yang berdiri dengan angkuh. "Masuk." Shael memberikan perintah pada Skyla. "Aku tidak akan masuk. Katakan saja apa yang kau inginkan!" Skyla berkata dengan ketus. "Nona Skyla, aku tidak akan bicara dua kali." "b******n sialan!" Skyla mengumpat, dia masuk ke dalam mobil dengan terpaksa. Shael tersenyum kecil, pria itu segera masuk ke dalam mobilnya. "Jalan!" "Ke mana kau akan membawaku!" Skyla menatap Shael tajam. "Aku lapar. Temani aku makan." Skyla menatap Shael tidak percaya. "Tuan, aku rasa kita tidak sedekat itu sampai kau memintaku menemanimu makan." "Aku tidak memintamu, tapi aku memberitahumu." Shael berkata dengan acuh tak acuh. Ia jelas bukan tipe manusia yang akan meminta persetujuan dari orang lain. Ia akan melakukan apapun yang ia sukai dengan cara memaksakan kehendaknya. "Tuan, berhenti bermain-main denganku. Sudah aku katakan malam itu aku tidak menargetkanmu menjadi bahan taruhan. Aku tidak tahu siapa yang akan masuk dari pintu itu." Skyla merasa kepalanya akan meledak. Harus bagaimana ia bicara dengan pria di depannya. Ia benar-benar tidak bisa bicara menggunakan bahasa hewan. "Ketidaktahuanmu adalah keberuntunganmu. Nona Skyla, kau berhasil menarik perhatianku. Sejak kau menciumku, kau adalah milikku." Sopir dan juga Ron yang berada di depan hanya duduk seperti balok kayu. Mereka mengasihani Skyla yang harus berhadapan dengan bos mereka yang menakutkan. "Milikmu apa?! Aku bukan milikmu! Turunkan aku sekarang juga!" Skyla bisa gila jika ia terus-terusan bicara dengan Shael. "Kau tidak memiliki pilihan lain selain menerima fakta bahwa sekarang dan seterusnya kau adalah milikku." "Tuan, kau benar-benar sakit jiwa!" Mulut Skyla benar-benar tajam, itu sudah dilatih sejak ia masih kecil. Itu juga yang menjadi sebab ia tidak memiliki banyak teman karena ia selalu mengatakan apapun yang ada di kepalanya. Shael sangat menyukai sikap galak Skyla. Pria itu meraih pinggang Skyla lalu kemudian mencium Skyla dengan paksa. Lidahnya menerjang masuk ke mulut Skyla, membelai lidah Skyla dengan ganas. Skyla berjuang sekuat tenaga untuk membebaskan dirinya dari Shael, tapi Shael seperti gunung yang tidak tergoyahkan. Perlawanan Skyla membuat Shael semakin lapar. Pria itu menggerogoti mulut Skyla seperti serigala gila yang menciumnya tanpa ampun. Skyla menatap Shael dengan penuh kebencian. Meski ia telah beberapa kali mencium pria, tapi ia tidak pernah berciuman dengan cara seperti ini. Yang lebih menjijikan baginya adalah lidah Shael yang terus menerjang masuk. Skyla merasa sangat mual. Ia tidak bisa lagi menerima penghinaan ini. Skyla menggigit bibir Shael dengan kuat, rasa tembaga-logam dari darah segera menyebar di mulut keduanya. Shael akhirnya melepaskan ciuman itu, bukan karena ia kesakitan, tapi karena ia sudah puas mencium Skyla. Kemarahan Skyla sudah menumpuk, wanita itu mengangkat tangannya dan menampar Shael dengan sangat kuat. Ia mengalirkan semua kebencian dan kemarahannya di sana. Suara yang begitu nyaring mengejutkan tiga orang di sana. Terlebih sopir dan juga Ron. Ini adalah pertama kalinya seorang Shael mendapatkan tamparan. Bekas tamparan tampak jelas di wajah dingin Shael. Pria itu menatap Skyla dengan tatapan yang menakutkan. "Tuan, jangan pernah berpikir kau bisa mencium orang lain sesuka hatimu! Aku bukan p*****r!" "Nona, apakah kau tahu kau adalah orang pertama yang menamparku." Suara Shael berat, dingin dan mengerikan. Siapa saja yang mendengarkannya saat ini pasti merasakan ketakutan. Namun, tidak dengan Skyla yang dipenuhi oleh amarah. Persetan dengan apa yang dikatakan oleh b******n di depannya. Ia benar-benar ingin membunuh orang ini sekarang juga. Shael mengabaikan kata-kata Skyla, ia kembali mencium Skyla dengan paksa. Skyla merasa sangat emosional setelah dihadapkan dengan pelecehan berkali-kali. Ia ingin berteriak, menerjang, memukul dan mencabik-cabik Shael, tapi ia jelas tidak akan bisa mengalahkan pria yang sedang mengobrak-abrik mulutnya dengan lancang. Air mata Skyla jatuh. Ia tidak pernah menangis sebelumnya, tapi sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah menangis sebagai bentuk luapan emosinya yang tidak bisa ia salurkan. Shael berhenti mencium Skyla ketika ia merasakan wajahnya basah. Ia benar-benar membenci wanita cengeng. "Menepi!" Shael memerintah sopirnya. Mobil mewah itu segera menepi, mobil di depan dan di belakangnya juga mengikuti. "Keluar!" Shael bicara pada Skyla tanpa melihat ke wajah Skyla. Skyla segera membuka pintu, ia telah kehabisan seluruh energinya bahkan untuk mengutuk Shael saja ia sudah tidak bisa. Ia segera berjalan menuju ke mobilnya yang berada di barisan paling belakang. Suasana hatinya jatuh ke titik terendah. Pengawal Skyla menatap Skyla dengan seksama, mereka melihat ke bibir Skyla yang bengkak dan juga mata Skyla yang basah. "Nona, apa perintah Anda?" Salah satu dari mereka bertanya pada Skyla. "Kembali ke rumah." "Apakah Nona baik-baik saja?" tanya yang lainnya. "Aku baik-baik saja," jawab Skyla dengan datar. Pengawal kemudian membawa Skyla kembali ke kediamannya. "Tidak perlu melaporkan apa yang terjadi pada Ayah dan Ibu. Aku tidak ingin mereka mengkhawatirkanku." Skyla memberikan perintah pada pengawalnya. Kedua pria itu saling menatap sebelum akhirnya mereka menjawab. "Baik, Nona." Skyla segera pergi ke kamarnya, ia segera mencuci wajahnya dan menggosok bibirnya berkali-kali, tapi rasa ciuman penuh paksaan Shael masih saja tertinggal di sana seolah menjadi noda yang melekat kuat. Skyla mengurung dirinya di kamar, ia bahkan tidak memiliki nafsu makan sama sekali. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pria b******n itu mungkin akan mengganggunya lagi. Haruskah ia pindah ke luar negeri? Skyla kali ini merasa sangat tertekan. Tidak, kenapa ia yang harus pindah ke luar negeri. b******n sialan itu yang seharusnya pindah ke neraka. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD