"Terima kasih, Pak Wali. Bapak enggak perlu jemput saya, saya bisa pulang sendiri nanti." "Baik, Non." Malika sudah tiba di depan gedung perusahaan milik suaminya, Arka. Sesuai permintaannya, ia minta pada Pak Wali —sang supir— untuk menurunkannya di depan gedung, pinggir trotoar jalan. "Enggak enak kalau Bapak nurunin saya di dalam sana. Saya 'kan mau ngelamar kerja masa diantar mobil, enggak lucu kesannya." Begitulah kata gadis sembilan belas tahun itu. Meskipun seorang gadis kampung, tetapi ia tidak bodoh. Ia cerdas untuk hal-hal yang terkadang tidak dimiliki oleh orang yang hanya lulusan SMP, seperti dirinya. Malika berjalan sedikit lebih ke arah pelataran gedung. Bertemu dengan satpam yang berjaga di depan pintu masuk gedung, Malika bertanya kepada sosok petugas tersebut. "Se