"Senyum, dong." Arka mencondongkan badan untuk mengamati wajah Rhea yang cemberut dan sedikit menunduk. Keduanya berada di ruang tamu apartemen Rhea. Duduk bersebelahan dengan memberi jarak beberapa centi saja. Rhea belum berniat untuk membuka mulut. Ingatan tentang obrolannya dengan Ernest semalam masih mengganggu suasana hatinya. Kesal, tentu saja. Bagaimana bisa orang yang jelas-jelas bersalah, justru memutarbalikkan kenyataan. Pelaku menuduh korban. Itulah yang dilakukan Ernest. "Princess, kamu tahu, kan, kamu selalu bisa ngomong sama aku, apa pun yang sedang kamu rasakan?" bujuk Arka. Pasalnya, ia tidak suka melihat Rhea berlarut-larut dalam pikirannya sendiri. Alangkah lebih baik jika ia menyuarakan apa yang sedang berkecamuk dalam benaknya. Setidaknya, menyuarakan pada dirinya. Ka