“Ya Tuhan, Mas?!” Gio hanya terdiam membisu, tubuhnya sedikit limbung oleh hantaman tak terduga. Sebuah noda merah gelap mulai merembes perlahan di tengkuknya, membasahi kerah kausnya. Pandangannya kosong, menatap dinding di depannya, seolah tak percaya apa yang baru saja terjadi. Melihat Gio yang hanya diam membisu sementara darah tampak mengucur di tengkuknya, Zeron bukannya mereda. Dia justru merasa kecewa, amarahnya kembali memuncak. Sebelum ini dia sudah merendahkan egonya, mencoba bicara baik-baik pada Gio. Zeron pikir masalah dendam di antara mereka bisa selesai secara damai, tetapi Gio masih saja memancingnya. Tanpa peduli dengan larangan Sonya yang kini berusaha mendekat dan menarik tangannya, Zeron terus melangkah maju. Matanya menyala penuh amarah, langkahnya cepat da

