Zeron hanya mengulas senyum tipis pasca mendengar ucapan terima kasih dari Sonya. Senyum itu bukan senyum lebar yang ceria, melainkan sebuah kurva kecil di sudut bibirnya yang menampilkan kepuasan mendalam dan kelembutan yang jarang ia tunjukkan pada dunia luar. Matanya yang gelap, yang barusan menyala karena emosi, kini memancarkan ketenangan yang menyejukkan. “Sudah kewajiban, tidak perlu berterima kasih, Sayang.” Jawabannya sungguh mengharukan, hati Sonya sampai menghangat seketika, seolah ada secangkir teh panas yang meluncur ke dalam rongga dadanya. Sebuah perasaan aman dan dicintai menguar, menghapus sisa-sisa kegelisahan yang tadi menggerogotinya. “Kewajiban?” “Hem, mama bilang begitu sih.” Zeron mengucapkannya dengan nada santai, seolah hal itu adalah kebenaran universal

