Bagi Ziona, tangisannya sore tadi adalah bentuk dari trauma dengan cara kepergian Gio yang tiba-tiba dan tanpa penjelasan. Namun, bagi Gio, pemandangan itu terasa begitu berbeda. Tangisan Ziona justru menjadi sesal yang menusuk, kemudian terus menjadi bayang-bayang dalam kesendiriannya. Bayangan wajah Ziona yang histeris dan penuh amarah terus menghantuinya, mengoyak ketenangannya. Setelah mencoba tidur di kamar tamu untuk beberapa waktu, Gio menyerah. Gelisah dan tak bisa memejamkan mata, dia perlahan keluar dari kamar, merasa butuh ketenangan yang tak bisa ia dapatkan di dalam ruangan pengap itu. Tak ubahnya seperti kebiasaannya di rumahnya sendiri, Gio nekat keluar dan bersantai di halaman belakang rumah Abimanyu, tempat yang ia tahu akan memberikan privasi. Jujur saja, ada sed

