Ada kesedihan sekilas di mata Gio, namun dia mengangguk mengerti. Dia menghargai kejujuran dan kesetiaan Ziona pada suaminya. Permintaan itu memang terlalu lancang, dan jawaban Ziona, meski menolak, justru menegaskan bahwa Ziona benar-benar sudah bergerak maju dan menemukan kebahagiaannya. “Maaf, aku terlalu lancang.” Gio menunduk, tak mampu menatap mata Ziona. Rasa malu menjalar di wajahnya. “It's okay, aku maafkan.” Ziona tersenyum tipis, sebuah senyum yang tulus. Dia bahkan tidak segan mengangkat tangannya, mengusap pundak Gio layaknya teman dekat, tanpa ada kecanggungan yang tersisa. “Sekarang kembalilah ke kamar, tidur dan mulai besok jalani hidup sebaik-baiknya, temukan kebahagiaan Kakak juga.” Tanpa menolak saran itu, Gio mengangguk pelan. Dia berusaha menahan gejolak emosi di

