Melihat rekaman itu, serasa hati Friska tercabik-cabik. Ia memang tak bisa mengelak lagi, namun tak mungkin juga menyerah begitu saja. Kesempatan itu sudah ada di depan mata, jadi mengapa ia harus menyia-nyiakannya? "Ini adalah saat yang tepat, Friska. Kamu nggak boleh nyerah," gumam Friska penuh semangat. Dengan langkah mantap, ia bangkit dan langsung memeluk Bara, seakan tak kenal takut dan malu. "Bara, aku sangat mencintaimu. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Tidak masalah walaupun kamu sudah menikah, aku mau kok jadi wanita simpanan kamu. Yang penting, kamu bisa adil antara aku dan Alexa," ucapnya dengan penuh harap. Mendengar hal itu, Bara tampak sangat terkejut. Dengan kasar, ia menolak Friska hingga wanita itu terjatuh. "Awh." Friska merintih kesakitan. Namun, Bara sama sekali ta