Chapter 1 : Honeymoon

928 Words
"Kalian kenapa masih di sini?"tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah penuh selidik. Wanita itu mengedarkan pandangan, menunggu salah satu orang yang ada di depannya menjawab. "Kami—" "Aku sibuk, mom!"celetuk Allan datar sambil melirik sedikit ke arah Emily yang langsung mengulum bibir. "Harusnya kau meninggalkan pekerjaan mu beberapa minggu, kapan aku bisa punya cucu jika kalian—" "Jangan memikirkan itu, akan datang waktunya jika kami siap!"lagi, suara Allan kembali melengking. Ia tersenyum tipis seakan semuanya begitu baik. "Kalian tidak ada masalah kan?"tegur wanita itu lagi dengan suara pelan, ia menatap Emily yang menarik ujung pakaiannya lalu menyelipkan rambut di telinga yang tampak tipis. Ia menggeleng ragu, seketika wanita berstatus orang tua kandung Allan itu langsung menangkap sesuatu darinya. "Kau bisa ceritakan padaku, jika—" "Kami hanya sedang menyesuaikan diri, mom."Emily mencoba menerangkan. Ayolah, ia tidak ingin melihat Anne  Willard pingsan seperti terakhir kali ia menolak perjodohan ini. "Ah kau benar, aku sampai lupa. Padahal kalian berteman dari kecil, tapi kenapa semua masih terlihat canggung,"Anne tersenyum tipis. Ia mengeluh pelan lalu meraih tas berlogo Channel yang ada di sampingnya. Mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. "Ini tiket untuk kalian! Pergilah honeymoon!"celetuk wanita itu sambil memberikan helai ticket dan paspor milik Emily. Ia sudah mengurusnya dari jauh hari, untuk gadis itu. "Kau terlalu berlebihan, mom. Aku paham, Allan sibuk." "Aku akan sangat kecewa jika kau menolaknya Emily, kalian harus bersenang-senang!"sambung wanita itu melirik tegas ke arah Allan yang hanya diam membisu. Ia hanya merasakan ponselnya bergetar sejak tadi, ia yakin itu Clarissa. "Mom tapi—" "Ambil saja. Kita akan berangkat sesuai kemauan mommy ku,"balas Allan ingin semuanya segera selesai. Ia tidak memikirkan konsekuensi setelahnya. "Kau yakin?"tanya Emily pelan. Manik mata sayu nya begitu indah, di tambah lagi iris mata amber nya begitu terang. Sesungguhnya, gadis itu menggoda, matang di usianya yang begitu muda. Allan menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan. Ia hanya ingin terlihat begitu mengesankan di hadapan Anne. "Aku akan mengawasi kalian, jangan membohongi ku,"tukas Anne seakan mampu membaca pikiran putra tunggalnya itu. "Apa?"Allan bereaksi. Ia mengerutkan kening mencoba mencari tahu. "Mommy mengawasi kalian. Gunakan ticket itu dengan baik,"celetuk Anne sambil meraih jemari Emily yang kini tengah memegang pemberiannya. Gadis itu tersenyum tipis, begitu polos dan lugu. "Baiklah, mom! Bagaimana kabar ibu ku?"tanya Emily mencoba mencari tahu keadaan orang tuanya yang kini sudah kembali ke negara asal mereka di Inggris Raya. "Mereka baik, hanya saja mereka ingin kau menelpon nya seminggu sekali,"Anne melepas pegangannya, ia menatap penuh harap pada gadis itu sekarang. "Catherine?"tukas Emily lagi, mengingat satu-satu nya saudari yang ia punya. "Dia masih belum tahu soal pernikahan ini, rahasiakan sementara hingga ia kembali."pinta Anne sambil mengedarkan pandangan ke arah Allan yang begitu tidak peduli, ia seperti menyimpan sesuatu. "Bagaimana jika ia tahu, Catherine pasti akan kecewa. Apalagi— ia begitu mencintai...." "Emily sudahlah, itu tidak penting! Kau yang sekarang menjadi keluarga Willard." "Itu keinginan nya, harusnya aku tidak menikah dengan anak kecil!" "Allan apa yang kau katakan! Emily istri mu, kau masih menolak perjodohan ini?"celetuk Anne dengan pandangan yang begitu tegas. "Aku rasa, pertanyaan itu tidak ada jawabannya. Kau tahu mom, sejak kecil aku memang tidak menyukai nya!"balas pria itu sambil beranjak dari kursi nya dan segera memutar tubuh. "Allan!!!" "Mom, sudahlah! Aku tidak ingin kau sakit, Allan hanya perlu waktu,"ucap Emily mencoba menenangkan mertua nya itu. "Kau benar, harusnya aku tidak perlu memaksa  Allan begitu keras."Anne menarik napas dangkal, ia mengedarkan pandangan lalu diam sejenak. "Aku pulang dulu, manfaatkan liburan kalian,"ucap Anne berdiri bersamaan dengan Emily yang pasti mengantarnya ke depan pintu utama. __________________ "Ya! Tenang saja. Aku akan kembali secepatnya, jangan khawatir. Tidak akan ada yang terjadi antara aku dan gadis idiot itu,"suara Allan sedikit melengking. Ia membicarakan Emily lewat saluran telpon, mencoba meyakinkan Clarissa yang begitu khawatir setelah mendengar rencana honeymoon nya. Ayolah, mereka sudah menjalin hubungan ini susah payah sejak satu tahun lalu, mereka di tentang keras oleh Anne Willard. "Aku mencintai mu,"ucap Clarissa lembut membuat pria itu sedikit terkesima. "Yah! Aku juga. Aku akan mencari cara untuk menceraikan Emily. Setidaknya, mencari jalan agar keluarga ku yakin bahwa gadis itu tidak lebih baik darimu,"tukas Allan sambil menangkap satu sosok yang melangkah pelan ke arahnya. Emily langsung menunduk mencoba menghindari pandangan dari pria itu. Jujur, Meskipun Allan begitu dingin, hati Emily sudah milik pria tersebut sejak lama. "Nanti aku akan menelpon mu lagi,"ucap Allan sambil menutup panggilan itu segera. Ia menyisipkan ponsel tersebut ke  sakunya dan menunggu Emily lewat di depannya. Tappp!!! Dengan langkah cepat, pria itu mendorong Emily ke tembok, menahan dan menguncinya dengan satu gerakan. "Allan.. Sakit.."keluh Emily saat pria itu menekan tubuhnya lebih jauh ke dasar tembok dan menatapnya dekat. "Sepertinya kau santai sekali, sebagai istri harusnya kau melayani ku kan?"tegur Allan menatap licik. "Allan... Aku—" "Bukannya kau juga sudah biasa melakukannya? Kau pelacur murahan,"bisik pria itu datar membuat mata gadis itu membulat. Plakkkk !! Emily langsung menelan Saliva, ia baru saja menampar pria tersebut sangat keras hingga wajahnya berpaling ke kiri. "Aku tidak pernah melakukannya dengan siapapun,"celetuk Emily dengan suara bergetar. "Berani nya kau menamparku!"Allan mengulum bibir. Ia menaikkan pandangan nyalang lalu mengepal tangan begitu kuat. "Ahhh!! Allan!!"mendadak pria itu kembali menarik rambutnya kencang, meremas begitu kuat tanpa peduli. "Kau pria pengecut! Apa yang kau dapatkan dengan menyakiti ku?"tukas Emily mencoba melawan. "Apapun! Ingat Emily, aku akan melakukan apapun untuk membuat mu menderita. Jangan berharap aku bisa mencintai mu dan menyelamatkan pernikahan ini, itu tidak akan pernah terjadi!"tegas Allan dengan suara nyaring, ia begitu serius sambil menggerakkan kepala gadis itu dengan kuat tanpa melepaskan cengkeramannya. "Kalau begitu, kenapa tidak kau katakan pada—" "Diam lah pelacur. Kau pikir aku tidak tahu kau pernah tidur dengan mantan kekasih mu itu? Aku melihat mu keluar dari hotel bersamanya!" "Allan itu tidak seperti apa yang kau pikirkan! Aku tidak pernah—" "Jangan banyak bicara!!" Tiba-tiba Allan melempar tubuh gadis itu kembali, suara Emily melengking keras lalu mendadak hilang saat tubuhnya jatuh ke lantai. Allan membulatkan mata saat melihat darah kental keluar dari kepala gadis yang kini tampak tidak sadarkan diri itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD