“Astaga Sinar!” Elo berseru ketika gadis itu baru membuka pintu untuknya. Sinar masih memakai piyama tidur dan celana pendek selutut. Rambutnya pun hanya digelung seadanya, cenderung berantakan. Namun, entah mengapa wajah polos itu semakin menarik di pandang mata. “Sudah kubilang, aku jemput jam enam.” “Kan, sudah saya bilang nggak mau,” terang Sinar mengingatkan. “Ini, tuh, hari minggu Pak El. Waktunya rebahan dari pagi sampe malam, bukan waktunya ketemu sama orang kantor yang isinya itu lagi, itu lagi. Bosan, apa lagi lihat Pak El.” “Heh, nggak ingat kamu sekarang ngontrak di rumah siapa?” Sinar meringis seketika. “Ingat dong, masa’ nggak ingat.” “Buruan mandi,” titah Elo enggan berdebat dengan Sinar. “Aku tunggu di mobil.” “Saya sudah mandi.” “Ganti baju, terus kita jalan.” “Ngga

