Kedatangan Danian di ruang besuk, membuat Lilyn membeku. Lilyn ketakutan dan tak berani menghadapi Danian bahkan sekadar menatap. Terlebih ketika akhirnya Danian yang memakai setelan jas rapi lengkap dengan dasi biru tua, duduk di kursi hadapannya. Kebersamaan mereka hanya dipisahkan oleh meja kayu berhias ukiran bunga. “Kamu masih tetap egois? Yakin, kamu mau tetap begini?” ucap Danian sinis menyikapi Lilyn penuh keseriusan. Di hadapannya, Lilyn tetap menunduk dalam. Baginya, selain masih tetap egois, sebenarnya Lilyn sudah sangat ketakutan kepadanya. Berkecak pinggang kemudian menghela napas dalam, Danian yang kali ini tidak disertai pengawalan berkata, “Apakah waktu dua kali dua puluh empat jam yang saya berikan, masih belum cukup?” Kali ini, nadanya terdengar mengancam. Menghela nap