“Aku ingin mengetahui kabar orang tua Giani. Tolong beri aku alamat mereka karena yang aku tahu, mereka sudah bercerai.” Rarendra menatap bi Ina penuh ketenangan. Ia sengaja duduk agak santai, cukup bersandar pada sandaran tempat duduk keberadaannya meski di hadapannya, Bi Ina menanggapinya dengan lirikan bengis. Rarendra yakin, alasan bi Ina menanggapinya dengan kebencian membuncah karena Rarendra merupakan orang yang telah menjebloskan wanita paruh baya bertubuh tambun di hadapannya, ke dalam penjara. “Keluarkan dulu aku dari sini, baru aku akan mengatakannya kepadamu!” tegas bi Ina. “Kamu pikir penjara ini tempat camping dan bisa membuat penghuninya keluar masuk sesuka hati?” Rarendra menggeleng tak habis pikir. “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengatakannya kepadamu!” balas bi