Jafran memiringkan badannya sedikit, menopang beratnya dengan siku, dan menatap wajah Zumena. Wajah wanita itu kini dipenuhi rona merah, tatapan matanya lembut dan damai. Ia mencium dahi Zumena, ciuman yang terasa jauh lebih intim daripada ciuman yang penuh nafsu. “Kamu luar biasa,” bisik Jafran. Zumena tersenyum. Ia membelai d**a Jafran, lalu mengunci matanya. “Deal kita tetap berlaku, ya? Aku akan menjadi pacar pura-puramu hanya untuk makan malam di rumah Abimana itu saja, tidak lebih. Dan aku mau tahu tentang risiko besarmu itu, mengapa kamu harus memastikan wanita itu tidak terikat. Aku butuh semua informasinya sebelum hari Minggu.” Jafran mengangguk, mendekap Zumena erat, merasakan kehangatan kulit mereka yang saling menempel. “Ya, deal berlaku. Status itu hanya formalitas unt

