"Porsinya kurang? Kamu mau telurnya nggak? Nih buat kamu," Gama yang duduk makan disebelah Nania memperhatikan sisa makanan Nania dan memindahkan telur yang ada di atas kwetiau miliknya pada Nania.
"Seriusan? Emang lo ga mau telurnya?" tanya Nania.
"Mau sih sebenarnya, tapi buat kamu aja kalau kamu emang mau."
"Idih, apaansih? Makan aja punya lo, jan ganggu-ganggu punya gue," Nania kembali memindahkan telur ke makanan Gama.
"Cie, romantis banget sih kalian, saling memperhatikan satu sama lain, cuit cuiiittt~" Prisa yang melihat itu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menceng-cengi dua manusia itu.
"Udah romantis banget ya mbak keliatannya?" tanya Gama malah menjadi senang.
Prisa menunjukkan jempolnya pada Gama, "ga ada lawan sih kalau kata mbak, ayo lanjutkan Gam!"
"Apaansih, ga jelas banget," omel Nania sendiri sambil terus melahap makanannya.
"Oh, jadi Kak Gama sama Kak Nania pacaran?" tanya Manda dengan polosnya.
"Nggak!"
"Otw!"
Nania dan Gama langsung menjawab serentak namun dengan jawaban yang berbeda.
Manda mengangguk, "ooh, cinta bertepuk sebelah tangan ternyata."
Kesimpulan yang dibuat Manda langsung mengundang tawa Prisa dan mama yang duduk di ranjang, sedangkan selebihnya mereka makan bersama di lantai.
"Manda, jangan diperjelas gitu dong walaupun bener. Harap rasa tenggang rasanya." Gama mengingatkan dengan wajah menyedihkan.
"Oke."
"Oh iya Manda, gimana makanannya? Enak? Kita biasanya sering beli ini, nggak tahu deh kamu suka apa enggak." Prisa beralih bertanya pada Manda.
Gadis itu mengangguk, "enak kok mbak, tapi agak pedes ya, hehe."
"Oh, kamu nggak bisa makan pedes? Padahal udah mbak bilangin untuk ga terlalu pedes, maaf ya Manda."
"Ga papa kok mbak, ini enak, lain kali kita beli lagi ya."
"Lain kali? Emang mau kesini lagi?" balas Nania santai sambil minum karena ia adalah orang pertama yang menghabiskan makanan.
"Emang ga boleh kak?"
"Ya, emang mau ngapain sih kesini? Bikin sempit iya."
Mendengar jawaban Nania, Prisa langsung melempar tatapan mata tajam pada adiknya itu.
"Boleh kok Manda, tapi kalau kamu mau sih, secara kan disini juga nggak bisa ngapa-ngapain juga, mana sempit pula. Takutnya kamu ga nyaman." Prisa memperbaiki jawaban Nania agar Manda tidak salah paham.
"Ga papa kok, aku seneng bareng-bareng begini. Aku nggak papa kesini kan tante?" Manda beralih bertanya pada mama Prisa.
"Ga papa dong, tante seneng Manda kesini."
"Makasih tante, soalnya di rumah sering sepi, hehe."
"Ngomong-ngomong orang tua Manda kemana?"
"Oh, papa sering keluar kota, terus mamanya aku nggak ada."
"Eh?" mama dan Nania terdengar kaget mendengar jawaban Manda, sedangkan Prisa sudah terlambat untuk melarang mamanya untuk menanyakan hal seperti ini pada Manda. Ia takut membuat Manda sedih.
"Mamaku meninggal waktu lahirin aku tante." Manda menjelaskan.
"Duh maaf ya, tante nggak tahu." mama Prisa merasa bersalah telah bertanya.
"Gak papa kok tante, udah biasa kok. Lagian aku udah biasa gak punya mama sejak awal jadi rasanya biasa aja. Kerasa nggak ada masalah yang berarti kok," Manda memberi tahu sambil tertawa yang memperlihatkannya kalau ia memang tidak ada masalah apapun saat membicarakan hal ini.
"Bener tante, Manda ini nggak sensitif sama pembicaraan seperti itu." Gama menambahkan sambil terus mengunyah, namun tiba-tiba tersedak.
"Telan dulu e lah, baru ngomong," Nania memperingatkan sambil melempar tisu ke arah wajah Gama.
"Makasih loh udah perhatian," Gama tersenyum malu mengambil tisu yang diberikan Nania yang membuat gadis itu hanya memutar bola matanya malas.
"Bener, Kak Gama ini udah kenal aku sejak dulu, kita udah tetanggaan sejak sebelum aku lahir." Manda setuju dengan ucapan Gama.
"Oh, begitu ternyata."
"Manda santai aja karena dia apa-apa selalu di urusin sama mas nya." Gama menjelaskan lagi seolah menunjukkan kalau ia memang sudah mengenal Manda selaku tetangga lama dengan sangat baik.
"Oh gitu, soalnya mas nya Manda kan ada dua ya?" Prisa tampaknya mulai tertarik dengan cerita Manda.
Dengan cepat Manda menggeleng, "mas aku emang dua mbak, tapi yang dimaksud Kak Gama selalu ngurusin aku cuma Mas Dehan, bukan Mas Randa."
"Ouh? Kenapa begitu?"
Gadis itu angkat bahu, "nggak tahu, sejak awal memang aku deketnya sama Mas Dehan aja. Mas Randa orangnya nyebelin."
Prisa tertawa pelan, "walaupun nyebelin, dia pasti sayang dong sama kamu."
"Nggak tahu juga sih mbak. Aku sih pedulinya cuma sama Mas Dehan. Soalnya dia yang selalu bantuin, nemenin dan ada apa aja pasti Mas Dehan yang langsung turun tangan."
"Iya, Mas Dehan sama Manda deket banget. Yang ambilin rapor kamu aja tiap semester Mas Dehan kan, Nda?" Gama menambahkan cerita.
Manda mengangguk mengiyakan ucapan Gama, "waktu dulu aja kalau ada acara orang tua selalu Mas Dehan yang dateng, padahal isinya ibu-ibu semua. Abis deh Mas Dehan digangguin ibu-ibu, soalnya kan dia lumayan cakep, ibu-ibu jadi gemes," Manda menutup kalimatnya dengan tawa. Ia terlihat senang saat menceritakan kakak tertuanya itu.
"Wah, beruntung banget ya kamu, punya mas yang perhatian banget sama kamu." Prisa yang mendengar cerita Manda jadi ikut senang.
Manda mengangguk, "tapi ya gitu, makin kesini dia makin sibuk. Ya jadinya kadang aku ditinggal deh di rumah. Dulu bahkan dia sampai rela ga jadi kuliah ke luar negeri gara-gara aku ga mau jauh dari dia."
"Tapi yang cerita barusan kesannya si Manda ini beban sih," Gama memberikan pendapat jujur.
Manda menghela napas pendek, "ya aku takut aja jauh sama Mas Dehan."
"Ya ampun manja banget kamu Manda, pasti kamu sayang banget sama mas kamu," mama yang mendengar cerita Manda tersenyum.
"Sayang banget lah tante, tapi sekarang aku udah mulai belajar untuk nggak terlalu apa-apa mesti Mas Dehan, soalnya kan aku udah mulai gede, dan Mas Dehan nya juga makin sibuk, tapi ya kadang masih suka begitu, hehe."
"Ya nggak papa lah sesekali, namanya juga mas nya kamu."
"Kak Nania juga begitu ke Mbak Prisa?" Manda tiba-tiba melempar pertanyaan ke arah Nania.
Nania sedikit kaget namun berlagak sok biasa saja lagi, "biasa aja sih."
Prisa tertawa, "Nania memang begitu, tsundere orangnya."
"Iya, gayanya belagak dingin cuek, padahal sebenarnya peduli dan hangat banget." tambah Gama sangat yakin.
"Apaan sih lo? Ikut-ikutan aja orang ngomong!" Nania memperingatkan Gama.
"Mohon maaf," Gama menyatukan kedua telapak tangannya sambil menunduk meminta maaf secara sopan pada Nania yang membuat orang-orang menjadi tertawa.
"Ni orang nyebelin banget sumpah. Manda kamu betah tetanggaan selama kamu hidup sama dia?"
"Kak Nania jangan galak gitu, kan Kak Gama suka sama kakak." jawab Manda malah berpihak pada Gama.
"Ya tuhan, kayaknya mereka satu rt orangnya pada ga bener deh."
"Maaf kak, aku sama Kak Gama beda rt."
"Iya, aku rt 17, si Manda rt 18."
"Terserah! Gue nggak nanya!"
**
Dari: Mas Dehan
Manda, kamu udah pulang ke rumah?
.
Kepada: Mas Dehan
Udah
Eh, lagi di jalan sih sebenarnya
Tapi udah deket
Tadi soalnya kebingungan nyari mobil Kak Gama di parkiran
Jadi lama deh
Katanya kebiasaan pake motor jadi dianya malah nyariin motor
Mana aku dengan pintarnya ngikut aja lagi
hadeuuuhhhhhh
.
Dari: Mas Dehan
Hahahaha
Ada-ada aja
Tapi ketemu kan?
.
Kepada: Mas Dehan
Ya ketemu lah mas
Orang ini udah jalan deket rumah
Mas pikir kami jalan kaki?
.
Dari: Mas Dehan
Oh iya, bener juga
Hehe
Emang tadi kalian kemana jadinya?
.
Kepada: Mas Dehan
Ga jadi pegi main
Jadinya ke rumah sakit
Maaf ya mas tadi ga bilang hehe
.
Dari: Mas Dehan
Rumah sakit?
Ngapain??
Siapa yang sakit?
.
Kepada: Mas Dehan
Itu loh, mama nya Mbak Prisa
Yang temen di kantor mas itu loh
.
Dari: Mas Dehan
Oh iya, Prisa
.
Kepada: Mas Dehan
Adiknya Mbak Prisa kan crush nya Kak Gama
Yaudah deh, kesana aja
Nemenin Kak Gama ngapelin crush nya
Tapi kasihan mas
.
Dari: Mas Dehan
Kasihan apa?
Mamanya Prisa?
.
Kepada: Mas Dehan
Bukan...
Kasihan Kak Gama
Perasaannya kayaknya cuma sepihak
Wkwkwkwkwk
Masa selama disitu dia dikacangin mulu sama Kak Nania?
.
Dari: Mas Dehan
Oalaaah
Mas kira apa
Ternyata Gama
Kalau itu sih mas udah tahu
.
Kepada: Mas Dehan
Kok mas tahu?
.
Dari: Mas Dehan
Waktu itu dia cerita
Tapi katanya sih dia ga akan hilang semangat
Dia bilang kalau dia ngerasa Nania itu belahan jiwa dia
Alay memang anaknya haha
.
Kepada: Mas Dehan
Iyaaa
Aku barusan ngetawain dia
Dia bilang kalau Kak Nania emang gitu
Gayanya aja cuek, padahal mah dia sebenernya juga suka
Kepedean banget si Kak Gamaaa
.
Dari: Mas Dehan
Ngomong-ngomong gimana disana?
Kamu suka main sama mereka?
.
Kepada: Mas Dehan
Suka kok
Mbak Prisa nya baik sama kayak mamanya
Terus Kak Nania, hm..., gimana ya
Gitu deh pokoknya
.
Dari: Mas Dehan
Baguslah
Kamu udah makan malam kan?
.
Kepada: Mas Dehan
Udah, tadi bareng-bareng di rumah sakit diajakin Mbak Prisa
Sumpah temen nya mas itu baik banget
.
Dari: Mas Dehan
Baguslah
Kamu hati-hati ya
Nanti pas di rumah langsung istirahat
.
Kepada: Mas Dehan
Bersih-bersih dulu ga sih mas?
.
Dari: Mas Dehan
Iyaaa, maksud mas gitu intinya
.
Kepada: Mas Dehan
Ookkkaaayyyyyy
Btw mas sama papa kapan pulang?
Jadi besok kan?
.
Dari: Mas Dehan
Iya besok
Oh iya, katanya malam ini Randa ke rumah juga,
Jadi kamu nggak kesepian deh
.
Kepada: Mas Dehan
Eum, okey
See you masss
.
Dari: Mas Dehan
See you!