19. Home Stay

1571 Words
"Bu, yang tadi udah selesai. Masih ada yang harus saya lakukan lagi kah, bu?" tanya Prisa pada Lia saat ia baru saja keluar dari gudang dan menemui Lia yang sedang berdiri di depan gudang. "Beneran udah?" "Iya bu, udah saya cek lagi kok." "Baiklah." "Kalau gitu saya balik ke ruangan atas dulu ya bu," ucap Prisa hendak pamit. Namun dengan cepat Lia coba menahan Prisa, "Prisa sebentar, ada yang mau saya bicarakan dengan kamu." Prisa menghentikan langkahnya, "ada apa ya bu?" "Kamu udah pacaran sama Pak Deni?" Kontan saja Prisa terkejut dengan pertanyaan Lia yang mendadak, "maksud ibu?" "Iya, saya tanya. Kamu lagi pacaran sama Pak Deni?" "Enggak kok bu, saya nggak pacaran sama Pak Deni." "Udahlah, kamu nggak usah bohong, jujur saja." "Benar bu, saya nggak bohong. Saya memang dekat dengan Pak Deni, tapi kami nggak pacaran. Kalau boleh saya beritahu, sebenarnya saya dan Pak Deni memang telah lama kenal karena dulu kami satu SMA, makanya bisa kelihatan dekat, bu. Kami hanya berteman." Lia menyilangkan kedua tangannya di depan d**a menatap Prisa, "benarkah?" "Iya bu." "Artinya kamu kenal dong dengan keluarga nya Pak Deni?" Prisa terdiam sejenak, karena ia hanya tahu sekedarnya tanpa tahu jelas bagaimana keluarga Deni, "eum kalau itu saya nggak begitu tahu sih bu." Lia tersenyum miring, "pantas saja, ya sudahlah. Kamu silahkan kembali ke atas." "Baik, bu." * "Pris, hari ini mau balik sama Pak Deni?" tanya Hana saat kini mereka sudah bersiap hendak pulang. Prisa menggeleng, "kayaknya enggak." "Tumben, kenapa memangnya?" Hana penasaran karena beberapa waktu belakangan ini Prisa sering menghabiskan waktu bersama Deni, termasuk saat pulang kantor mereka akan pulang bersama. "Pak Deni lagi ada urusan katanya, yaudah aku suruh aja dia langsung pergi tanpa harus nganterin aku." Hana mengangguk mendengar penjelasan Prisa, "ooh gitu, ngomong-ngomong kayaknya makin deket aja nih, udah resmi pacaran belum?" Prisa tertawa kecil, "belum lah. Deket doang kok." "Yah, kok gitu sih?" "Ya gitu deh, oh iya Han, btw coba tebak Bu Lia tadi sempet bicara apa padaku?" "Apaan?" "Dia nanyain, aku lagi pacaran apa enggak sama Pak Deni. Akunya kaget banget dong mendadak dia nanya begitu." Hana yang mendengar cerita Prisa ikut kaget, "kok mendadak? Terus terus kamu jawab apa?" "Ya aku jawab enggak lah, kan emang nyatanya nggak pacaran." "Apa jangan-jangan Bu Lia sempet liat kamu pulang pergi kantor bareng Pak Deni kali." "Hm.., apa iya? Padahal aku udah berhenti di luar area kantor loh biar nggak ketahuan." "Ya mungkin aja sempat liat, kan kalian nggak sekali dua kali barengan, lumayan sering kan belakangan ini?" Prisa menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "mungkin aja sih." "Lagian Pris, kamu nggak ada niatan jadian resmi sama Pak Deni? Kalian kan udah deket lagi nih, terus Pak Deninya juga baik banget, kamu tega gantungin Pak Deni lagi? Masalah Bu Lia mending sekalian basah ngga sih? Secara jadian nggak jadian pun Bu Lia sikapnya juga akan selalu nyebelin ke kamu." tanya Hana sedikit hati-hati karena takutnya Prisa malah merasa tidak suka dengan ucapannya. "Eum, gimana ya Han.., aku juga mikirin ini sebenernya." "Emang kamu nggak sayang sama Pak Deni?" "Pak Deni itu sabar dan baik banget, mau bantuin dan repot buat aku. Tentu aku sangat bersyukur sekali dengan kehadirannya dan ya..." "Sejak dulu sebenarnya kamu juga suka kan sama Pak Deni?" Prisa diam sejenak lalu mengangguk, "mungkin kamu benar Han, aku sayang juga sama dia." Hana langsung tersenyum lega mendengar jawaban Prisa, "akhirnya kamu ngaku juga Prisaaaa!" "Apa aku nunggu dia nembak lagi aja ya Han? Biar kami jadian resmi? Atau aku aja yang ngomong langsung?" "Eh? Emang kamu mau ngomong langsung tentang hal ini ke Pak Deni?" Prisa mengerutkan dahinya, "lah emang nggak boleh ya?" "Ya bukan gitu, maksudnya kan cewek biasanya malu buat nyatain duluan." "Eh bener juga sih, tapi mau nunggu juga nggak enak Pak Deni nya aku anggurin lebih lama." Prisa menjawab dengan wajah bingung namun diakhiri oleh tawa. "Wkwkwk, dasar Prisa. Yaudah sih, kayaknya nggak papa kamu ngomong duluan. Nah nanti baru tuh yang nembak si Pak Deni. Biar kayak kamu ngasih sinyal duluan aja biar Pak Deni nya kepancing dan percaya diri buat nembak." "Cie e lah Hana, kelihatan banget ya siapa yang udah profesional masalah cinta cintaan." Hana menunjukkan senyuman miring, "oh jelas dong." "By the way udah dapat yang baru belum? Apa masih belum move on dari yang kemarin." "Ih, udah deh Pris, jangan dibahas dulu. Males banget." "Yaudah deh, yuk pulang yuk." *** Malam ini Prisa berdiri di balkon kamar inap mamanya memperhatikan pemandangan di luar, angin malam menyapu wajahnya yang membuatnya sedikit merasa lebih tenang dan nyaman. Setelah beberapa saat perhatiannya teralih pada notifikasi handphonenya, ia tersenyum melihat balasan itu berasal dari Deni karena pesannya belum di balas sejak sore tadi. . . Kepada: Kak Deni Kak, malam ini sibuk nggak? . Dari: Kak Deni Maaf baru bisa bales Pris Kakak lagi ada acara keluarga Ada apa memangnya? Kamu butuh sesuatu? Kalau emang butuh banget kakak akan kesana Kamu dimana? Rumah sakit kan? Mama kamu baik-baik aja kan? . Kepada: Kak Deni Oh gitu Ga papa kok kak Nggak kenapa-napa Aku nanya aja . Dari: Kak Deni Oalaaah Kakak pikir ada apa-apa Tumben banget soalnya Maaf ya tadi kakak ga bisa anter pulang . Kepada: Kak Deni Ga masalah kok Santai Tadinya aku mau ngobrol aja Tapi ga papa sih, bisa lain kali aja Hehehe . Dari: Kak Deni Jadi penasaran Apa nih? Ga bisa lewat telfon aja? Habis acara nanti kakak telfon ya? . Kepada: Kak Deni Wkwkwk Nggak ada apa-apa sih sebenernya Cuma mau ngobrol doang Besok aja deh . Dari: Kak Deni Seriusan? Kok aneh sii? Ga biasa biasanya . Kepada: Kak Deni Biasa aja kaliii . Dari: Kak Deni Besok abis pulang kerja yuk Bisa dong sebelum pulang mampir dulu dimana gitu? Dimana aja yang kamu mau . Kepada: Kak Deni Besok? Boleh bangett . Dari: Kak Deni Yesss Tumben nggak nolak? Hahaha . Kepada: Kak Deni Oh, jadi maunya aku nolak? . Dari: Kak Deni Eh, ya nggak gitu dooong . Kepada: Kak Deni Yaudah deh Kakak fokus aja ke acara keluarganya Sampai jumpa besok . Dari: Kak Deni Okeee Eh, Nanti emang ga jadi telfonan? . Kepada: Kak Deni Ga usah Nanti langsung istirahat aja Besok kan juga mau ngobrol Nanti bahan obrolannya habis loooh . Dari: Kak Deni Nggak akan habis sih kalau sama kamu Hahaha . Kepada: Kak Deni Eum, gimana ya jawabnya? Wkwkwkwk Sampai jumpa besok kaaak . Dari: Kak Deni Okey, see you :) . . Prisa tersenyum melihat balasan chat dari Deni dan kembali menyimpan handphonenya lalu berniat memperhatikan pemandangan lagi. Namun suara obrolan dari dalam mencuri perhatian Prisa dan membuatnya memutuskan untuk kembali masuk. Mata Prisa terbuka lebar saat melihat siapa kini yang ada di dalam, "Gama? Kamu kesini bareng..." Gama langsung tersenyum lebar, "hai mbak, aku datang bareng Manda." Perempuan yang berdiri disamping Gama melambaikan tangan, "hai juga Mbak Prisa." "Eh iya, hai..." Prisa tersenyum dan menjawab dengan sedikit kaku karena kaget. Bagaimana bisa Gama tiba-tiba datang dengan Manda adiknya Dehan?? "Mbak kenal??" itu adalah pertanyaan Nania yang kaget bagaimana kakaknya bisa kenal dengan orang asing yang mendadak di bawa datang oleh Gama. Prisa mengangguk, "ini adiknya bos mbak di kantor." "Heh??" Nania menunjukkan tampang kaget sekaligus bingung. "Jadi tadi kan aku mau kesini buat ketemu Nania, eh maksudnya lihat mama Nania, nah kebetulan ketemu Manda. Dia bilang kalau dia lagi sendiri dan bosan di rumah, makanya aku ajak aja, kebetulan dia bilang kalau dia kenal sama Mbak Prisa." jelas Gama yang bisa dikatakan sudah sangat sering ke rumah sakit. Awalnya kedatangan Gama memang selalu disambut tidak baik oleh Nania, tapi makin kesini Nania lebih memilih untuk membiarkan. Capek juga setiap Gama datang ia harus mengomel. Bahkan sekarang rasanya Prisa sudah memiliki dua adik. Mama dari Nania dan Prisa pun sama sekali tidak masalah, ia malah merasa bahagia dengan kehadiran Gama yang memang memiliki karakter menyenangkan serta bersemangat. "Ternyata kita beneran bisa ketemu lagi ya, mbak." ujar Manda menunjukkan senyumannya. Prisa tertawa, "benar juga. Tapi kamu beneran sendirian di rumah?" Manda menarik sudut bibirnya sebelum menjawab, "nggak sendiri juga sih, ada bibi di rumah. Tapi papa sama Mas Dehan ada urusan kerjaan katanya ke luar kota, aku bosan saja dan kebetulan lewat Kak Gama, ya aku ikut aja." "Tapi apa diijinin kamu kesini?" "Diijinin kok, aku udah bilang ke Mas Dehan, lagian kan aku juga udah gede." "Anak SMP emang udah bisa dibilang gede?" celetuk Nania yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Prisa. "Yaudah deh, nggak papa kok kamu disini. Lagian kan juga sama Gama." Prisa menjawab sambil tersenyum. "Makasih mbak." "Oh iya, kalian udah pada makan malam belum? Kita makan bareng yuk? Mbak pergi beli makanan dulu ya. Ngomong-ngomong Manda mau makan apa?" tanya Prisa khusus pada Manda karena takut salah memberi makan anak orang. Secara Manda pastinya berasal dari keluarga kaya yang makannya tentu tidak sembarangan. Kalau masalah Gama sih Prisa sudah paham, anak itu sudah merakyat sekali walaupun kabarnya juga berasal dari keluarga konglomerat. "Eum, apa aja aku suka kok mbak." "Makanan pinggir jalan nggak papa?" tanya Prisa lagi memastikan. "Nggak papa kok." "Okey, mbak pergi bentar ya. Nania jagain mereka, jangan marah-marah sama tamu," Prisa mengingatkan Nania yang berperan seolah sebagai tuan rumah saat ini. Nania memutar bola matanya malas, "ini kenapa jadi kayak acara home stay sih di rumah sakit? Pakai acara makan bersama segala." "Naniaaaa...," mama yang sejak tadi hanya mendengarkan coba menegur Nania. "Iya mama." Nania memilih untuk mengunci mulutnya saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD