Bab 1. Bayar Utang Ayahmu!

899 Words
"Bayar utang bapakmu hari ini! Atau kamu yang jadi jaminan utangnya! Kamu cantik, Dira. Menikahlah dengan saya, maka semua utang bapakmu saya anggap lunas." Indira menatap jijik pada pria paruh baya di hadapannya. Arman, bapaknya berutang satu miliar pada pria tua itu dan ingin utangnya lunas hari itu juga. Tatapan mesumnya di arahkan pada Indira saat masih pagi dia menagih utang ke rumah Arman. "Saya tidak sudi menikah dengan rentenir gila seperti Anda! Tunggu saja, hari ini saya bayar utang bapak saya hari ini juga!" Indira membanting pintu rumahnya. Perempuan itu menyandarkan punggungnya di pintu. Dia bingung harus mencari ke kemana uang sebanyak itu. "Cari pinjeman ke mana ya?" Kemudian, dia memutuskan pergi bekerja setelah rentenir itu pergi. Indira hanya bisa berharap bisa meminjam uang pada majikannya yang kaya raya. “Tuan, saya boleh pinjam uang?” tanya Indira pada Ilham sang majikan. Perempuan itu sudah bekerja di rumah pria itu sejak usia SMP, ketika itu ibunya meninggal dan bapaknya bekerja sebagai tukang kebun di rumah megah itu. Wajah Indira terlihat gugup. Perempuan itu mengurangi rasa cemasnya dengan memilin ujung baju yang dia kenakan. “Kamu butuh uang? Untuk apa, Dira?” tanya Ilhan sang majikan dengan nada biasa, tetapi terdengar menakutkan di telinga Indira. “B-buat bayar utang Bapak saya, Tuan.” Kepala Indira tertunduk. Tidak ada keberanian dia menatap wajah sang majikan. “Berapa utang bapak kamu?” “S-satu miliar, Tuan.” Air mata Indira hampir lolos dari kedua matanya. Perempuan itu menahan sesak di d**a. Jika hari itu dia tidak membayar utang bapaknya, maka hidupnya akan berakhir menjadi istri dari rentenir yang meminjamkan uang pada bapaknya. “Satu miliar?” Ilham terkejut dan matanya melebar. “Banyak sekali utang bapak kamu, Dira? Ke mana dia meminjam uang sebanyak itu?” Ilham menjadi penasaran tentang ini. “Sebenarnya utang bapak saya tidak sebanyak itu, Tuan, tapi bunganya terus membengkak sampai berjumlah satu miliar. Rentenir itu minta utangnya dibayar hari ini juga atau saya harus menikah dengannya.” Bulir bening yang sejak tadi sudah mendesak keluar akhirnya lolos juga dari kedua mata Indira. Perempuan itu semakin menunduk agar majikannya tidak tahu jika dia sedang menangis. “Kata bapak uang itu dipakai untuk berjudi, Tuan.” “Hm … Ok. Berapa umurmu sekarang, Dira?” “Umur saya 20 tahun, Tuan.” “Saya bisa memberikan uang satu miliar itu padamu, kamu tidak perlu meminjam, tetapi kamu harus melakukan sesuatu untuk saya.” Indira memberanikan diri mengangkat kepalanya, tetapi tidak berani menatap wajah sang majikan. Hatinya sedikit terhibur mendengar jawaban dari sang majikan. “Apa yang harus saya lakukan untuk Tuan?” “Ok, saya akan berikan kamu uang dua miliar, asalkan kamu mau menikah dengan saya dan melahirkan seorang anak laki-laki untuk saya dalam waktu satu tahun. Setelah kamu melahirkan seorang anak laki-laki untuk saya, kamu boleh pergi untuk melanjutkan hidup kamu. Kamu bisa melanjutkan sekolah sampai tingkat pendidikan yang tinggi dan jangan lagi jadi pembantu di rumah ini. Apa kamu setuju dengan permintaan saya?” Tawaran yang sangat mengiurkan. "Tapi, Tuan, bagaimana kalau misalnya saya hamil terus anak yang saya lahirkan ternyata perempuan? Apakah saya harus mengembalikan uang sebanyak itu?” “Tidak perlu Dira. Kalau ternyata anak itu perempuan, saya tidak bisa melawan takdir, saya akan terima anak itu.” “Apa saya harus melahirkan lagi sampai Tuan mendapatkan anak laki-laki?” Indira merasa semua harus jelas sebelum dia menyetujui permintaan Ilham. “Tidak perlu. Cukup satu kali saja. Saya harap kamu bisa melahirkan seorang anak laki-laki, tapi jika ternyata anak yang kamu lahirkan perempuan, mau tidak mau saya harus menerimanya.” Pria itu menatap Indira dengan sorot mata yang dingin. “Baiklah, Tuan, saya setuju.” Lebih baik dia menyetujui permintaan majikannya daripada terjebak menikah dengan rentenir itu. “Saya akan minta Dedi untuk membawa kamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesuburan.” Ilham memanggil asisten pribadinya untuk membawa Indira ke rumah sakit. Pria bernama Dedi itu membuat janji dengan sebuah rumah sakit yang termasuk dalam Grup Maulana yang merupakan perusahaan yang dikelola oleh Ilham sebagai Presiden Direktur. Tiba di rumah sakit, Indira dibawa ke tempat pemeriksaan. Di sana dilakukan serangkaian tes untuk memeriksa kesuburan Indira karena Ilham menginginkan dia segera mengandung. Satu jam kemudian, pemeriksaan berakhir dan Dedi sudah memegang hasil tes kesuburan Indira. Mereka pun kembali ke rumah megah milik keluarga Maulana. Sampai di rumah, Dedi langsung memberikan hasil tes itu pada Ilham. Pria itu membaca hasil tesnya lalu tersenyum. Dia memang diminta sang kakek untuk memiliki seorang anak laki-laki yang akan mewarisi bisnis keluarga. Namun, Ilham tidak memiliki banyak waktu untuk menjalin hubungan dengan perempuan. Ketika mendengar Indira mau meminjam uang tadi, Ilham langsung berpikiran untuk mengajak Indira bekerja sama dan mereka akan sama-sama diuntungkan dengan kerja sama itu. Ilham segera memanggil pengacaranya untuk menyiapkan surat perjanjian antara Ilham dan Indira. Surat perjanjian itu menyebutkan jika Ilham memberikan uang pada Indira sebesar dua miliar untuk menikah dan melahirkan anak laki-laki dalam waktu satu tahun. Tidak perlu pikir panjang lagi, Indira menandatangani surat perjanjian itu begitu juga dengan Ilham. Setelah itu Ilham meminta Dedi mengurus p********n utang milik Arman–bapaknya Indira dan memanggilnya untuk menjadi wali nikah Indira. Sore itu, Ilham telah siap duduk di depan penghulu bersama Arman dan dua orang saksi nikah. Hari itu juga dia menikahi Indira karena tidak mau membuang-buang waktu lagi. “Saya terima nikahnya Indira Sakila binti Arman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD