Tergila - gila

1117 Words
Matahari telah terbit, aku terbangun pada pukul 8 pagi. Di hari keduaku masuk kerja, aku terlambat. Aku segera mandi dan berpakaian. Aku terpaksa melewatkan sarapan dan langsung berangkat bekerja. Sesampainya dikantor, aku langsung pergi kedalam ruangan Michael. Aku mengintip dulu sebelum benar – benar memasuki ruangannya.Terlihat Michael yang sedang menyandar dikursi dan memainkan hpnya. Tok..tok..tok “Permisi.” Aku memasuki ruangan Michael. “Hei Michelle. Kamu telat 10 menit.” Kata Michael. “Iya maaf pak. Saya gak akan telat lagi.” “Iya, gak apa – apa. Tapi kamu taukan ada hukumannya kalau kamu telat?” “Hukuman seperti apa pak?”Tanyaku. “Hukumannya nanti saya kasih habis pulang kantor.” Michael mendekatiku dan mencium pipiku. “Hari ini jadwal saya apa aja?” Tanya Michael kepadaku. “Jam 10 siang ketemu client di hotel dan siangnya meeting.” Jawabku. “Baiklah kalau gitu. Gimana sebelum kita ke hotel, kita sarapan dulu ya.” Ajak Michael. “Ide bagus pak.” Aku dan Michael pergi ke parkiran dan masuk kedalam mobil kantor. Kami selalu menggunakan mobil kantor untuk urusan bisnis. Seperti biasa, aku dan Michael duduk bersampingan. Kami disupiri oleh supir kemarin. Aku yakin ingatannya tentang aku dan Michael kemarin masih teringat dengan jelas. Tapi aku yakin, supir itu tidak berani berbicara tentang itu dengan siapapun. Kami mampir kesebuah tempat makan yang jaraknya sekitar 15 menit dari kantor. Kami sarapan bubur ayam. Untuk semangkuk bubur disini harganya cukup mahal, namun rasanya sangat enak. Sesuai dengan harganya. Michael memang senang makan ditempat yang mahal. Mungkin karena dia adalah seorang bos dan orang kaya raya. Beberapa wanita di tempat makan ini memperhatikan kami, khususnya Michael. Mereka saling berbisik dan ada juga yang sampai tersenyum kepada Michael. Michael hanya menoleh kepada mereka sekilas. Michael tidak peduli dengan fans wanitanya itu. Michael adalah tipe orang yang cuek dan hanya menunjukkan sifat manisnya kepada orang – orang yang ia sukai. “Aku gak nyaman banget makan disini.” Keluh Michael. “Kamu mau makan di tempat lain gak?” Tanyaku. “Enggak usah. Tanggung.” Jawab Michael. “Dulu sampai ada fans cewek yang dateng ke apartmentku dan bertelanjang dada.” “Serius?” “Iya serius. Makanya sekarang apartmentku harus ada security yang emang bener – bener jaga didepan pintu bukan sekedar di lobby aja.” “Makanya ayo cepat abisin makanannya, aku udah gak nyaman disini terlalu lama.” “Oke.” Seusai makan, kami pergi ke hotel untuk menemui client. Client kami kali ini pria sekitar 40an dan sangat tampan. Aku hampir terpesona akan parasnya yang tampan itu. Selain tamnpan dan kharismatik, Client kami yang satu ini juga tidak ribet sehingga tidak perlu waktu yang lama untuk berbincang dengannya. Beberapa jam kami lewati dan akhirnya kami selesai juga meeting bersama client dan menemukan hasil yang bagus. Dijam makan siang aku dan Michael beristirahat di apartmentnya. Karena aku mendapat kabar jika meeting siang ini dibatalkan jadi aku bisa bersantai dengan Michael. “Aku kangen banget suasana di apartment kamu.” Kataku. “Aku juga ngerasa kesepian banget kalo di sini gak ada kamu.” Michael memelukku dari belakang dan mencium kepalaku. “Kamu mau makan siang atau ?” Aku mendorong Michael hingga laki – laki itu terduduk disofanya. “Makan siang.” Jawab Michael sambil menahan tawa. “Hahah. Oke kalau gitu.” Michael berjalan ke dapur seraya tertawa. Kemudian ia mengambil bahan – bahan untuk memasak. “Kamu mau masak apa?” Aku menghampiri Michael. “Aku mau masak omlet dan salad.” Jawabnya. “Wah, mau aku bantu gak?” Tanyaku. “Gak usah. Kamu duduk aja, liatin aku masak.” Perintah Michael. “Oke siap bos.” Aku duduk disofa dekat dapur agar aku bisa melihat Michael masak dengan jelas. Aku bingung bagaimana bisa aku dekat dengan 2 orang CEO sekaligus dan mereka berdua mau memasak untukku. Kemudian aku memperhatikan Michael yang sedang sibuk memotong sayuran dan memecahkan telur. Bagaimana seseorang bisa setampan ini ketika memasak. Aku terlalu fokus menonton Michael yang sedang memasak sehingga aku lupa mengangkat telfon dari Chris yang sudah 10 kali menelfonku. Kemudian aku mengirimkan pesan padanya untuk menanyakan mengapa ia menelfonku. “Masakan sudah siap.” Michael menghidangkan beberapa masakan yang baru saja selesai. “Wah keliatannya enak.” Kataku. “Ayo makan.” Ajak Michael. Setelah mencoba omlet buatan Michael aku langsung merasakan kelezatan yang tidak bisa aku jelaskan. Makanan yang ia buat seperti masakan chef terkenal. “Ini enak banget.” Pujiku. “Makasih.” “Kenapa kamu gak jadi chef aja. Ini enak banget loh.” “Saladnya juga enak banget.” Tambahku. “Kamu terlalu berlebihan.” Kata Michael seraya tersenyum. “Aku gak berlebihan. Ini enak banget.” “Kamu selain CEO tapi pinter masak juga ya.” Aku baru teringat tentang masakan Chris yang tidak kalah enaknya. “Lain kali masakin aku lagi ya.” Pintaku. “Pasti dong. Nanti malem mau aku masakin apa?” Tanya Michael. “Hmm. Makanan kesukaan kamu aja. Aku pengen makan makanan kesukaan kamu.” Jawabku. “Oke. Aku akan masak makanan kesukaan aku. Pasti kamu bakal jatuh cinta dan kecanduan.” Ucap Michael. “Hahah. Oke.” “Enak banget deh dimasakin sama bos sendiri.” Kataku. “Iya dong. Bos yang kayak aku itu langka loh. Cuma ada satu di dunia yaitu aku.” Ucap Michael dengan nada sombong. “Hahaha. Masa sih?” “Iya, coba aja cari.” Tantang Michael. Seusai makan siang. Aku dan Michael memutuskan untuk beristirahat di tempat tidur. Kami berdua baring hanya menggunakan pakaian dalam karena pakaian kantor sangat tidak enak untuk dibawa tidur. Siang ini kami berdua tidak melakukan bermesraan seperti biasanya. Mungkin Michael sedang tidak ingin melakukan itu. Aku pun juga begitu. Bagiku tiduran di tempat tidur sambil ngobrol adalah suatu hal romantis yang melebihi apapun. “Aku gak nyangka kalau kamu bakalan kerja sama aku. jadi sekretaris aku lagi.” Kata Michael sambil mengusap rambutku. “Iya aku juga gak nyangka. Padahal dulu kamu adalah pemegang kampus aku terus kamu jadi bos aku dan kita sekarang tidur bareng.” “Aku juga gak nyangka kalau aku bisa ngerasain badan kamu yang seksi itu.” “Aku gak seksi.” Elakku. “Kamu seksi banget. Dan setiap aku ngeliat badan kamu rasanya aku pingin banget untuk nerkam kamu.” “Tapi siang ini sepertinya aku lagi gak mood.” Lanjut Michael. “Kenapa?” Tanyaku penasaran. “Gak kenapa – kenapa. Cuma lagi capek fisik dan pikiran aja sih.” Jawab Michael. Ia melihat kearah luar jendela. Aku memeluknya dari belakang untuk melihat apa yang ia lihat. Lalu Michael memutar badannya dan menatap mataku. Kemudian Michael mencium bibirku. “Aku tergila – gila sama kamu, Michelle.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD