Tiada Akhir

1011 Words
Aku terbangun dari tidurku. Seluruh ruangan gelap, hanya ada satu titik cahaya yang menembus dari jendela yang menerangi kamarku. Aku mengangkat tangan kiriku, tidak ada jarum infus yang menancap di tangan kiri maupun kananku. Ini bukan kamar rumah sakit, ini adalah kamar di rumah baruku. Aku beranjak dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar. Dengan langkah pelan, aku memeriksa lorong lantai dua. Tidak ada keberadaan Chris maupun Michael. yang aku dengar adalah suara burung hantu yang aku tebak berasal dari luar rumah. Aku membuka pintu kamar kedua, aku mendengar isak tangis bayi. Lalu aku menyalakan lampu untuk melihat dengan jelas apa yang aku dengar itu. Stiker binatang tertempel menghiasi dinding. Hiasan luar angkasa menggantung di atap persis di atas anak bayi yang menangis. Aku memegang ranjang berwarna biru langit untuk melihat bayi itu lebih dekat. Aku mengusap wajah lembut bayi itu, lalu menggendongnya. Aku menatap matanya, aku memperhatikannya untuk beberapa saat. Wajahnya tampak mirip sepertiku. Ketika aku menggendongnya, ia langsung tenang dan terdiam. ‘Anakku’ batinku. *** Aku membuka kedua mataku, keringat mengucur deras sampai bajuku basah. Wajah bayi di dalam mimpiku terbayang. Apakah itu adalah anakku? Aku dikejutkan oleh Chris yang tiba – tiba membuka pintu, “Sayang, kamu kok keringatan gitu?” Chris berjalan cepat menghampiriku, ia terlihat sangat cemas denganku. Ia mengambil tisu yang terletak di atas nakas dan mengusap keringatku. “Aku panggil dokter ya,” kata Chris. Aku memegang tangan Chris, “gak usah, aku cuma mimpi buruk.” Chris menghela nafas, “oh, kamu mimpi apa?” “Hmm, aku mimpi anak aku tadi.” Jawabku. Chris menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahku. “Yang paling penting adalah kamu sudah melakukan yang terbaik buat anak kamu.” Tanpa aku sadari air mataku mengalir, “aku cuma mau punya keluargaku sendiri.” “Iya, aku tau sayang. Cepat atau lambat kamu akan mempunyai keluarga baru sama aku. Kamu yang sabar ya, jangan sampai kesedihan kamu itu buat kamu jadi sakit.” “Hari ini, kamu juga udah boleh pulang. Aku bakalan nemenin kamu sampai kamu menyuruh aku untuk pergi.” Lanjut Chris. “Tapi aku gak bakalan pernah nyuruh kamu untuk pergi lagi,” balasku. Setelah aku tenang, Chris membantuku untuk membersihkan badan. Kemudian ia juga mengemas barang – barangku. “Kamu jalannya hati – hati---” ucapan Chris terpotong saat Michael masuk ke kamarku. “Michael? ngapain kamu ke sini?” tanyaku. Michael berjalan pelan mendekatiku yang sedang duduk di pinggir ranjang, “aku cuma mau memeriksa kondisi kamu. Kamu udah baikan?” Chris menatap Michael dengan sinis. Lalu ia duduk di sofa yang berhadapan dengan kami. “Aku udah baikan, sekarang aku udah mau pulang ke rumah,” jawabku. Michael tersenyum, “baguslah kalau kamu sudah baikan, aku senang dengarnya.” “Biar aku yang antar kamu pulang,” tawar Michael kepadaku. “Lu gak liat kalau gue ada di sini atau gimana?” sahut Chris. Michael menatap Chris, “gue kan cuma nawarin aja.” Chris mengangguk, tampaknya ia tidak mau memulai pertengkaran lagi. “yaudah, kalau gitu gue dan Michelle pulang dulu ya,” pamit Chris. Lalu ia membawa tasku dan menggandeng tanganku. Sesampainya di rumahku, aku dan Chris beristirahat di kamar. Chris memberikanku pijatan di punggungku. “Sayang, gimana kalau hubungan kita sudah matang kita tinggal serumah bareng?” ajakku. “Boleh, boleh banget. Di rumahku aja,” balas Chris. “Gak mau, aku mau kita tinggal di sini. Walaupun rumah ini gak sebesar rumah kamu, tapi aku nyaman tinggal di sini.” Chris menggeserkan badannya untuk lebih dekat denganku, “oke, kalau kamu nyaman untuk tinggal di sini kita akan tinggal di sini. Lagian rumah ini nyaman kok, malahan aku lebih suka rumah ini dari pada rumahku.” Aku tertawa mendengar ucapannya tersebut, “kamu ngejek ya? Jelas – jelas rumah kamu jauh lebih besar dari rumah aku.” Chris ikut tertawa, “hahaha, kamu apaan sih? Siapa yang ngejek. Rumah ini memang nyaman banget loh. Cocok banget untuk keluarga.” “Thank you so much, I love you,” kataku. Walaupun waktu masih menunjukkan pukul 4 sore, aku tertidur dengan lelap. *** Chris membangunkanku dari tidur nyenyakku, “Michelle, kamu harus makan malam.” Aku membuka mataku perlahan, “udah waktunya makan malam ya?” “Iya sayang, nanti kalau kamu gak makan malam bakalan sakit,” kata Chris dengan penuh rasa khawatir. Aku mengangguk, “yaudah, ayo kita makan malam. Tapi gendong aku dong,” pintaku. Tanpa harus berbicara lagi, Chris langsung menggendongku ke meja makan. “Kamu mau makan apa malam ini?” tanya Chris. “Aku mau pizza,” jawabku dengan nada gembira. “Pizza lagi? Kamu makan pizza terus. Yang lain dong,” kata Chris. “Hmm, apa ya. Cheese burger aja,” “Oke cheese burger. Aku juga mau pesan itu deh.” Balas Chris, lalu ia mengambil hp di saku celananya dan memesan makanan untuk kami makan malam. Chris dan aku menikmati Cheese burger sambil menonton film. Kami berpelukan seperti pasangan lainnya. Perasaan yang tenang dan bahagia yang sangat aku butuhkan selama ini. Aku membentangkan selimut untuk kami berdua, di musim dingin ini aku merindukan kehangatan. Sialnya penghangat ruanganku rusak, itu membuatku tidak ingin melepaskan Chris dari genggamanku. Suhu tubuh hangat yang dihasilkan dari tubuh Chris, membuatku nyaman. Chris tampaknya suka denganku yang selalu menempel dengannya, dibuktikan dengan tangannya yang membelai wajahku selama kami menonton. “Sayang, aku mau pizza dong,” pintaku kepada Chris. Aku memohon kepada Chris dengan menarik bajunya seperti anak kecil yang meminta permen. “Kamu masih lapar ya?” tanya Chris. “Iya, aku masih lapar,” jawabku dengan nada imut. Baru kali ini aku bisa bermanja – manja dengan seorang laki – laki. “Oke, aku akan pesan pizza kesukaan kamu. Extra cheese kan?” Aku mengangguk dengan puppy eyes, “iya.” Chris tersenyum melihat tingkah laku manjaku.   Tiba – tiba bel pintu depan berbunyi, Chris berjalan dan aku mengikutinya. Ia membuka pintu depan. Betapa herannya aku ketika aku melihat Michael berdiri di depan pintu. Aku menghela nafas dengan dalam, “Michael kenapa kamu ke sini?”    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD