Part 3

1275 Words
Dua hari setelah mimpi yang diperolehnya dan pernyataan dari Anda kalau pria itu akan kembali ke kota kelahirannya, Giska memberitahukan pada kedua orangtuanya dan juga kakaknya kalau dia akan kuliah.   Terkejut? Tentu saja semua orang terkejut. Apalagi kedua sahabatnya yang paling akhir ia beritahu. Namun semua orang tidak mempertanyakan alasan kenapa Giska pada akhirnya memutuskan untuk masuk kuliah dan bahkan langsung melakukan pendaftaran sendiri pada gelombang pertama dibukanya pendaftaran mahasiswa baru. Semuanya takut kalau keputusan Giska dipertanyakan pada akhirnya gadis itu akan kembali menarik keputusannya.   Dengan antusiasme yang muncul tiba-tiba itu pula, Giska menjalani masa OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) dengan keributan yang luar biasa. Sepekan yang ia jalani rasanya seperti seabad. Belum lagi semua teka-teki dan tugas dari senior yang dianggapnya ribet dan menyulitkan membuat semua orang pada awalnya khawatir gadis itu tidak mau melanjutkan kuliah. Tapi beruntungnya, mereka salah.   “Akhirnya, masa-masa menyebalkan ini selesai!” ucap Giska pada suatu sore. “Gue gak perlu lagi tuh cari-cari makanan, minuman dan snack aneh yang senior minta. Padahal apa susahnya sih tinggal bilang sarden, mie goreng atau apalah tanpa perlu tebak-tebakan yang bikin kepala pusing.” Keluhnya lagi yang dijawab kekehan kedua sahabatnya.   “Trus, beneran loe gak ikut acara kemping?” tanya Raia ingin tahu.   Giska menggelengkan kepala. “Gak ah, skip aja gue acara itu.” ucap Giska dengan nada malasnya.   “Ada api unggun loh, Ka. Semua maba—mahasiswa baru—pasti kumpul disana. Belum lagi seniornya. Lumayan buat ajang ngeceng.” Ucap Raia lagi dengan nada membujuk.   Giska kembali menggelengkan kepala. Membayangkan ikut berkemah dengan teman-teman yang kemarin lalu satu grup OSPEK dengannya membuat Giska bergidik ngeri. Ya, faktanya meskipun masuk ke kampus yang sama, Giska, Raia dan Kiki tidak bisa tergabung dalam kelompok maba yang sama, karena untuk hal itu sudah ditentukan oleh para senior mereka. Dan Giska sangat tidak menyukai teman-teman satu kelompoknya yang selalu ingin mudah sendiri.   “Emang loe gak ngeceng senior? Gak ada maba yang loe suka gitu?” tanya Raia lagi ingin tahu. Giska melirik sahabatnya dan menyipitkan mata.   “Di kepala loe, isinya laki terus ya? Heran gue.” komentarnya pedas yang dijawab Raia dengan kekehan. “Jangan-jangan niatan loe kuliah Cuma buat ngeceng doang?” tanyanya lagi yang dijawab Raia dengan anggukkan. Giska menggelengkan kepala dan mencebik melihatnya. “Si Kiki mana sih?” tanyanya celingukan. “Mana tuh anak? Dari tadi gak kelihatan ekornya.” Tanyanya masih dengan mata mencari.   “Loe pikir si Kiki kucing.” Ucap Raia dengan kekehannya. “Dia lagi toilet kali.” Lanjutnya namun matanya juga ikut mencari. Saat dilihatnya seorang gadis mengenakan atasan berleher sabrina berwarna merah muda dan celana jeans biru muda mendekat, Raia langsung menunjuk. “Tuh, panjang umur dia.” Ucapnya yang membuat Kiki melihatnya dengan dahi mengernyit.   “Kenapa?” tanya gadis itu saat duduk di samping Raia.   “Darimana aja sih loe?” tanya Giska pada sahabatnya itu.   Kiki mengibaskan tangannya dengan gerakan tak acuh seraya tersenyum mengejek. “Toilet.” Jawab gadis itu seolah membenarkan ucapan Raia. “Lama ya?” tanya gadis itu dengan ekspresi bersalah yang dijawab anggukkan kedua sahabatnya. “Sorry, tapi pas mau kesini gue ketahan.”   “Ketahan?” tanya Raia dan Giska bersamaan.   Kiki mengangguk dengan wajah malu-malu . “Ada senior ngajak gue jalan.” Jawabnya lirih.   “Uuuuu…” ucap Raia dan Giska serempak dengan gaya menggoda. “Ngajak jalan?” tanya keduanya serempak, Kiki menganggukkan kepala seraya tersenyum manis dan menyeruput minuman yang sudah dipesankan sahabatnya untuknya.   “Siapa-siapa?” tanya Giska dengan antusias.   “Yandi.” Jawab Kiki dengan nada pelan dan datar.   “What?!” Giska dan Raia saling berpandangan kaget. “Yandi?!” seru keduanya lagi dengan mulut terbuka lebar.   “Yandi yang itu?” tanya Raia, dalam kepalanya ia membayangkan wajah tampan Yandi si mahasiswa popular tingkat tiga yang juga dikenal karena kekayaannya.   Kiki kembali menganggukkan kepala sebagai jawaban pertanyaan Raia.   “Trus, loe terima?” tanya Giska dan Raia secara bersamaan.   Hal itu membuat Raia kesal hingga sahabatnya itu memukul lengan Giska dan berkata, “Loe ngomong ngikutin gue mulu. Sekali lagi ngomong bareng bisa dapet payung kita.” Seloroh Raia yang membuat Giska menoyor kepala sahabatnya itu. Raia memilih untuk mengabaikan Giska dan kembali melirik sahabatnya. “Loe terima?” tanya gadis itu ingin tahu.   “Enggak.” Jawab Kiki datar seraya menggelengkan kepala.   Raia dan Giska kembali saling bertatapan sebelum memandang Kiki kembali. “Gak salah loe?!” tanya keduanya lagi kompak.   “Oke fix, kita dapet payung beneran.” Ucap Raia lagi yang kembali dijawab Giska dengan toyoran di bahu.   “Loe beneran nolak dia?” Giska kembali mengabaikan Raia dan memilih bertanya pada Kiki. Kiki menjawab pertanyaan Giska dengan anggukkan.   “Kenapa Ki?” tanya Raia ingin tahu. “Kenapa loe nolak dia? Dia kan cowok idola kampus ini! Lagian gue denger banyak orang yang nunggu diajak kencan sama dia. Kalo aja dia ngajak gue, gak bakal gue tolak deh. Sumpah.” Ucapnya dengan mata berbinar yang membuat Giska memandangnya dengan tatapan mencibir.   “Lah, bukannya loe lagi gebet senior yang lain?” tanya Giska sekaligus mengingatkan.   Raia mengibaskan tangannya di depan sahabatnya. “Gampang itu mah, bisa diatur. Baru juga ngegebet kan, belum jadian.” Jawabnya dengan santai yang membuat Gisna menggelengkan kepala.   “Eh tapi bener juga sih. Gue juga kalo diajak kencan sama dia gak bakal nolak.” Giska kembali berkata sambil terkekeh yang membuat Raia memutar bola matanya.   “Tumben otak loe nyambung masalah cowok. Biasanya juga enggak.” Ejek Raia yang dijawab Giska dengan kedikan bahu.   “Ya, gue sih sekarang mikirnya realistis aja. Kalo Kiki nge-date, loe nge-date, masa iya gue gigit jari di rumah. Gue juga kan mau nge-date. Apalagi kalo cowoknya ganteng trus tajir kayak kak Yandi. Kan itu sama dengan naikin image gue juga.” Jelasnya masuk akal.   “Iya, tapi loe yang logis juga kalo mikir.” Ucap Raia dengan ketusnya. “Mana mau kak Yandi sama cewek gak jelas kayak loe. Udah kalo ngomong kayak terompet, penampilan loe gak ada manis-manisnya pula.”   “Lah, emang gue kenapa?” Giska memandang Raia dengan ekspresi terhina.   “Loe?” Raia mengangkat sebelah alisnya dan memandang Giska dari atas ke bawah dengan tatapan menilai dan kemudian menggelengkan kepala seraya mencebik.   “Sial loe!” umpat Giska seraya memukul lengan sahabatnya.   “Udah-udah. Kalian kenapa ribut sih.” Ucap Kiki melerai kedua sahabatnya yang membuat mereka menjadi bahan tontonan di kantin karena suara dan tingkah laku mereka yang seenaknya. “Dia emang idola kampus kita, tapi bukan berarti semua orang ngidolain dia kan? Jadi gak usah bikin malu kayak gini lah.” ucapnya dengan nada datar. “Gue udah laper, buruan cepet pesen makan.”  Perintahnya yang dengan patuhnya dituruti kedua sahabatnya.   Giska, Kiki dan Raia. Tiga orang gadis yang memiliki karakter berbeda namun bisa bertahan dalam sebuah ikatan persahabatan dalam waktu yang cukup lama. Giska si tomboy dan bicara seenaknya. Raia gadis berpenampilan feminim namun juga seringkali berbicara ketus. Dan Kiki—sosok paling sempurna diantara dua gadis lainnya—karena selain cantik dan memiliki tubuh yang bagus. Kiki juga memiliki karakter yang lemah lembut.   Ketiga gadis dengan karakter yang berbeda ini dipersatukan dengan kata sahabat. Mereka tidak mempermasalahkan perbedaan karakter yang mereka miliki. Sekalipun tidak jarang mereka berselisih paham, ketiganya bisa kembali bersama. Karena jika Kiki dan Giska berseteru, ada Raia yang akan menjadi penyatu. Jika Raia dan Kiki yang bertengkar, akan ada Giska yang mengakurkan. Dan jika Giska dan Raia berselisih, ada Kiki yang akan menjadi penengah. Ketiganya saling menyayangi dan bisa saling menjaga satu sama lain, hingga kini. Atau bisa jadi pertikaian akan dimulai saat ini?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD