Paris, 08:15 AM
Seorang gadis mengikat rambutnya asal, memakai syal berwarna soft pink  hasil rajutannya sendiri, lalu menyambar mantel bulu putih tebal yang  ia gantung di lemari pakaiannya, dengan bot berwarna hitam, ia siap  keluar dari apartemen mininya dan menyambut musim dingin yang sudah  datang beberapa minggu lalu.
Mikaela Cindy, gadis  cantik itu akan menemui malaikat penolongnya hari  ini, tepat di hari  ulangtahunnya yang ke-24. Dia sudah membuat janji setelah hampir setahun  tidak bertemu dengan pria itu.
Dengan menaiki taksi, Mikaela menuju ke salah satu cafe yang terkenal di jalanan kota Paris.
Sudah tujuh tahun berlalu sejak ayahnya pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkannya sendirian di dunia ini.
Dulu, dia adalah gadis yang berkecukupan sebelum ayahnya bangkrut dan terkena serangan jantung.
Dulu, dia adalah seorang Princess bagi ayahnya. Seorang gadis yang beruntung, diberikan kekayaan, kepintaran dan wajah yang membuat banyak pria mengejarnya.
Tapi sekarang, dia bukan  siapa-siapa, melainkan hanya seorang gadis biasa yang mencoba menjalani  hari-harinya dengan sangat biasa. Ternyata bermodal wajah cantik saja  tidak akan cukup di dunia ini, dia harus berjuang menghadapi kerasnya  hidup. 
Kini Mikaela hanya  tinggal berdua saja dengan Salma, seorang wanita yang sudah Mikaela  anggap seperti ibunya sendiri, karena sejak kecil wanita paruh baya  itulah yang mengasuh Mikaela, sejak ibunya meninggal mereka menjadi  sangat dekat, seseorang yang selalu memanjakan Mikaela, yang tidak  pernah meninggalkannya di masa-masa sulit sekalipun.
Dalam hitungan menit  saja Mikaela sudah sampai di cafe itu, jalanan tidak macet, tidak  seperti kota asalnya, Jakarta. Banyak orang yang memilih berjalan kaki  atau naik bis daripada membawa kendaraan sendiri.
Seorang waiters menyambutnya, seperti sudah mengetahui kalau Mikaela akan datang. Waiters  itu membawa Mikaela ke lantai paling atas. Lantai yang tak beratap,  dengan hiasan bunga-bunga dan tanaman hijau di sekelilingnya.
"Kak! Aku merindukanmu!" Pekik Mikaela girang memeluk seorang pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.
"Selamat ulangtahun princess." ucapnya membalas pelukan Mikaela.
"Jadi mana hadiah untukku? Kau tidak lupa kan kak?" Mikaela melepas pelukannya.
"Mana mungkin aku melupakan ulang tahunmu, hadiahmu akan sampai ke apartemenmu besok."
"Terimakasih kak." Mikaela tersenyum kegirangan.
"Dan juga, Selamat atas kelulusanmu, maaf aku tidak bisa menghadiri acara wisudamu bulan lalu."
"Tidak masalah, asal...."
"Besok kau akan menerimanya, hadiah kelulusanmu."
Mikaela terkekeh.
Pria itu adalah Rendy.  Rendy Leonard Sandjaya. Siapa yang tak kenal pria itu sekarang? CEO  tampan, pewaris satu-satunya perusahaan ayahnya, pak Sandjaya.
Mikaela sudah mengenal  Rendy sejak di sekolah menengah atas, Rendy adalah kakak kelas yang  sangat baik padanya. Ayahnya memang salah satu orang paling kaya dan  paling berpengaruh di Indonesia, tidak heran sekarang Rendy menjadi  sukses seperti ini, dia mewarisi kepandaian ayahnya. Dan Rendy adalah  malaikat penolong Mikaela.
.
Flasback on
7 years ago....
"Pak Danu bilang, kita hanya diberi waktu satu Minggu untuk mengosongkan rumah ini nona."
Setelah ayah Mikaela  meninggal dan perusahaannya bangkrut, Mikaela tidak mempunyai apapun  lagi, kecuali uang asuransi dari ayahnya. Rumahnya dan hartanya sudah  habis disita oleh bank.
Sambil memejamkan  matanya, Mikaela berusaha kuat menghadapi semua hal buruk yang  menimpanya. "Bi, aku akan memberikan separuh asuransiku untukmu dan  untuk pak Tarjo. Kau bisa membuka toko kue di kampung nantinya."
Salma mendekat ke arah  Mikaela dan duduk disamping gadis itu. "Bibi ingin ikut dengan non saja,  non tau kan bibi tidak punya siapa-siapa lagi?"
Mikaela tau, Salma  dulunya adalah janda satu anak. Anaknya sudah meninggal karena sakit  demam berdarah sebelum Salma bekerja dirumahnya. Seharusnya anak Salma  lebih tua daripada Mikaela.
"Tapi aku sudah tidak bisa memberikan gaji lagi padamu bi."
"Bibi tidak butuh gaji  non, bibi sudah anggap non sebagai anak bibi sendiri. Non akan bibi  rawat seperti anak sendiri. Tolong, biarkan bibi ikut kemanapun non  pergi ya."
Mikaela menangis lagi.  Entah sudah berapa kali Mikaela menangis  minggu ini, tapi air matanya  tidak kunjung mengering juga, membuat Mikaela lelah. Dia memeluk Salma  erat. "Kemanapun?"
"Iya non kemanapun," Salma mulai ikut menangis.
"Baiklah bi, Ayo kita pergi dari sini, dari rumah ini."
.
Setelah Mikaela  memutuskan untuk pergi saat itu juga, dengan taksi ia pergi ke rumah  Danu, seseorang yang akan menolong Mikaela mencairkan dana asuransinya,  sekaligus pengacara Marta, ayah Mikaela.
Bukan hanya meminta  tolong, Mikaela juga akan menolak bantuan yang akan diberikan Danu  padanya, yaitu sebuah rumah kontrakan kecil yang bisa Mikaela tinggali  bersama Salma. Menurut Mikaela Danu sudah banyak membantunya dan Mikaela  tidak ingin merepotkan pria yang merupakan teman baik ayahnya itu.
Ntah apa hubungan Danu dengan Rendy, tetapi Mikaela melihat Rendy ketika ia sampai di rumah Danu.
"Apa yang kakak lakukan disini?"
"Aku hanya sedang main." jawabnya santai.
Mikaela tidak ingin  menanggapi, orang sekelas Rendy, apalagi mengingat bagaimana hebatnya  ayah Rendy, tentu akan selalu berhubungan dengan pengacara. Mungkin saja  Rendy menawarkan pekerjaan pada Danu yang baru saja kehilangan  pekerjaannya setelah perusahaan ayah Mikaela bangkrut.
"Baiklah, aku permisi dulu kalau begitu. Jangan lupa beritahu aku." Rendy berpamitan dan meninggalkan pesan untuk Danu.
Setelah kepergian Rendy, tanpa basa basi Mikaela mengutarakan apa maksudnya pada Danu.
"Kemana kau akan pergi Mikaela sayang?"
"Aku tidak tau, tapi aku pasti aman, karena aku bersama bi Salma."
"Kau masih bersekolah,  setidaknya tinggalah dulu di kontrakanku, dan selesaikan sekolahmu. Aku  yang akan bertanggungjawab, lagipula istriku pasti akan sangat senang  dengan keberadaaamu."
"Terimakasih paman, tapi kota ini terlalu menyakitkan bagiku, aku tidak bisa tinggal disini dengan kenangan yang buruk."
Danu hanya menghela napas, dia tau itu sangat berat untuk Mikaela.
"Paman tenang saja, aku  pasti akan melanjutkan sekolahku dengan baik, aku sudah punya uang  asuransi bukan? Bahkan aku nanti akan masuk Perguruan Tinggi impianku."
"Kau harus berjanji  padaku akan terus melanjutkan pendidikanmu, karena ayahmu sudah berpesan  untuk menjamin kehidupanmu dan kau harus berjanji untuk mengabariku  ketika kau sudah bisa menenangkan diri."
"Aku janji paman. Bisakah aku meminta satu bantuan lagi?"
"Apapun akan aku lakukan untuk membantumu."
"Bisakah kau mengurus  sekolahku? Maksudku pengunduran diriku dari sekolah, sekarang juga. Dan  jangan beri tau siapapun alasanku, bilang saja aku pindah sekolah."
"Apa ini yang terbaik untukmu nak?"
"Aku rasa untuk saat ini iya. Aku mohon paman."
"Baiklah, aku akan membantumu."
.
"Apa yang kakak lakukan disini?"
Begitu keluar dari gerbang rumah Danu, Mikaela melihat Rendy yang berdiri bersandar pada mobilnya.
"Menunggumu, apa lagi?"
"Kakak perlu sesuatu?"
"Ikutlah denganku  sebentar saja." Rendy menarik tangan Mikaela masuk ke dalam mobilnya,  Rendy juga menyuruh Salma untuk ikut masuk ke dalam mobil dengan duduk  di kursi belakang.
"Ada apa kak?" Mikaela merasa bingung, tidak tau Rendy akan membawanya kemana.
"Nanti kau akan tau."
"Jika kakak ingin membawaku ke tempat mereka, aku tidak mau kak."
"Maksudmu Darren dan Daffa? Mana mungkin aku membawamu ke Singapura sekarang?"
"Aku tidak ingin bertemu mereka."
"Tolong temui mereka."
"Bahkan kakak juga? Kak  Darren menyuruhku pergi menemui kak Daffa dan menerima cintanya, kak  Rendy juga menyuruhku untuk melakukan hal itu sekarang?"
"Aku tidak bilang kau harus menerima cinta Daffa."
"Aku akan pergi kak, aku  tidak mau menemui mereka, aku tidak tau apa yang akan aku lakukan jika  bertemu dengan mereka. Aku mencintai kak Darren, tapi kak Darren tidak  menginginkanku, dia hanya ingin aku berada disisi kak Daffa yang sedang  terbaring koma."
"Aku tau." Rendy sibuk mengemudikan mobilnya.
"Aku akan pergi meninggalkan kota ini kak."
Ciiiittttt.
Mendengar kalimat itu Rendy refleks menginjak remnya. "Kau ingin pergi kemana Mikaela?"
"Aku tidak bisa tinggal disini lagi kak, terlalu banyak kenangan yang menyakitkan untukku."
"Kau ingin pergi kemana?" Rendy mengulang pertanyaannya lagi.
"Kemanapun, asal aku bersama bi Salma."
"Pergilah ke Paris."
Mikaela mengerutkan keningnya.
"Pergilah ke tempat dimana Darren dan Daffa tidak bisa menjangkaumu."
"Maksud kakak?"
"Pergilah ke paris, lanjutkan studymu disana, aku akan mengurus semuanya."
"Tidak kak, terimakasih,  tapi aku tidak mau merepotkanmu. Uang asuransiku hanya cukup untuk  melanjutkan sekolahku hingga Perguruan Tinggi, aku harus mencari tempat  tinggal yang layak untuk kami dan untuk makan."
"Aku akan mengurusnya, semuanya. Aku akan mengurusnya."
"Tidak kak. "
"Lalu, kemana kau akan pergi?"
"Turunkan kami disini."
"Kalau begitu, Darren akan menyeretmu ke hadapan Daffa. Lihat, dan buktikan itu."
"Dia akan tetap menemukanku kemanapun aku pergi kak."
"Tidak, aku yang akan menjamin itu."
"Tapi.."
"Demi kebaikanmu, pergilah, dan pulanglah jika kau sudah siap."
"Aku akan membayarnya kak." ucap Mikaela akhirnya, ada keraguan dalam nada bicaranya.
"Ya, baiklah, bayar itu jika kau sudah sukses."
Mikaela tersenyum,  mungkin ini keputusan yang berat baginya, tapi kemana lagi ia harus  pergi? Dia janji akan membayar semuanya pada Rendy suatu saat nanti.  Pasti.
Hari itu juga Rendy  mengurus segala sesuatu yang Mikaela butuhkan dengan bantuan orang  terdekat ayahnya. Bahkan Rendy mengutus salah satu dari mereka untuk  menemani Mikaela sampai ke Paris.
Di Paris sudah  disediakan tempat tinggal untuk Mikaela, dan keesokan harinya dia sudah  terdaftar di salah satu sekolah yang cukup baik di Paris.
Rendy benar-benar  menepati janjinya. Setelah beberapa bulan di Paris, dia sama sekali  tidak mendengar kabar dari Darren. Rendy pun tidak memberi kabar tentang  keadaan si kembar, Darren dan Daffa.
Mikaela akan terus  menjalani kehidupannya seperti gadis biasa lainnya. Tanpa siapapun,  tanpa sahabatnya. Walau ada rasa kosong dihatinya meninggalkan seseorang  yang ia cintai. Darren.
Flashback off
.
"Lalu, apa rencanamu setelah ini?"
"Aku akan bekerja kak, aku tidak mungkin akan terus menerus menyusahkanmu."
"Dimana kau akan bekerja?"
"Kakak tidak perlu khawatir, aku sudah memasukkan beberapa lamaran di perusahaan ternama disini, jadi kakak tenang saja."
"Kau sangat mandiri sekarang."
"Tentu saja kak, aku sangat berterima kasih padamu, jika tanpa bantuanmu, aku pasti--"
"Bagaimana kabar bi Salma?" Pria itu memotong ucapan Mikaela.
"Beratnya naik lima kilo kak." bisik Mikaela sambil terkekeh.
"Aku akan mengirimkan hadiah juga untuk bi Salma."
Pesanan mereka sampai diwaktu yang tepat, Mikaela sangat lapar karena tadi pagi tidak sempat sarapan. Ia memesan cheesecake dengan ukuran besar dan satu cangkir hot chocolate.
"Kau tidak berubah."
"Benarkah?"
"Ya, masih seperti anak kecil, apa pacarmu tidak protes padamu?"
"Kak, kau hanya ingin tau apakah aku punya pacar atau tidak kan? Jawabannya tidak."
"Benarkah? Padahal kau cukup cantik."
"Aku tidak pernah memikirkan hal itu selama tujuh tahun ini, aku sibuk dengan kuliahku kak."
"Tapi ada beberapa pria yang mendekatimu."
Mikaela mengerutkan keningnya. "Darimana kakak tau?"
Pria itu berdeham. "Aku hanya menebak saja. Habiskan cake-mu"
"Kak..?
"Ya?"
Mikaela sebenarnya ingin menanyakan sesuatu, tapi ia ragu, apakah harus menanyakannya atau tidak.
"Ya, Darren sudah bertunangan." tanpa mendengar apa yang akan ditanyakan Mikaela, Rendy sudah bisa menebak pertanyaan itu.
"Oh, ternyata begitu."
"Darimana kau tau kabar itu?"
"Kak Daffa menghubungiku sebulan yang lalu, dia mengabarkan pernikahannya."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu."
"Aku lupa mengucapkan terimakasih padamu kak."
"Untuk?"
"Mempertemukanku dengan  kak Daffa setahun yang lalu. Sejak itu kami sering berkomunikasi,  hubungan kami sudah membaik, itu semua karenamu kak, karenamu juga aku  bisa meminta maaf padanya atas kejadian masa lalu kami. Dan sekarang  kami bisa berteman baik."
"Apa kau senang?"
"Tentu saja."
"Lalu kapan kau akan kembali ke Indonesia?"
"Belum tau."
"Bukankan mereka sudah  menjalani hidup mereka masing-masing? Daffa sudah menikah, Darren sudah  bertunangan, dan sebentar lagi dia akan menikah."
Dan aku masih terjebak pada masa lalu.  Batin Mikaela. Ya, perasaan Mikaela masih sama dengan tujuh tahun lalu.  Tapi dia bisa apa? Dialah yang meninggalkan cintanya dulu. Waktu itu  Mikaela masih sangat muda, masih berumur 17 tahun dan harus menanggung  beban yang sangat berat. Apalagi yang bisa ia lakukan selain pergi  meninggalkan semua bebannya?
"Aku ingin bekerja dulu, aku ingin mengembalikan hutangku padamu."
"Bekerjalah diperusahaanku."
"Tidak. Aku tidak mau  bekerja karena bantuan seseorang, aku ingin menghasilkan uang dengan  kerja keras ku sendiri, lalu mengganti uangmu."
Rendy terkekeh. "Baiklah, jika kau lelah, datanglah padaku."
"Omong-omong, bagaimana denganmu kak? Kenapa kau tidak menikah?"
"Aku masih muda Mikaela, 26 tahun."
"Dan kau sudah sangat hebat di usiamu kak. Kadang aku merasa iri."
"Aku hanya menjalankan bisnis ayahku."
"Sama saja. Kau punya segalanya."
"Habiskan makanmu, waktuku tak banyak, aku harus kembali lagi ke Singapura siang ini, ada hal yang penting disana."
"Wow, kak, kau baru sampai tadi pagi dan akan kembali ke Singapura siang ini?"
"Why not?"
"Apa yang kau lakukan disini kak?"
"Tentu saja menemui  adikku ini." Rendy mengusap kepala Mikaela sayang. Ia memandang wajah  gadis itu setelah setahun lamanya tidak bertemu karena satu dan dua hal  yang tidak memungkinkan untuknya menemui Mikaela. Dia merindukan gadis  itu. Sangat.
Tbc....