Davin terperangah mendengar jawaban dari istrinya, jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya, rasa sakit menghantam hati dengan begitu menekan sesak sampai tidak bisa bernapas beberapa detik. Melihat ekspresi Davin, Anika sama sekali tidak merubah raut wajah yang memeranginya, sudah hilang kesopanan dan segala hormatnya pada Davin sebagai suami, mengingat kembali Anika sudah mengatakan kalau kesabaran sudah mulai habis. "Kenapa kamu begitu, An ...?" tanya Davin dengan melirih. Hatinya benar-benar terasa nyeri saat istrinya tidak lagi menunjukan pandangan teduh dan bahasa lembut setiap kali beradu argumen seperti biasa, baru tadi Anika mengumpat Davin dengan begitu kasar. "Kamu sendiri yang memancing amarahku! Perlu aku ingatkan lagi, kalau kesabaranku sudah habis padamu, Vin!" teri