Bara tersenyum miris melihat orang di hadapannya. Bara terus memandangi wajahnya sampai setiap lekuk diteliti, ada rasa getir di hati Bara melihatnya yang terus menyunggingkan senyuman. "Ada apa, Bar?" tanyanya membuat hati Bara makin berdenyut nyeri. "Kamu kelihatan pucat, An. Lukamu juga kelihatan membiru, itu sangat terlihat. Apa kamu kesakitan?" tanya Lyra. Anika menggeleng pelan. "Sudah tidak lagi," jawab Anika dengan senyuman. Bara langsung meraih berkas yang berada di tangan Anika dan membereskannya, Bara menarik Anika untuk duduk di sofa. Dia tidak sanggup membiarkan Anika bekerja dalam keadaan seperti itu. "Bar ...." Anika menatap bingung ke Bara yang tiba-tiba memboyongnya untuk duduk padahal dia sedang bekerja. Bara menatap Anika dengan mata sedih seakan ingin menangis dan