Terancam Batal ke Singapura

1131 Words
"Aku sudah di sini, kamu mau ngomong apa?" tanya Dita ketika sudah berada di ruangan Damar. "Duduk dulu, ada yang mau aku bicarakan." Damar berpindah tempat duduk dari kursi di belakang meja ke kursi yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu di ruangan kerjanya. "Cepat Damar, kamu mau ngomong apa?" tanya Dita duduk di kursi di hadapan Damar. "Kemungkinan besar kamu enggak ikut ke Singapura, karena kamu akan digantikan oleh Yuni." "Yuni lagi, Yuni lagi, karena dia calon istri kamu terus dengan seenaknya aja kamu gantiin posisi aku sebagai model yang harusnya berangkat ke Singapura oleh dia? Benar-benar deh, aku semakin enggak ngerti dengan jalan pikirkan anda wahai Bapak Damar," kata Dita merasa kesal karena kepergiannya ke Singapura terancam dibatalkan. "Kamu kan sudah senior, kasih kesempatan buat anak baru untuk cari pengalaman. Kamu kan sudah biasa ikut peragaan busana di Singapura. Job kamu banyak Dita, enggak perlu khawatir enggak ada kerjaan, sedangkan Yuni kan baru meniti karir sebagai model," kata Damar mengungkapkan alasannya. "Kamu kan bisa ajak Yuni sebagai pasangan kamu, Damar. Enggak perlu sampai menggantikan aku dengan Yuni. Kamu yang punya agensi model ini, lebih punya kuasa untuk menambah personil model lain. Kamu juga bisa melejitkan Yuni di dunia permodelan tanpa harus mengganggu karir aku kan?" Damar terdiam sejenak. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mulai kehabisan kata-kata ketika berbicara dengan Dita. "Iya sih, aku bisa melakukan apa saja. Tapi aku mohon kali ini, biarkan Yuni menggantikan kamu ke Singapura karena dari pihak agensi kita tidak bisa menambah orang baru lagi," kata Damar masih berusaha membujuk Dita. "Aku sih enggak peduli, gimana pun caranya aku enggak mau posisi aku digantikan oleh Yuni!" kata Dita kukuh dengan pendiriannya. "Please, Dita. Tolonglah sekali ini saja." "Enggak, aku enggak akan mengalah, apalagi dengan Yuni." "Ok, kalau kamu tidak mau mengalah, biar aku putuskan sepihak. Mau tidak mau, setuju atau tidak, kamu batal ke Singapura dan digantikan oleh Yuni, titik!" "Makin ke sini kamu kok makin semena-mena sih? Aku enggak terima dengan keputusan kamu, aku akan tetap ke Singapura mau kamu larang atau enggak aku tetap datang, titik! Emang cuma kamu aja yang bisa bilang titik." "Aku kasih job lain untuk penggantinya," kata Damar lagi. "Aku enggak mau! Pokoknya aku tetap pergi ke Singapura! Permisi." Dita meninggalkan ruangan Damar dengan perasaan kesal bercampur marah. Kesal sikap Damar dan marah dengan keputusan Damar, meskipun memang Damar bisa memutuskan apa saja katena dia pimpinan agensi tetapi Dita tetap marah dengan keputusan Damar. Bagaimana tidak marah, seorang model papan atas harus mengalah dengan model baru, jelas Dita tidak mau. Dita mencari Asti ke ruang ganti. Pagi ini dia ada jadwal pemotretan di luar studio kantor untuk pemotretan produk yang memang harus difoto di luar ruangan. Belum sampai ruang ganti, Dita sudah dikejutkan oleh Asti yang menepuk pundaknya di dekat pintu masuk ruang ganti. "Mbak, mau kemana?" tanya Asti setelah menepuk pundak Dita. "Asti, aku nyariin kamu. Ayo kita siap-siap. Eh ya, Arga mana?" ucap Dita sambil menoleh kanan kiri mencari keberadaan Arga. "Mas Arga ngambil mobilnya yang selalu dititip di tempat Mbak Dita peragaan busana, nanti dia balik kok." "Mobil dia kenapa ditinggalin di sana?" tanya Dita merasa heran. "Iya karena tadi malam Mas Arga yang nyetir mobil Mbak Dita ke apartemen Mas Arga." "Oooh, aku baru paham. Terus buat pagi ini fotografernya siapa?" "Mas Arga dong, nanti dia nyusul setelah ambil mobil Mbak." "Ok. Mudah-mudahan dia enggak telat deh. Kalau Arga telat bisa-bisa si Damar gila itu ngamuk sama Arga." "Ssttt, Mbak jangan ngomong gitu, nanti kalau yang lain dengar, terus sampai ke telinga Pak Damar kan bisa bahaya. Mbak tadi habis dari ruangan Pak Damar kan?" "Biarin aja Asti, Damar kan memang gila, gila duit, matre, b******k juga. Tadi dia mau gantiin aku, jadi yang ke Singapura nanti tuh Yuni, bukan aku." "Apa? Kok Pak Damar aneh sih. Peragaan busana di Singapura kalau bawa model baru bisa berabe, karena di sana ketemu banyak model dari negara lain, desainer dari negara lain juga, bisa rusak nama agensi kalau Yuni yang dibawa," protes Asti. "Nah kan, kamu aja tahu. Beneran deh enggak paham sama apa yang ada di pikiran Damar itu." "Bukan katena cemburu ya Mbak? Pak Damar lihat Mbak Dita sama Mas Arga tuh ngerasa kepanasan enggak sih?" "Enggak tau deh. Kalau dia cemburu kan bagus tuh, berarti rencana aku mulai berhasil." "Tapi Mbak, hati-hati juga sama Pak Damar, bahaya kalau dia sampai cemburu sama Mbak Dita. Keselamatan Mbak Dita terancam." "Berani ngapain sih dia, kita lihat aja dia bakalan ngapain. Ayo kita jalan sekarang." Asti sudah menyiapkan semua perlengkapan yang harus dibawa. Lalu mengajak Dita meninggalkan ruang ganti menuju parkiran untuk segera berangkat ke lokasi pemotretan di luar studio. Saat mobil yang dikendarai Asti tiba di lokasi pemotretan, ternyata Arga sudah ada di sana dan sudah siap dengan kameranya. Dita turun dari mobil menghampiri Arga sedangkan Asti ke bagasi dulu untuk mengambil barang. "Kamu kok udah sampai duluan sih?" tanya Dita berjalan mendekati Arga yang sedang sibuk dengan kameranya. "Iya, aku kebut biar cepat sampai lokasi, enggak enak dong kalau model dan kru nungguin fotografer. Eh ya, Pak Damar bilang apa sama kamu?" tanya Arga sambil memperbaiki posisi kameranya. "Damar bilang aku enggak jadi ke Singapura, dia gantiin posisi aku calon istrinya tuh, nepotisme enggak itu namanya?" "Iya sih. Ya udah kamu ke Singapura sama aku aja," ucap Arga tetap fokus dengan kameranya. "Ngapain?" sahut Dita. "Hemm, terserah kamu aja. Mau jalan, mau makan boleh, aku anterin kamu keliling Singapura." "Emang kamu tahu tempat nongkrong dan jalan di sana?" "Tahu dong, aku pernah jalan-jalan di sana. Nanti malam kita beli tiket ke sana, gimana?" "Jangan dulu beli tiket, kita lihat sikon, siapa tahu tiba-tiba Damar kesambet, terus aku berangkat ke Singapura. Akunya yang masih ngarep." "Ya, kabari aja mau berangkat kapan, aku sih terserah kamu aja. Siap-siap yuk, aku udah selesai ini setting kamera. Kita mulai pemotretan segera setelah kamu siap." "Ok." Dita berjalan ke arah Asti untuk bersiap mengambil foto untuk hari itu, merapikan mekap dan pakaian yang akan digunakan untuk pemotretan pagi ini. Hari itu pemotretan berjalan lancar, seperti biasa hasil foto Arga memang selalu memuaskan, karena itu juga Damar mau mempekerjakan Arga dengan bayaran murah tetapi mendapat hasil foto yang bagus, lebih bagus dari hasil foto dari fotografer lain di agensi milik Damar. Selesai pemotretan, Arga mengajak Dita makan siang di kafe dekat kantor. Siang itu dia ingin memastikan Dita makan siang dengan baik sebelum melanjutkan aktivitas lain di hari itu. Saat mereka berjalan masuk ke kafe, ekor mata Dita menangkap sosok Damar yang juga sedang makan siang dengan calon istrinya Yuni. Dita segera merangkul lengan Arga dan bersikap manis. Dita memilih tempat duduk yang dekat dengan tempat duduk Damar agar apa yang Dita lakukan bersama Arga di kafe itu bisa dilihat oleh langsung. Dita berencana untuk makan siang mesra bersama Arga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD