Bab 2 - Pakailah Lingerie

1310 Words
Aku pulang agak malam. Kamu tidur duluan aja, ya…. Itu adalah pesan yang masuk ke ponsel Stella dari Randy. Alih-alih membalasnya, Stella lebih memilih melemparkan ponselnya secara asal ke tempat tidurnya. Ternyata menikah dengan sebelum menikah itu tidak ada bedanya bagi wanita itu. Padahal ia pikir genre hidupnya secara otomatis akan menjadi roman dewasa, tapi ternyata … masih begini-begini saja. Jujur, Stella lelah karena dirinya baru saja pulang dari tempat kerjanya dan membaca chat dari Randy barusan justru membuatnya semakin lelah. Sudah satu bulan semenjak Stella resmi menyandang status sebagai Nyonya Randy, tak pernah satu kali pun mereka melakukan yang normalnya pengantin baru lakukan. Malam pertama? Itu hanya ada dalam angan-angan saja. Stella yang sedang dalam masa ovulasi, hasrat untuk melakukannya tentu saja semakin menggila. Namun, Randy pasti akan memberikan alasan-alasan yang tidak bisa Stella bantah seperti lelah sehingga meminta pengertian, belum siap atau alasan yang sering pria itu gunakan … bagaimana kalau lain waktu aja? Selalu begitu! “Malam ini mau alasan apa lagi kamu, Randy?” gumam Stella. Pada saat-saat begini, Stella sangat membutuhkan telinga yang bisa mendengar keluh-kesahnya. Hanya saja, wanita itu terlalu malu untuk menceritakan masalah yang menurutnya di luar nalar ini. Selain itu, Stella merasa tidak punya seseorang yang bisa dipercaya untuk mendengarkan curhatan rahasianya ini. Memendamnya terus-terusan pun berpotensi membuatnya stres. Dan untuk pertama kalinya Stella merasa dirinya membutuhkan GP atau Gadis Panggilan—platform yang memungkinkan penggunanya untuk curhat pada penyedia aplikasi. Ada manusia asli yang mendengarkan, bukan AI atau kecerdasaan buatan. Tentunya dengan privasi yang terjamin sangat rahasia. Baik pengguna atau penyedia layanan jasa sama-sama tidak bisa saling mengetahui sedang berbicara dengan siapa. Platform ini cocok untuk seseorang yang tidak punya teman curhat seperti Stella atau yang ingin meluapkan unek-unek tanpa takut ceritanya tersebar karena kerahasiaannya benar-benar terjamin. Berusaha mengenyahkan segala pemikiran tentang keanehan suaminya, Stella melucuti pakaiannya lalu bersiap untuk mandi. Ia rasa … berendam di bathtub akan membuat pikirannya jauh lebih jernih. *** Dengan masih memakai bathrobe, Stella meraih ponselnya yang tadi ia letakkan sembarangan di tempat tidur. Selama beberapa saat ia menunggu loading aplikasi GP hingga terbuka sepenuhnya. Meskipun sempat ragu, Stella akhirnya menggunakan fitur call untuk curhat secara langsung, bukan lewat chat. Stella harus menunggu beberapa antrean, sampai akhirnya … mulai terdengar suara wanita menyapa di ujung telepon sana. Wanita? Entah aslinya pria atau wanita karena penyedia aplikasi pun menggunakan voice changer atau pengubah suara sehingga yang terdengar bagi pengguna adalah suara wanita. Itu sebabnya dinamakan gadis panggilan, karena pengguna seolah-olah sedang curhat pada seorang wanita. “Hai, aku siap mendengar cerita kamu malam ini. Percakapan kita dijamin rahasia, ya.” "Ada yang aneh dengan suamiku.” Stella sengaja langsung to the point, berbasa-basi hanya akan membuang-buang waktu. "Aneh? Bisakah kamu menjelaskan se-aneh apa suamimu itu? Maksudku, cerita dengan lebih detail." "Kami menikah satu bulan yang lalu. Bisa dibilang kami masih pengantin baru, kan? Bahkan, dua minggu yang lalu aku dan suamiku baru aja kembali setelah menghabiskan bulan madu." "Dan yang aneh?" "Dia nggak menyentuhku sama sekali. Aku bahkan nggak tahu malam pertama itu rasanya seperti apa." Jeda sejenak. Tidak ada yang berbicara. “Kamu bahkan sampai terdiam saking yang aku katakan nggak masuk akal,” kata Stella lagi, agak terkekeh. “Miris banget, kan?” “Apa yang kamu katakan itu tidak wajar, tapi pasti ada alasannya. Sudahkah kamu mencari tahu atau bertanya langsung pada suamimu?” “Dia bilang nanti, nanti, nanti atau butuh waktu karena belum siap. Selalu begitu.” “Jujur ini memang aneh. Apa kalian menikah tanpa proses berpacaran?” “Kami memang dijodohkan, tapi kami melakukan proses pendekatan lebih dari satu tahun yakni tiga tahun. Meskipun nggak ada kalimat ‘kita pacaran’ tapi intinya kami melakukan berbagai hal seperti orang-orang berpacaran pada umumnya. Aku bahkan sangat paham pekerjaannya karena dia selalu mengajakku berdiskusi tentang ini dan itu.” “Termasuk kontak fisik? Atau yang lebih intim seperti maaf … berciuman, misalnya?” “Boro-boro. Aku berpikir dia sangat menjaga dari hal-hal semacam itu. Istilahnya no s*x before marriage. Jadi, aku beranggapan kalau kami melakukannya nanti pas udah nikah aja. Masalahnya adalah setelah nikah pun tetap nggak ada kontak fisik, berciuman apalagi berhubungan badan.” Stella mulai emosional. Stella kembali berbicara, “Aku pikir nggak pernah kontak fisik apalagi ngajak ciuman selama pendekatan itu bagus. Artinya dia sangat menjagaku. Tapi kenapa keterusan sampai udah nikah? Aku miliknya. Seluruh tubuhku miliknya. Kenapa dia enggan menyentuhku?” “Saya turut bersedih. Pasti kamu kebingungan selama ini.” “Sangat. Aku bingung banget. Ini aneh, sumpah.” “Lalu apa yang kamu pikirkan sekarang?” “Suamiku nggak normal? Atau dia punya wanita lain. Hanya dua itu yang aku pikirkan.” “Aku mengerti kekhawatiran kamu. Tapi kalau boleh saran, ajaklah suamimu bicara berdua dan meminta penjelasannya secara langsung kenapa hubungan kalian begini. Kalau masih membingungkan, berkonsultasi dulu pada ahlinya yaitu psikolog atau bila perlu seksolog. Takutnya ada trauma atau sesuatu yang sangat pribadi, yang hanya dia sendiri yang tahu. Tolong jangan mengambil kesimpulan sendiri apalagi yang mengarah pada sesuatu yang negatif.” “Kamu benar, aku sempat punya pikiran untuk mengajaknya berkonsultasi. Tapi apakah dia mau?” “Sebaiknya coba dulu. Saya tidak bisa memungkiri kalau aktivitas di ranjang itu hal yang penting dalam rumah tangga. Untuk itu, sebelum menjadi masalah yang lebih serius dan berpotensi mengancam keutuhan rumah tangga yang bahkan masih baru dimulai, sebaiknya bicarakan ini dengan ahlinya. Saya harap ada solusi terbaik untuk kalian berdua.” “Hmm, adakah saran selain berkonsultasi pada ahlinya? Maksudku, sesuatu yang hanya melibatkan kami berdua aja. Enggak perlu melibatkan orang lain dulu. Selain bicara tentunya, karena dia nggak pernah memberi penjelasan yang membuatku puas dengan jawabannya.” “Ada. Setidaknya kamu bisa membuktikan apakah suamimu normal atau tidak.” “Dengan cara?” “Pernahkah kamu menggodanya? Coba rayu dia malam ini.” “Eh?” “Kalian tidak sedang LDR, kan?” “Enggak. Dia biasanya pulang agak malam, mungkin sengaja supaya aku udah tidur.” “Pakailah lingerie dan sambutlah dia dengan tarian erotis. Tapi tunggu, kalian hanya tinggal berdua atau ada orang lain?” “Kami hanya berdua.” “Bagus. Godalah suamimu lalu lihatlah bagaimana reaksinya. Normalnya pria akan tergoda. Tapi jika tidak tergoda, kamu bisa menggunakan saranku yang pertama. Konsultasikan pada ahlinya entah itu psikolog, seksolog maupun konselor pernikahan.” “Sial, kenapa selama ini aku nggak kepikiran merayunya?” gumam Stella. “Aku berharap upayamu berhasil, ya. Tentunya terima kasih telah menghubungi gadis panggilan, semoga kamu jauh lebih lega setelah bercerita.” *** Ting tong! Itu adalah bunyi bel pintu apartemen yang Stella tempati dengan suaminya. Stella sengaja mengganti kode pengaman pintu agar saat Randy pulang tidak bisa langsung masuk sehingga suaminya itu mau tidak mau harus menekan bel. Tujuannya? Randy biasanya pulang larut malam saat Stella sudah tertidur nyenyak sehingga malam pertama terus tertunda karena Randy tak pernah membangunkannya. Dengan mengganti kombinasi angka untuk pengaman pintu, bukankah Randy pasti membangunkannya jika ingin masuk? Dan benar saja, barusan Stella ketiduran tapi kini sudah bangun setelah mendengar bunyi bel beberapa kali. Stella yang ketiduran menggunakan lingerie seksinya, buru-buru menatap pantulan dirinya melalui cermin. Dengan penuh semangat, wanita itu merapikan tatanan rambutnya. Riasan di wajahnya pun masih sangat bagus sehingga tidak ada yang perlu diperbaiki. Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam saat Stella berjalan untuk membuka pintu. Ia berjanji akan langsung menarik tangan suaminya sambil melakukan gerakan-gerakan erotis untuk menggodanya. Brakkk! Pintu pun terbuka, spontan Stella menarik tangan pria di hadapannya sehingga spontan ikut masuk. Detik berikutnya, Stella menyadari bahwa pria yang ia tarik tangannya bukanlah suaminya. Deg. Ini gila! Seketika kaki Stella terasa kehilangan tenaga. Tangannya pun mendadak seperti orang tremor. Stella kemudian berteriak, “Aaaaa!” Heiii, kenapa bos suamiku yang datang?!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD