Sebagai orangtua tunggal, melihat putri kecilnya tertidur lelap adalah sesuatu yang melegakan sekaligus menjadi pemandangan favorit Arga Wiranata setiap malam. Wajah mungil sang putri yang tahun ini genap berusia enam tahun itu membuat lelah yang dirasakannya setelah seharian beraktivitas seakan menghilang.
“Mimpi indah, Aurora,” ucap Arga pelan sambil merapikan selimut sang putri.
Setelah menutup pintu kamar Aurora dari luar, alih-alih masuk ke kamarnya tepat di samping kamar putrinya, duda berusia 36 tahun itu lebih memilih masuk ke ruang kerjanya sekalipun ini sudah hampir larut malam.
Arga mulai menyalakan laptop dan larut dengan pekerjaannya sebagai CEO dari OMJ atau singkatan dari Oh My Job—headhunter atau perusahaan rintisan yang menyediakan jasa konsultasi dan rekrutmen karyawan. Perusahaan yang Arga kelola ini masih berjuang untuk berkembang lebih besar lagi sehingga tak jarang Arga lebih suka terjun langsung alih-alih mengandalkan orang lain. Bahkan, bukan hal aneh misalnya Arga tiba-tiba mendaki gunung hanya untuk mencoba bernegosiasi dengan kandidat yang diinginkan.
Namun, secara tiba-tiba ponsel di mejanya bergetar tanda ada panggilan masuk. Selama beberapa saat Arga menatap deretan nomor yang tidak ada dalam kontak terpampang di layar, sampai kemudian pria itu menggeser layar ke warna hijau untuk mengangkatnya.
Betapa terkejutnya Arga ternyata yang menghubunginya adalah pihak Lunara Medical Center. Tentu Arga langsung waspada karena sudah marak sekali penipuan dengan modus ada kenalan yang kecelakaan atau terlibat kasus kejahatan. Biasanya penipu akan mengaku sebagai pihak rumah sakit atau polisi.
“Maaf kalau kami menghubungi malam-malam, benarkah saya berbicara dengan Pak Arga Wiranata?”
“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?” Arga masih berusaha tenang, tapi tetap waspada.
“Benarkah di OMJ ada staf bernama Randy Mahendra atau Ghea Anindita?”
“Benar. Mereka berdua staf OMJ. Sebenarnya ada apa, Pak?”
“Mereka terlibat dalam kecelakaan lalu lintas malam ini. Tentang Pak Randy, sayangnya kami tidak menemukan dompet atau KTP-nya. Hanya ada ID card di lokasi kejadian, ponsel pun hancur. Itu sebabnya kami menghubungi Pak Arga selaku CEO dari OMJ, mengingat ada kartu nama Anda yang kami temukan di tas Ghea Anindita,” jelas pria yang mengaku pihak rumah sakit di ujung telepon sana. Tak bisa dimungkiri ucapannya sangat meyakinkan.
“Tapi untuk Ghea Anindita, kami sudah berhasil menghubungi keluarganya karena terdapat KTP dan kontak darurat di dalam tasnya. Termasuk kartu nama Anda, Pak.”
Seketika Arga terkejut. Ini serius atau hanya penipuan? Dan kalau boleh berharap, Arga inginnya ini penipuan. Dengan begitu Ghea dan Randy dalam keadaan baik-baik saja. Namun, kenapa firasatnya mengatakan kalau ini bukanlah penipuan?
“Mereka sudah dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan medis. Baik Pak Randy maupun Bu Ghea, mereka sama-sama mengalami luka yang cukup serius. Bahkan, Pak Randy yang kondisinya cukup parah di bagian kepalanya baru saja masuk ke ruangan untuk menjalani prosedur operasi darurat,” jelas pihak rumah sakit lagi. “Sayangnya kami tidak bisa menghubungi siapa wali Pak Randy, itu sebabnya kami menghubungi Anda, Pak.”
Pihak rumah sakit kemudian meminta bantuan Arga agar memberikan kontak keluarga Randy. Hanya saja, Arga tidak tahu nomor istri Randy. Sedangkan untuk tempat tinggal … Arga tahu karena apartemen yang Randy tempati adalah aset pribadi Arga yang dijadikan bagian dari fasilitas dari OMJ. Untuk itu ia berencana mendatangi istri Randy secara langsung lalu mengajaknya ke rumah sakit bersama-sama.
Selesai bicara dengan pihak rumah sakit. Arga semakin yakin ini bukan penipuan. Terlebih, tidak ada tanda-tanda dirinya digiring ke arah pembayaran apa pun. Itu sebabnya Arga langsung bersiap-siap menuju RS Lunara, tentunya ia akan mampir ke apartemen yang Randy dan istrinya tempati. Pasti istri Randy sedang sangat khawatir karena suaminya tak kunjung pulang padahal malam sudah larut.
Arga menuruni tangga sambil memakai jaketnya. Bersamaan dengan itu, ibunya muncul dari arah dapur. Selain bersama putrinya, Arga memang tinggal bersama ibu kandungnya.
“Ibu belum tidur?” tanya Arga tepat saat menginjakkan kakinya di lantai dasar.
“Ibu terbangun karena haus. Kamu mau ke mana malam-malam begini?”
“Ibu tolong jaga Rora dulu, ya. Saya harus pergi karena ada staf kantor yang kecelakaan.”
“Ya ampun, bagaimana keadaannya? Semoga baik-baik saja.”
“Saya juga belum tahu keadaan pastinya, Bu. Kalau begitu saya pamit.”
“Hati-hati di jalan, Ar.”
Beberapa saat kemudian, mobil yang Arga kemudikan sudah keluar dari garasi rumahnya. Ia tidak lupa menutup kembali pintu garasinya. Detik berikutnya, mobil Arga seolah melesat membelah jalanan yang tidak se-hectic jam pulang kerja.
Sambil mengemudikan mobilnya, Arga mulai berpikir … kenapa Ghea bisa bersama Randy? Arga masih ingat betul sekretarisnya itu buru-buru pulang sejak jam empat sore. Ghea sempat izin ada urusan keluarga dan Arga tidak keberatan sama sekali. Tapi anehnya, kenapa Ghea bisa bersama Randy yang keluar dari kantor pukul delapan malam? Arga tahu karena mereka pulang dalam waktu yang hampir bersamaan.
Arga menggeleng. Itu bukanlah urusannya terlebih sekarang yang terpenting adalah mendatangi apartemen Randy untuk memberi tahu istri yang baru satu bulan Randy nikahi.
“Kalau nggak salah, namanya Stella,” gumam Arga.
Tiba di depan unit apartemen yang Stella dan Randy tempati, Arga langsung menekan belnya sampai beberapa kali karena tak kunjung dibuka. Apa Stella sedang tidur? Atau wanita itu sudah tahu kabar suaminya dan sudah ke rumah sakit lebih dulu?
Sampai kemudian pintu terbuka dan Arga langsung dibuat terkejut dengan Stella yang secara tiba-tiba menarik tangannya. Arga yang tak punya persiapan apa-apa otomatis terdorong masuk. Tahukah apa yang membuat Arga lebih terkejut? Penampilan Stella benar-benar seksi. Istri dari Randy itu memakai lingerie berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putih mulusnya.
Ini pasti ada kesalahan teknis! Kemungkinan besar Stella mengira yang datang adalah suaminya. Meskipun ada yang aneh, bagaimana mungkin bel berbunyi jika suaminya yang datang? Padahal seharusnya Randy bisa masuk sendiri karena tahu sandinya.
Arga yang masih tak menyangka dengan apa yang dilihatnya, tak lama setelahnya mendengar teriakkan Stella.
“Aaaaa!” teriak Stella.
Dengan cepat Arga langsung berbalik badan.
Stella pun bergegas kabur meninggalkan ruang tamu. Sialnya, saking panik dan buru-buru wanita itu malah menabrak partisi yang terbuat dari kayu sehingga membuatnya gagal menjaga keseimbangan. Stella terjatuh dalam posisi terduduk sambil mengaduh.
Arga yang semula membelakangi, mau tidak mau memutar tubuhnya untuk melihat keadaan Stella. Dengan cepat, ia membuka jaketnya lalu menggunakannya untuk menutupi tubuh wanita itu.
“Pakai ini dulu, hati-hati.”
Sambil menahan sakit pada kakinya sekaligus menahan rasa malu, Stella menutupi tubuh seksinya menggunakan jaket bos dari suaminya.
“Kamu pasti bingung kenapa saya datang ke sini,” ucap Arga kemudian. “Sekarang pakailah baju yang nyaman. Kita harus ke rumah sakit.”
“Ru-rumah sakit?”
“Randy kecelakaan,” ucap Arga, sangat berhati-hati.
Stella sangat terkejut. Tangannya gemetar. Rasa cemas langsung menyeruak memenuhi pikirannya. “Kecelakaan di mana dan bagaimana keadaannya?”
“Saya juga belum tahu lebih detail kronologi dan bagaimana keadaannya. Saya sengaja ke sini dulu karena pihak rumah sakit nggak punya kontak keluarga Randy. Mereka hanya bisa menelepon saya.”
Arga kembali berbicara, “Saya tunggu, ya.”
“Kalau begitu sebentar ya, Pak. Silakan duduk dulu.”
Secepatnya Stella langsung ke kamar. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan rasa malunya sekalipun bos suaminya sempat melihat tubuhnya hanya memakai lingerie. Ya, yang Stella pikirkan saat ini adalah … bagaimana keadaan suaminya?
Sementara itu, Arga yang kini duduk di sofa sedang menunggu Stella selesai berpakaian. Tentunya, ia juga berusaha menenangkan si gagah di bawah sana yang berani-beraninya langsung bereaksi. Apa karena Arga sudah sangat lama tidak melihat pemandangan seperti tadi?
“Sadarlah, dia istri bawahanmu,” batin Arga, memaksa tidak berpikir aneh-aneh.
Ponsel Arga kembali bergetar panjang tanda ada panggilan masuk. Itu nomor salah satu staf OMJ yang kemungkinan sudah tahu dengan apa yang terjadi pada Ghea dan Randy.
Arga kemudian menjawabnya. Selama beberapa saat ia mendengar suara seseorang di seberang telepon sana yang spontan membuatnya terkejut setengah mati.
“Apa? Meninggal?!”
Si-siapa yang meninggal?