Stella yang sudah berpakaian rapi dan tidak lupa membawa handbag di tangannya, secara tidak sengaja mendengar Arga sedang berbicara lewat telepon. Samar-samar ia mendengar bos suaminya itu mengatakan ‘meninggal’. Hal itu membuat jantung Stella semakin berdetak sangat cepat.
Bukankah wajar pada saat-saat begini Stella merasa sangat takut?
“Si-siapa yang meninggal, Pak?” tanya Stella dengan perasaan cemas yang hampir meledak. Jangan sebut nama Randy, tolong jangan!
Arga yang saat ini meletakkan ponselnya kembali ke saku celananya, kini mendekat ke arah Stella.
“Kita harus berangkat sekarang juga,” ucap Arga. “Saya barusan mendapat kabar kalau sekretaris saya, yang terlibat kecelakaan dengan Randy … dinyatakan meninggal,” sambung pria itu. Tampak jelas Arga sangat sedih.
Spontan Stella menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
Arga kemudian menjelaskan, “Saya rasa mereka sedang berupaya bernegosiasi dengan salah satu kandidat penting yang ingin kami rekrut untuk perusahaan klien. Saya nggak tahu kalau mereka benar-benar penuh effort, yang sampai malam berusaha bertemu dengan kandidat.”
“Padahal saya udah bilang, kalau kandidat bersikeras menolak … lebih baik cari yang lain saja. Tapi sepertinya mereka nggak menyerah, malam-malam pun mereka lakukan sampai akhirnya terlibat kecelakaan.”
Awalnya Arga sempat bingung, kenapa Ghea dengan Randy berduaan malam-malam begini? Tapi setelah dipikirkan, hanya itu kemungkinan yang masuk akal kenapa mereka bisa bersama. Selingkuh? Arga tak mau asal menuduh apalagi tanpa bukti. Terlebih sejauh ini ia tidak pernah melihat ada hubungan mencurigakan antara Ghea dengan Randy.
Selain itu, Ghea sudah meninggal dan fakta ini membuat Arga sangat syok karena tidak pernah mengira dirinya akan kehilangan sekretarisnya yang bahkan tadi siang hingga sore masih bekerja bersamanya.
“Randy memang pulang larut malam hampir setiap hari. Weekend pun dia masih sibuk dengan pekerjaannya,” ucap Stella.
Jujur, Stella bahkan sempat mengutuk bos suaminya berkali-kali, yang bisa-bisanya membuat pengantin baru pulang larut malam setiap hari sekaligus bekerja tanpa libur sekalipun di akhir pekan, tapi setelah bertemu Arga secara langsung, rasanya Stella kehilangan keberaniannya untuk memaki-maki bos suaminya itu.
Sampai pada akhirnya, di sinilah Stella dan Arga berada. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Stella duduk di samping Arga yang duduk di kursi kemudi sambil menyetir dengan kecepatan sedang.
Jalanan terpantau lancar, mungkin karena ini sudah tengah malam. Namun, perasaan dan hati Stella yang tidak lancar karena tak henti-hentinya merasa cemas. Meskipun ia menyebut suaminya itu aneh … tapi tetap saja Stella khawatir terjadi apa-apa pada suaminya itu.
“Kamu udah menghubungi keluarga yang lain? Orangtua kalian?” tanya Arga, yang sekaligus memecah keheningan di antara mereka.
“Besok aja. Orangtua kami tinggal di luar kota, takutnya syok. Harus bicara dengan sangat hati-hati,” jelas Stella. “Lagian mereka pasti udah tidur,” lanjutnya.
Selama beberapa saat, suasana kembali hening karena tidak ada yang bicara. Sampai kemudian, Stella memberanikan diri untuk berbicara lagi.
“Pak….”
“Ya?” jawab Arga, tanpa menoleh.
“Soal yang tadi, aku minta maaf banget. Aku benar-benar nggak tahu kalau yang datang itu Pak Arga. Aku kira Randy yang datang.”
“Saya udah menduga itu. Jadi, anggap aja yang tadi itu nggak pernah terjadi,” balas Arga.
“Aku memang baru mengganti sandi pintu, jadi kalau Randy datang … dia seharusnya menekan bel. Selain itu, hampir nggak pernah ada tamu yang datang semenjak aku tinggal di situ,” jelas Stella lagi.
Stella masih berbicara, “Ditambah lagi, Randy juga bilang memang nggak pernah ada yang datang bertamu, karena hanya orang tertentu aja yang tahu tempat tinggal Randy, jadi sedikit pun aku nggak mengira kalau yang datang itu bosnya Randy.”
“Seperti yang saya katakan beberapa saat yang lalu, anggap yang tadi nggak pernah terjadi. Mari melupakannya dan nggak perlu membahasnya lagi.”
***
Tiba di rumah sakit, Stella dan Arga langsung disambut dengan isak tangis keluarga Ghea. Ada ibu dan adik-adik Ghea. Mereka semua menangis sejadi-jadinya saat Ghea yang terbaring kaku didorong dari ruang operasi ke ruang pemulasaraan jenazah. Jujur, melihat keluarga Ghea menangis seperti itu membuat Stella takut. Bagaimana jika dirinya ada di posisi mereka?
“Randy, tolong bertahanlah,” batin Stella.
Pernikahan yang baru berjalan sangat singkat ini, jangan sampai berakhir lantaran dipisahkan maut se-cepat ini. Sungguh, walaupun Randy aneh dan menyebalkan, tapi tidak mengubah fakta kalau pria itu adalah suaminya. Stella tidak mau terjadi hal buruk pada suaminya itu.
Tim medis yang ada di sana langsung menjelaskan pada Stella dan Arga bahwa Ghea dan Randy sama-sama menjalani operasi darurat, sayangnya nyawa Ghea tidak tertolong karena lukanya jauh lebih fatal. Namun, bukan berarti luka Randy tidak serius. Tentu saja di dalam sana tim dokter sedang berusaha keras agar Randy bisa diselamatkan.
Sampai pada akhirnya, di sinilah Stella berada. Wanita itu duduk di kursi tunggu depan ruang operasi sambil berharap-harap cemas menunggu operasi suaminya selesai. Ia duduk seorang diri. Bos suaminya? Entahlah, Stella tidak tahu di mana Arga sekarang. Namun, yang pasti beberapa staf OMJ lainnya sempat pamit pada Stella kalau mereka akan bersama-sama melihat Ghea untuk terakhir kalinya. Ah, bisa jadi Arga juga di sana bersama staf lain.
Di sela-sela rasa gundah Stella, pintu ruang operasi terbuka. Sontak ia berdiri menghampiri sang dokter yang berjalan ke arahnya. Betapa terharunya Stella saat dokter mengatakan operasi berjalan dengan lancar. Hanya saja, butuh waktu sampai suaminya benar-benar siuman. Selama itu pula Randy benar-benar akan dipantau secara intensif oleh tim medis.
“Terima kasih, Dokter. Terima kasih banyak.”
***
Sementara itu, memang benar Arga sempat melihat Ghea untuk terakhir kalinya. Dan saat ini pria itu sedang duduk di taman rumah sakit sambil berbicara dengan kenalannya yang merupakan seorang polisi. Meskipun penyebab kecelakaan masih diselidiki, tapi ada dugaan kuat yang menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang dialami Ghea dan Randy.
“Apa kamu bilang?!” tanya Arga yang sangat terkejut dengan penjelasan Fadli, polisi sekaligus kenalan Arga. Bisa dibilang mereka teman walaupun tidak terlalu dekat.
“Mereka ditemukan dalam keadaan setengah telanjang. Ada jejak s****a juga di kursi kemudi.”
“Ya ampun….” Arga nyaris tidak memercayai ini.
“Bahkan underwear dan bra diduga milik Ghea ditemukan di dalam mobil. Ada kemungkinan dia melepasnya sebelum kecelakaan itu terjadi. Randy juga … dia sudah menurunkan celananya sampai kaki.”
Arga sampai tercengang.
“Mobil itu milikmu, kan? Kalau begini, saya rasa asuransi tidak akan meng-cover biaya perbaikannya karena jelas-jelas ini akibat kelalaian mengemudi.”
Sumpah demi apa pun, bisa-bisanya Ghea dengan Randy melakukan hal se-kotor itu. Ia benar-benar kecolongan. Sejak kapan mereka berselingkuh?
Tiba-tiba Arga jadi teringat Stella yang sangat terpukul dengan apa yang menimpa Randy. Tak bisa dibayangkan andai wanita itu tahu kalau suaminya kecelakaan saat berselingkuh.
Selesai bicara dengan teman polisinya, Arga kembali ke ruang tunggu di mana Stella masih duduk di sana. Wanita itu tampak menahan kantuk sampai beberapa kali memejamkan mata sambil menguap. Satu hal yang pasti … Stella terlihat sangat tulus mencintai Randy. Sangat kentara juga kalau wanita itu tampak takut kehilangan suaminya.
Bagaimana respons-nya andai tahu kalau suaminya selingkuh?
Stella, suamimu selingkuh….
Sanggupkah Arga mengatakannya sekarang?