"Aku lupa menaruh kuncinya di mana. Di tas nggak ada," jawab Orion berhenti sejenak untuk mencari kunci mobil dalam tas.
Orion dan Aries sengaja mengenakan pakaian pelayan yang dipinjamnya dari pelayan di rumah untuk menyamarkan diri agar tidak ada yang mengenali. Bagaimanapun juga pelarian saat ini harus berhasil, tidak boleh gagal atau rencananya memiliki Orion akan gagal seumur hidup.
"Biar aku bantu kamu mencari kuncinya." Aries bergerak cepat memeriksa setiap saku baju dan celana Orion untuk menemukan kunci.
Beruntung Aries menemukan kunci mobil di saku celana belakang Orion. "Ketemu!"
Keduanya kembali berlari menuju ke tempat mobil Orion terparkir yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.
Terdengar suara pintu mobil ditutup dengan buru-buru. Bahkan Aries tak menunggu Orion selesai mengenakan seat belt sudah melaju mobil kencang keluar dari rumah.
Tak sengaja Mawar yang berada di belakang rumah setelah bertanya pada yang lain mendengar suara deru mobil di luar sana. Dia berlari keluar dari rumah sampai ke jalanan untuk melihat mobil siapa tadi yang pergi.
Meski jauh dan tidak terlihat nomor plat mobilnya, namun Mawar hafal siapa pemilik mobil itu. "Astaga! Itu 'kan mobil Orion! Mereka berdua benar-benar gila! Aku tidak tahu apa maksud mereka melakukan ini!"
Mawar hanya menggigit bibir bawahnya saja melihat mobil Orion yang terus melaju hingga kemudian menghilang dari pandangan. Mungkin bila dia meminta sopir di rumah untuk mengejar juga tidak akan terkejar. Percuma, jadi dia biarkan saja. Biasanya juga seperti ini. Aries meminta Orion datang untuk membawanya pergi kalau dia kesulitan.
Di mobil Orion.
"Pelayan, berapa lama lagi kita akan pergi? Kemana kamu akan membawaku turun?" lontar Orion dalam mobil dengan senyum tipisnya setelah berhasil melewati situasi cukup menegangkan ini. Dia sendiri tidak tahu bagaimana situasi di rumah Aries sekarang seperti apa.
"Setelah ini sebaiknya turun di kamar mandi umum untuk mengganti pakaian ini dengan pakaianku," jawab Aries agak kesal dipanggil pelayan oleh Orion. Tak nyaman baginya dipanggil pelayan begini. Dia bukan seorang pelayan.
"Apa kamu marah aku panggil pelayan? Sungguh, kamu terlihat berbeda di balik seragam pelayan itu." Entah, Orion memuji atau meledek, tidak bisa dibedakan. Yang jelas dia melihat wajah muram Aries sekarang ini.
Aries diam. Seharusnya Orion tahu dia sebal, tapi wanita itu malah menggodanya. Meski begitu, tidak mungkin dia marah setelah apa yang terjadi barusan. Sekarang dia berpikir bagaimana kelanjutan hubungan mereka setelah ini. Dia pun langsung mengganti topik pembicaraan.
"Orion, aku mau kita menikah sekarang."
Orion yang wajahnya tenang mendadak berubah tegang. Jujur, dia saja belum memikirkan kelanjutan hidupnya setelah ini. Dia pikir, Aries tadi hanya bercanda membual tentang pernikahan mereka. Nyatanya pria itu kembali mengulang kata yang sama dengan penuh penekanan dan wajah yang serius. Apakah itu bisa dianggap hal tidak serius?
Mendadak kepala Orion terasa berat. Haruskah dia menikah dengan sepupunya sendiri? Tapi bila dipikir lagi, dia tidak siap kehilangan Aries lagi yang mungkin bila dia lepas akan jatuh ke pelukan wanita lain. Tapi menikah ... ini bukan masalah ringan.
"Bila kita menikah bagaimana dengan orang tua kita? Apakah mereka akan setuju?" kilah Orion untuk membuat Aries memberikan kelonggaran padanya.
"Restu? Kita tidak perlu mendapatkan restu dari mereka. Sudah pasti mereka tidak akan setuju. Kita bisa tetap menikah tanpa mereka. Aku juga akan cari penghulu setelah ini."
Orion benar-benar membeku di tempat tak bisa berkata lagi. Salah tadi dia memilih keputusan. Harusnya dia tak bilang setuju saja dengan permintaan Aries tanpa pikir panjang. Sekarang rasanya dia seperti terjebak di sebuah labirin gelap dan panjang tanpa ujung. Semoga saja dia tidak tersesat di dalamnya.
Aries terus melaju mobil. Dia melewati pertokoan dimana di sana ada galeri gaun pernikahan. Dia pun menghentikan mobil di depan salah satu galeri.
"Kenapa kita turun di sini?" tanya Orion melihat deretan baju pengantin dari kaca toko setelah turun dari mobil.
"Aku tidak akan menikah dengan seorang pelayan. Ayo, jangan tunda lagi." Aries bahkan langsung meraih tangan Orion untuk digenggam lalu membawanya masuk ke galeri menemui pramuniaga di sana.
"Tolong berikan gaun pengantin terbaru dan terbaik di toko ini pada istriku."
Pramuniaga ternganga mendengarnya. Bisakah seorang pelayan membayar gaun pengantin yang mahal? Namun karena profesional, dia pun tetap melayani dengan baik meski ragu Aries bisa membayar atau tidak.
"Silakan, gaun pengantinnya ada di sebelah sini." Pramuniaga menuju ke sebuah arah dan berjalan ke sana.
Orion yang diam terpaksa mengikuti pramuniaga itu menuntun, karena Aries terus menggenggam jemarinya erat, tak memberinya pilihan.
"Ini gaunnya." Pramuniaga menyerahkan gaun putih pada Orion.
Orion membawa gaun pengantin itu. Saat dia mau masuk ke ruang ganti, Aries kembali menangkap tangannya memintanya untuk menunggu dirinya dulu.
"Tolong carikan setelan jas pengantin untuk pria," ujar Aries pada pramuniaga.
"Baik, Pak, ditunggu sebentar." Pramuniaga kemudian menuju ke bagian jas pengantin pria dengan sejuta tanya dalam benaknya. Dia benar-benar tidak yakin Aries bisa membayar bajunya.
Orion kemudian berbisik lirih di telinga Aries. "Jasmu tadi kemana? Tidak kamu bawa?"
"Mana sempat aku membawanya. Tertinggal di kamar ganti pelayan di rumah tadi."
Tak lama kemudian pramuniaga datang membawakan jas pengantin pria seperti yang dipesan Aries. "Ini Pak, jasnya." Pramuniaga menyerahkan setelan jas hitam.
Aries menerima jas tersebut kemudian berjalan bersama Orion menuju ke kamar ganti. Cepat mereka mengganti baju yang mereka pakai saat ini. Mereka pun keluar bersamaan dari kamar ganti.
Bahkan pramuniaga yang melihat mereka berdua berganti baju kembali tercengang. Sungguh, Orion dan Aries terlihat berbeda sama sekali dengan sebelumnya yang mengenakan pakaian pelayan. Kini mereka terlihat elegan.
"Berapa total semuanya?" tanya Aries.
Pramuniaga menyebutkan sejumlah nominal. Aries kemudian mengeluarkan kartu kreditnya dan menyerahkan pada pramuniaga yang kembali tercengang untuk kesekian kalinya.
'Siapa orang ini sebenarnya? Apakah dia seseorang yang menyamar menjadi pelayan? Karena rasanya nggak mungkin seorang pelayan punya kartu kredit seperti ini.'
Pramuniaga kemudian mengembalikan kartu kredit milik Aries, masih dengan tatapan aneh.
Aries sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Dia segera mengambil kembali kartu kredit dan keluar dari galeri ini, masuk ke mobil. Sejenak dia menatap Orion dalam gaun pengantin.
"Ada apa menatapku begitu apa ada sesuatu di wajahku?" Orion merasa tidak nyaman saja dengan tatapan Aries.
"Nggak ada. Aku hanya ingin menatap wajahmu saja. Kamu terlihat cantik hari ini dengan gaun pengantin itu."
Pujian Aries membuat pipi Orion memerah. Dia pun segera mengganti topik pembicaraan. "Setelah ini kemana lagi kita akan pergi?"
"Ya, kamu mengingatkan aku bila kita harus bergegas. Kita akan menikah setelah ini."
Hati Orion rasanya mau melompat dari tempatnya. Sungguh, dia tak mengira akan menikah secepat ini di situasi yang tak terduga begini, tak ada restu dari orang tua, tak ada keluarga yang datang. Selain itu dia sendiri masih bimbang dengan pernikahan ini apakah benar dia mencintai Aries, hingga dia tak berdaya diajak menikah seperti ini?
Mobil melaju secepat kilat hingga kemudian tiba di depan KUA. Aries turun dengan cepat, penuh semangat. Sedangkan Orion masih membeku di tempat.
"Ada apa denganmu? Kamu berubah pikiran?" Kini Aries yang terlihat cemas dengan keadaan Orion. Ada rasa takut yang menelisik masuk ke d**a. Dia sungguh takut bila Orion batal menikah dengannya setelah berhasil kabur dari pernikahannya dengan Lila. "Kita sudah sampai sejauh ini. Bila kamu berubah pikiran maka aku akan kembali ke rumah dan menikah dengan Lila." Terpaksa, Aries mengancam Orion.
"Nggak! Apapun yang terjadi kamu nggak boleh nikah dengan siapapun." Orion lantas turun dengan cepat dari mobil kemudian melingkarkan tangannya pada lengan kokoh Aries.
Aries bisa tersenyum lega melihat Orion yang takut dengan gertakannya. Rupanya gampang sekali membujuk atau menakuti Orion.
Tiba di dalam, Aries langsung mencari penghulu yang bisa menikahkan mereka secara resmi. Beruntung setelah bicara agak lama dia pun menemukan seorang penghulu yang bersedia menikahkan mereka berdua.
Kini Orion dan Aries ada di sebuah ruangan untuk prosesi pernikahan.
"Tunggu sebentar." Aries kemudian menaruh perekam untuk merekam prosesi pernikahan sangat-sangat sederhana ini. Bagaimanapun juga dia harus mengabadikan momen sakral dan penting ini.
Selesai memasang perekam video, acara prosesi pun kemudian dimulai. Penghulu melaksanakan prosesi ijab qobul.
"Pernikahan kalian sudah sah di mata agama dan hukum." Penghulu mengakhiri acara prosesi.
Aries lega sekali akhirnya mereka resmi menikah. Berbeda dengan Orion yang terlihat kacau. Terlebih kala Aries mengganti panggilannya.
"Sayang, kita pasangan suami istri sekarang."