Eps. 6 Mengacaukan Pernikahan

1417 Words
Satu minggu berlalu. Terdengar suara ketukan pintu di depan ruangan Aries yang tertutup pada suatu pagi. "Masuk." Saat pintu dibuka, sekretaris Aries datang ingin membawakan dua kardus penuh berisikan pesanan Aries yang baru saja diambil dari sebuah percetakan. "Bos, undangan ini ditaruh di mana?" "Sudah jadi? Aku tidak menyangka seminggu berlalu dengan cepat. Taruh di meja sebelah sana saja." Aries menunjuk meja kosong yang ada di sisi lain di ruangan ini. Sekretaris Aries menaruh dua kardus besar itu ke meja yang ditunjuk. "Ada lagi yang bisa kubantu, Bos?" "Aku akan kirimkan daftar nama tamu undangan padamu. Selesaikan itu hari ini dan sebar undangan itu hari ini juga." "Baik, Bos." Sekepergian sekretarisnya, Aries kemudian beranjak dari duduknya. Dia bergeser ke sisi meja yang ada di dekat jendela. Di sana ada beberapa pajangan foto dirinya bersama Orion. Aries mengambil pigura foto itu. Dia lantas menatap lama foto Orion yang tersenyum dengan naik di punggungnya. "Apakah kebersamaan kita akan benar-benar berakhir sampai di sini?"Aries mengembuskan napas berat dengan wajah muram. Jauh dalam lubuk hatinya sana dia masih teringat semua momen kebersamaannya bersama Orion yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Setelah menikah nanti tentunya dia harus membatasi diri juga menjaga jarak dari Orion. Siang hari di studio foto Orion. Sebuah mobil berhenti di depan studio foto. Seorang pria turun dari dalamnya dengan membawa selembar undangan yang merupakan pesanan dari Aries. Aries mengutus sekretarisnya ini untuk mengirimkan undangan pernikahan pada Orion. Bisa dibilang dia adalah orang pertama yang menerima undangan darinya. Bel ditekan berdenting. "Masuk saja," ucap Orion setengah berteriak dari dalam. Dia sedang break, jadi sengaja menutup pintu studio. Tepat di saat pintu terbuka, Orion berada di balik pintu. "Juan, ada apa kamu ke sini? Masuk. Apa kamu diminta Aries datang kemari?" Biasanya memang seperti ini dulu. Aries seringkali mengirimkan makan siang Orion atau sesuatu yang lain. Atau terkadang mereka makan bersama, namun dua bulan ini pria itu jarang berkunjung menemui Orion. Dia pikir Aries sibuk dengan pekerjaannya makanya dia tak mau mengganggu. Rupanya selama dua bulan itu dia lolos dari pengawasan hingga mendapatkan Lila. Sungguh di luar prediksinya! "Iya, Nona. Mengantar pesanan Bos." Orion menatap tangan Juan, tak ada bungkusan atau sesuatu yang menonjol, namun Orion terlihat riang. Namun gurat wajah riang itu sirna sudah kala Juan mengulurkan undangan padanya. "Apa ini?" Orion hanya membaca sekilas nama mempelai pengantin yang tertera di bagian undangan. Hatinya terbakar habis membaca nama Aries dan Lila di sana. Rupanya rencananya selama ini gagal. Foto-foto panas Lila tidak berpengaruh pada Aries sama sekali. Hatinya bagai dicubit, perih! Dia pikir foto panas itu mampu mengguncang dunia Aries, nyatanya semua itu terbalik. Dunia Orion yang kini terguncang tanpa bisa dikendalikan. Tangannya gemetar memegang undangan pernikahan. Dia tidak akan sanggup membuka undangan pernikahan tersebut. "Aku nggak mau menerima undangan ini. Bawa kembali undangan ini pergi." Orion menaruh kembali undangan yang ada di tangannya pada tangan Juan dengan hentakan keras. "Tapi Nona, Bos bilang harus memberikan undangan pertama ini padamu." Tentu Juan tak ingin kena masalah karena penolakan ini. "Bilang aku sudah menerimanya. Terserah kamu mau buang undangan itu atau berikan pada yang lain." Tulang rahang Orion terlihat menegas. Dia pun masuk kembali ke studio setelah embusan napas panjangnya yang berat. Dia tidak ingin lagi membahas tentang pernikahan Aries yang begitu memukulnya keras. Juan hanya bisa menatap kosong kepergian Orion dengan berat, berharap semoga Aries tidak marah padanya. Setelah kepergian Juan, Orion menggebrak meja keras dalam frustasi. Dia sampai tidak bisa berpikir bagaimana lagi caranya menggagalkan pernikahan Aries? Ini membuatnya geram dan kehilangan akal. Terdengar suara dering ponsel di tengah kemarahan Orion. Tidak tahu siapa yang telepon, tapi Orion segera meraih ponselnya cepat dari meja yang ada di belakangnya. Setelah dilihat rupanya telepon dari Alex. "Halo, ya?" "Orion, bagaimana kerjamu? Aku menaruh harapan sangat tinggi padamu tapi apa? Aku menerima undangan pernikahan Lila dan Aries. Kamu sudah gagal menjalankan tugasmu." Suara Alex di seberang telepon terdengar parau dan resah. Setelah mengantarkan undangan untuk Orion, Juan mengirimkan undangan pada Alex. Itu semua juga atas perintah Aries. "Ini belum bisa dikatakan gagal sampai tanggal pernikahan berlangsung. Masih ada waktu untuk menggagalkan pernikahan mereka. Percaya padaku aku bisa melakukannya." Terdengar suara embusan napas berat dari Alex sebelum menjawab kembali. "Baik, aku percayakan masalah ini padamu. Aku berharap tinggi padamu, jangan kecewakan aku." Panggilan berakhir setelahnya. Tiba-tiba saja Orion merasa lemas, seluruh sendinya terasa lumpuh hingga dia jatuh terduduk keras di kursi tanpa bisa menahan tubuhnya. "Aries, kenapa kamu kali ini tidak mau mendengarkanku? Padahal bukti nyata sudah kukirim padamu. Bila kamu menikah dengan wanita lain yang baik aku masih terima. Tapi Lila? Apa bagusnya dia?" Orion rasanya hampir gila bila terus memikirkan Aries. Sungguh dunianya terasa gelap sekarang. Rambut lurus panjangnya diacak sampai berantakan. Di kantor Aries. Juan kembali setelah selesai menyebarkan undangan pernikahan Aries. Pria jangkung dengan jambang tipis yang tumbuh itu kemudian masuk ke ruangan Aries untuk melapor. "Bos, pekerjaan sudah selesai." "Bagus! Lantas bagaimana dengan Orion saat menerima undangan?" Aries terlihat penasaran sekali. Hanya itu yang dia pikirkan saat ini. Baginya penting sekali mengetahui bagaimana reaksi Orion. "Nona Orion bahkan tidak mau membuka undangan pernikahan tersebut dan langsung mengembalikan undangan itu padaku, Bos." "Begitukah?" Aries tidak tersenyum, namun entah kenapa hatinya merasa senang mendengar Orion sangat peduli padanya. Bukannya dia ingin menyiksa sepupunya. Sebenarnya dia sendiri cukup tersiksa dalam situasi ini. "Bos, tidak apakah membuat Nona Orion seperti itu?" "Ya, biarkan saja dia jangan pedulikan lagi." Bahkan pria berambut ikal ini terlihat tenang saat bicara, meski dalam lubuk hatinya sana bergejolak hebat. Satu minggu kemudian di acara pernikahan Aries. Orion telah mencoba berbagai cara untuk meyakinkan Aries, namun semua itu gagal. Dia sudah bicara panjang lebar dengannya sampai berbuih juga, namun hanya buang-buang tenaga saja. Dan hari ini merupakan hari penentuan. Baginya dia harus memakai segala cara apapun itu demi menggagalkan pernikahan ini. Karena ini adalah kesempatan terakhirnya. Di pernikahan Aries, Alex juga datang. Pria berwajah oval dengan jambang tipis itu berdiri persis di samping Orion dengan wajah gelisah. Beberapa kali dia menatap ke arah pelaminan dimana Lila dan Aries berdiri. "Orion, apa kamu yakin bisa menggagalkan pernikahan mereka hari ini?" bisik lirih Alex. "Kalau gagal, aku akan kembalikan semua DP yang sudah kamu kirimkan padaku. Ini menyangkut hidupku. Aku nggak akan melepas Aries begitu saja pada wanita lain, terutama Lila. Lihat saja nanti. Kamu cukup diam dan tunggu di sini. Lihat bagaimana pernikahan ini akan kacau." Orion berbisik lirih di telinga Alex dengan perasaan tidak karuan. Hatinya terbakar habis melihat senyum Aries yang terkembang di depan sana, sungguh rasanya dia ingin menyeret Lila turun dari pelaminan saja bila tidak banyak orang seperti ini. Orion menunggu kesempatan yang bagus. Dia benar-benar tidak sabar ingin segera mengobrak-abrik tempat ini. Tak lama terlihat Aries masuk ke ruangan. Entah memanggil siapa atau pergi ke toilet, tidak tahu. Orion hanya mengikuti Aries. Menurutnya ini adalah kesempatan yang datang yang sudah dia nanti-nanti sejak tadi. Nyatanya pria itu masuk ke kamarnya. Pernikahan ini sendiri digelar di rumah, bukan di hotel. "Aries tunggu!" teriak Orion yang sejak tadi menahan diri. Aries berhenti. "Ada apa?" "Aku mau bicara denganmu. Ini penting sekali." "Bila itu mengenai pernikahan ini aku tidak mau dengarkan." Aries menjawab dengan tenang dan wajah yang datar. Orion diam merespons, artinya tebakan Aries benar sepupunya ini hanya ingin membahas masalah pernikahannya. Sampai bosan rasanya mendengarkan larangan Orion seperti sebelum-sebelumnya. Pria dengan garis wajah sempurna ini berbalik dan kembali melangkah masuk ke kamar. Orion mengejar Aries, ikut masuk ke kamar. Dia langsung menutup pintu dan menguncinya rapat agar bisa bicara empat mata. "Aries, kamu bodoh atau apa? Aku tidak tahu kamu gila hari ini. Bisa-bisanya kamu menikah dengan wanita tidak benar seperti itu. Akhiri ini sebelum kamu menyesal seumur hidupmu." Orion memojokkan Aries ke sisi dinding. Satu tangannya ada di bahu pria pemilik mata lebar ini. "Kamu masih belum bosan menghentikanku menikah? Katakan sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini padaku?" Nada bicara Aries yang tenang kini berubah meninggi. "Berikan aku alasan yang jelas yang bisa meyakinkan aku." Aries, menyingkirkan tangan Orion dari bahunya. "Aku akan melakukan apapun yang kamu minta bila kamu membatalkan pernikahan ini." Aries menaikkan sebelah alis dengan mata berkilat. "Benar yang kamu ucap? Apapun akan kamu lakukan? Kamu akan menurut padaku?" "Ya." Aries kini maju dan mendesak Orion mundur sampai wanita itu jatuh ke ranjang. Aries kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas Orion dan menguncinya di bawah tubuh. "Kamu tidak akan pernah bisa menarik ucapan yang sudah kamu ucapkan padaku."Aries lantas mengikis jarak. Dia menempelkan hidungnya pada hidung Orion. "Aries, apa yang mau kamu lakukan padaku?" Aries langsung memagut bibir Orion.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD