Bab 47 Dua Mata Panah

1250 Words

Hujan turun pelan, mengetuk jendela kaca seperti bisikan dari masa lalu yang ingin masuk. Lampu kuning lembut menerangi ruang tamu apartemen kecil itu. Sofa cokelat tua, meja kopi bundar, dan satu pot tanaman artifisial yang nyaris mati—tempat itu bukan untuk kenyamanan. Tempat itu untuk mengasingkan. Jake berdiri di dekat jendela, mengenakan kaus gelap dan celana taktis. Satu tangan menyentuh pelatuk pistol di pinggangnya, yang lain memegang cangkir kopi yang sudah dingin. Aulia duduk di sofa, bersandar malas tapi matanya tajam. Rambutnya digulung setengah, mengenakan hoodie kelabu, wajahnya terlihat lelah—tapi bukan lemah. “Jadi... Arya menyuruhmu menjagaku?” tanyanya datar. Jake mengangguk tanpa menoleh. “Sampai dia kembali. Dan kau tidak boleh keluar. Bahkan untuk beli lip balm.”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD