Bab 46 Pedang dan Tombak

1034 Words

Ruang makan pribadi itu sepi, mewah, dan nyaris tanpa suara. Tirai beludru merah marun ditarik rapi, dan lampu gantung kristal berayun pelan oleh angin AC. Di tengah meja panjang berlapis linen putih, lilin kecil menyala di dalam tempat kaca. Aroma lembut rosemary dan lemon tercium samar. Celestine sudah duduk lebih dulu. Tubuhnya tegap, anggun dalam setelan putih bersih dengan bros mawar hitam di kerah. Wajahnya nyaris tanpa ekspresi, tapi matanya tajam mengawasi setiap detik yang berlalu. Pintu dibuka oleh pelayan. Arya masuk, mengenakan jas abu muda, dasi hitam longgar. Rambutnya klimis, tapi ada bayangan lelah di bawah matanya. Ia berhenti sejenak, lalu tersenyum kecil—senyum yang sudah tidak lagi bisa membuat Celestine goyah. “Lama tak makan siang berdua,” ujarnya ringan, duduk di

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD