Lampu kota berkelip seperti berjuta bintang yang menyapa dari balik jendela apartemen. Udara hangat menyusup masuk, membawa aroma lembut dari taman kota yang tak jauh dari situ. Celestine duduk di sofa, menatap Aidan yang tengah menuangkan dua gelas anggur merah dengan gerakan santai. Setelah semua yang terjadi—keraguan, penyelidikan, dan benturan hati—malam ini terasa lebih lunak. Seolah memberi ruang bagi jiwa yang ingin bernapas. Tatapan mereka bertemu, dan dalam keheningan itu, ada pemahaman yang tak butuh penjelasan. Aidan melangkah mendekat, menyerahkan satu gelas. Tangannya yang menyentuh jemari Celestine terasa hangat, bukan hanya dari anggur yang ia pegang, tapi dari getar yang lebih dalam. Celestine menerimanya, menatap wajah Aidan dengan mata yang tak lagi sepenuhnya curiga, t

