Setelah Jake pergi, ruangan terasa kosong dengan cara yang aneh. Bukan karena keheningan, melainkan tekanan yang tersisa. Seperti ruangan itu masih menyimpan jejak niat buruk yang belum selesai. Celestine berdiri cukup lama di depan jendela, membiarkan siluet Jakarta malam menempel di wajahnya. Tangannya menggenggam ponsel, tapi tak ada pesan dari Aidan. Biasanya dia akan mengirim emoji, kalimat singkat, atau suara rendah khasnya yang menenangkan: "Still breathing, darling?" tapi malam ini, hening. “Aidan belum menghubungi,” gumamnya nyaris tanpa suara. Celestine menatap layar ponselnya, menampilkan dirinya dan Aidan, sedang berpelukan dan tertawa bersama. Pria muda dan gagah itu memancarkan aura cinta yang menggelora. Bohong kalau Celestine tidak merindukannya, tetapi dia harus bertaha

