Ayami

1023 Words
"Jaka.." panggil Damian memanggil nama orang kepercayaannya. "Ya, Tuan. Saya." Jaka berdiri di samping Damian yang duduk di sofa ruang kerjanya. Pagi ini, Jaka memang turut serta. Menyiapkan keperluan kerja Damian. Pagi sekali mereka harus meninggalkan kediaman Damian yang entah berada dimana. Peta saja mungkin tak memuat tempat tinggal tersembunyi laki-laki itu. “Ada apa Tuan?” Damian membalikkan sedikit tubuhnya, tak banyak karena laki-laki itu saat ini tengah berada pada posisi duduk. Pria itu menatap penuh rasa haru pada Kepala rumah tangganya yang setia berdiri di sampingnya. Matanya berkaca-kaca, seolah tengah membagikan kabar paling membahagiakan selama dirinya hidup sebagai manusia. "Semalam, dia memulainya. Istriku, memberikan dirinya tanpa aku memintanya." Jaka, si kepala pelayan menyerngitkan satu alis matanya. Tuannya itu terlihat seperti anak TK yang tengah memamerkan mainan barunya pada teman sebaya. Wajahnya yang datar benar-benar kontras dengan binar kebahagian di mata laki-laki itu. Padu padan itu sungguh tidak pantas untuk wajah sang Tuan, yang terlihat garang. "Ini bukan mimpi." Lirih Damian yang masih bisa didengar oleh Jaka. Jaka tak mengerti, sebenarnya bagaimana cara kerja otak Tuannya itu. Wanita Tuannya, Jaka tahu persis apa hubungan sebenarnya antara ke dua manusia tersebut. Hubungan yang seharusnya tak bisa diterjang begitu saja. Harusnya... Tapi apalah daya seluruh isi alam semesta jika berhadapan dengan cinta. Jaka tak sepatutnya membuat sebuah pertimbangan dengan dalamnya perasaan seseorang. Terlebih keduanya terlihat memang saling mencintai satu sama lain. "Jaka, suruh orang untuk membangunkan Amel. Istri Saya belum sarapan, pasti dia lapar Jaka. Semalam dia memakan saya.” pinta Damian. Ia tidak malu-malu membongkar apapun di hadapan Jaka. Damian menyunggingkan senyumnya. Pagi tadi matanya terbuka, tubuh Amelia yang berada di dekapannya membuat semangat yang akhir-akhir ini redup baterainya, kembali terisi hingga penuh. Pertunjukan indah bersama Amelia semalam terasa begitu berbeda dari sebelumnya. Malam tadi terasa sangat menakjubkan. Damian tak bisa melupakannya. Terlalu istimewa.. Andai saja pagi ini dia tidak ada meeting penting membahas kerja sama antara hotelnya dengan investor, mungkin Damian akan tetap berada di atas ranjang, mendekap tubuh indah itu seharin penuh. Andai saja mereka tetap tinggal di gedung yang sekarang ia pijaki, mungkin untuk mencuri waktu bersama wanitanya tak memerlukan perjalanan tempuh yang lama. Damian harap, suatu saat ia bisa begitu. Bekerja ditempat yang sama dengan tempat dimana istrinya tinggal, agar sewaktu-waktu jika rindu dalam waktu singkat ia bisa melihat wajah cantik itu. "Jaka, kamu pulang saja. Tolong urus istri Saya. Siapkan makanan. Satu lagi Jaka. Tanya dulu dia mau makan apa. Pasti dia lelah karena percintaan kami semalam. Jaka, tolong dia butuh makanan untuk mengisi tenaganya yang hilang." Jaka tersentak. Bukan karena Damian— Tuannya, itu mengatakan kata vulgar tentang aktivitas dia dan wanitanya, melainkan karena kata Tolong yang tak pernah Jaka dengar dari bibir laki-laki itu sebelumnya. Belum lagi kata berulang seolah Tuannya tidak fokus dengan kalimatnya sendiri. Damian Wijaya mengucapkan kata tolong? Haruskah Jaka berterima kasih pada Sang Nyonya? Wanita seperti apa sebenarnya adik dari Tuannya itu sampai bisa merubah seorang Damian yang dingin dan angkuh menjadi selayaknya manusia yang sesungguhnya. "Jaka pulanglah! Saya sudah menyiapkan Helly di atas. Tolong, ya." Anggaplah Jaka tuli atau salah dengar karena berulang kali mendengar kata 'Tolong' yang langka tersebut. Tapi... "Jaka, Saya suruh kamu pulang. Apa kamu ingin mati karena membiarkan istri Saya kelaparan?" Nah, ini baru terasa benar, batin laki-laki yang hanya berjarak sepuluh tahun dari usia Tuannya. "Baik, Tuan. Saya pasti akan melaksanakan perintah, Tuan. Saya undur diri." Pamit Jaka pada akhirnya. Ia tidak perlu ragu meninggalkan Damian karena sepertinya laki-laki itu memang benar Tuannya. Damian bangkit dari sofanya saat pintu ruang kerjanya tertutup. Tak ada satu orangpun disana kecuali dirinya. Dari lantai dua belas kantornya, ia bisa melihat ramainya Kota Jakarta. Matanya terus menatap barisan mobil yang berjalan lambat jalanan. "Hadirkanlah penerusku dalam rahimnya. Sekali saja, hanya itu pintaku. Tidakkah engkau kasihan padaku, Tuhan?" gumam Damian, masih menatap jalanan lewat kaca kantornya. Amelia, kapan ia bisa benar-benar menikahi wanitanya itu. Ia ingin seluruh manusia tahu, jika wanita cantik itu adalah miliknya, kepunyaannya. Haruskah Damian membuat Amelia seolah-olah mati, lalu merubah semua identitas wanita itu agar negara bisa mengesahkan pernikahan yang ia inginkan bersama Amelia? "Damian..." Damian membalikkan tubuhnya saat mendengar suara wanita yang memanggil namanya. Matanya menatap wanita yang membuka pintu ruang kerjanya dengan perasaan was-was. Wanita itu berjalan sembari menebar senyum sensualnya pada Damian. Jari-jarinya yang lentik sengaja membuka zipper bagian dadanya yang ketat. "Baby, aku rindu kamu." bisik wanita itu ditelinga Damian. Wanita yang Damian kenal tersebut langsung menyerang Damian, mengecupi rahang kerasnya secara beruntun. ‘Ayami,’ batin Damian. Sejak kapan sahabatnya itu pulang dari Berlin?! Bukankah wanita itu pergi dengan kekasihnya tiga bulan yang lalu, meninggalkan dirinya yang menentang keras pernikahan sang sahabat dengan pengusaha muda yang telah memiliki istri. Ayami Swastika merupakan sahabat lama Damian. Mereka menempuh Pendidikan bersama di kampus dan fakultas yang sama. Selama ini wanita tersebutlah yang menjadi pelampiasan Damian kala pria itu merindukan Amelianya yang berada jauh di belahan dunia lain. Beberapa tahun ini, Ayami menjalin hubungan terlarang dengan seorang pengusaha muda. Sayang, pilihan wanita itu jatuh pada suami orang hingga membuat Damian berang. Berulang kali Damian telah mengingatkan resiko terberat dari pilihan Ayami, tapi sahabatnya tersebut selalu saja keras kepala. Finalnya, Damian melepaskan Ayami sepenuhnya. Ia tidak lagi berhubungan dengan seseorang yang jelas-jelas membagi tubuhnya dengan pria lain. Amelianya tidak akan pernah melakukan hal sekotor Ayami. Wanita yang secara perilaku Damian anggap menyerupai sang adik itu ternyata berbeda. Sangat jauh. “Ayami! Apa yang kamu lakukan disini!” sentak Damian sembari mendorong tubuh Ayami menjauh. Nyatanya, Ayami tak membiarkan Damian lolos. Wanita itu memerangkap Damian dengan pelukannya. Menjerat sang pejantan di masa lalu dengan tubuh bagian atasnya yang hanya berbalutkan dalaman saja. "Masuki aku Damian, Regal tidak bisa memuaskanku seperti kamu, Baby. Damian, Aku sangat merindukan kamu. Nggak apa-apa kamu menganggap aku Amel. Aku hanya mau kamu sekarang.” Desahnya ditelinga Damian. “Jadikan aku Ayami kamu yang dulu.. Kali ini aku tidak akan pergi lagi.” Wanita itu tidak pernah tahu jika Damian telah mendapatkan pemeran utamanya. Menghilang bersama sang kekasih hati tak membuatnya mengetahui segala tindak-tanduk bayangan Damian. Ia terus menggoda Damian. Gairahnya tak akan padam sebelum menaklukan Singanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD