Om Galak

1064 Words
Baru saja menghabiskan mie nya, Alina dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Alina penasaran siapa yang datang. “Tunggu,” ucapnya. Dan saat pintu dibuka, Alina kaget melihat siapa yang datang. Dihadapannya berdiri seorang driver ojek online, dan ia berkata, "Mbak, ini pesanannya." Alina yang merasa tidak pesan apapun menolak, "Saya tidak pesan, Pak." Driver ojek online itu menjawab, "Dengan Mbak Alina, kan?" Alina mengangguk, "Ya, memang nama saya Alina.” Untuk meyakinkan driver ojek online itu, “Alina Maheswari?" Alina berkata, "Ya, nama lengkap saya itu memang. Tapi saya tidak merasa pesan apapun, Pak." Driver itu pun berkata, "Yang pesan Mas Adi, Mbak. Katanya ini darinya. Pesannya juga, 'Silahkan dimakan, jaga kesehatan.' Katanya Mbak harus sehat, kan, bentar lagi akan menikah sama Mas Adi." Alina memanyunkan bibirnya. "Silahkan diterima, Mbak," pinta driver itu. Setelah Alina tahu bahwa pesanan itu dari Adi, ia pun menerimanya, berterima kasih lalu masuk ke dalam kosannya. Alina mendengar notifikasi di ponselnya dan ia duduk di tepi tempat tidur lalu mengambil ponsel. Rupanya itu pesan singkat dari Adi. (Adi: Makanannya harus langsung dimakan! Kalau tidak, kamu akan dapat hukuman.) Alina menggerutu, "idih main perintah. Aku sudah makan. Lebih baik aku makan saja nanti. Lagian, dimakan nanti juga dia tidak akan tahu." Pikirnya. Alina pun memutuskan menyimpan kotak makanan yang dikirim driver ojek online itu di dekat mangkuk bekas mie instan. Alina duduk di atas tempat tidur dan ia berselancar di media sosial. Ia sedang merasa bosan, jadi ia menonton film komedi. Hanya dengan menonton komedi seorang Alina bisa tersenyum bahkan tertawa. Alina tertawa keras melihat adegan lucu di film komedi yang ia tonton. Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan pintu. "Siapa lagi yang datang. Mengganggu saja," gumam Alina sambil berjalan menuju pintu. Alina membuka pintu dan melihat Adi berdiri di sana. Tanpa diundang, Adi nyelonong masuk. Alina berseru, "Eh, kamu tidak boleh masuk! Nanti ibu kos marah." Adi menjawab, "Aku sudah bilang, saudara kamu. Dia tidak akan marah." Alina bertanya, "Untuk apa ke sini sih?" Adi menjawab, "Aku mau cek, apa makanan yang aku pesan sudah dimakan atau belum." Alina menjawab, "Belum." Adi melihat kotak yang dicurigai makanan yang ia pesan. Dia mengambilnya dan membuka, ternyata makanannya masih utuh. Adi menatap Alina tajam. Alina menjelaskan, "Aku baru makan, aku masih kenyang. Masa harus makan lagi, yang benar saja." Adi melihat mangkuk bekas mie instan. Dia bertanya, "Makan mie?" Alina menjawab, "Ya. Memang masalah?" Adi menjawab, "Tentu saja, karena kamu tidak ikuti perintahku. Kamu aku hukum." Adi menghubungi seseorang lewat ponsel, Alina mengerutkan keningnya dan bertanya, "Dia menghubungi siapa sih?" Adi berkata pada orang di seberang telepon, "Kesini sekarang bawa koper besar." Alina makin tidak mengerti. Adi lalu melihat ke arah Alina, "Mulai sekarang kamu tinggal di rumah kakek." Alina melebarkan matanya, "Hah?" Adi berseru, "Jangan 'hah', 'heh', 'hoh'! Ingat, kamu sudah terikat perjanjian denganku. Ikuti saja perintahku." Alina tak bisa berkomentar lagi. Alina benar-benar merasa jadi b***k Adi. Dia bahkan tak bisa protes. Setibanya di kediaman Willy Adhitama, Alina langsung diantar ke salah satu kamar tamu yang terletak di lantai satu. Sementara Adi, setelah mengantar Alina, pergi entah kemana lagi. Alina diantar oleh asisten rumah tangga perempuan, dan Alina dipersilahkan masuk. "Silahkan masuk, nona. Ini kamar Anda untuk sementara. Setelah menikah dengan Tuan Adi, Anda akan pindah ke kamar Tuan Adi yang ada di lantai dua. Silahkan beristirahat," ucap asisten rumah tangga tersebut sebelum pergi meninggalkan Alina dan kopernya. Semua pakaian Alina yang ada di kostan semua diangkut. Hanya karena tak langsung makanan yang dipesan Adi, kini ia harus terima tinggal di rumah besar nan mewah milik Willy Adhitama. Alina menutup pintu kamarnya dan melihat kamar itu begitu luas, dengan ukuran empat meter kali empat meter. Alina mengingat kata-kata asisten rumah tangga tadi, bahwa setelah menikah dengan Adi, ia akan pindah ke kamar Adi yang ada di lantai dua. Alina menutup matanya, merasa sedikit cemas. "Kok serem ya. Biasanya kan setelah nikah pasti ada malam pertama. Apa yang akan terjadi nanti ya?" pikir Alina dalam hati. Alina pun berseru, "Ah, lebih baik aku jangan memikirkannya. Aku baru ingat aku ini hanya istri bayaran." Alina tersenyum. Kini perasaannya tenang kembali. Merasa lelah, Alina berjalan ke arah ranjang yang terlihat begitu menggoda. Alina menjatuhkan tubuhnya dan merasakan betapa empuknya ranjang itu. Memejamkan matanya, Alina merasakan kelembutan di sana. "Apa ini rasanya surga dunia?" bisiknya. “Aku dibuang keluarga, tapi dinikahi miliarder,” ucapnya lagi. Alina menatap langit-langit kamar itu, dan tersenyum. Setelah itu Alina memejamkan mata dan terlelap tidur. Baru saja beberapa menit memejamkan mata, Alina dikejutkan oleh seorang lelaki yang menyuruhnya bangun. "Bangun!" serunya keras. Alina langsung membuka mata dan ternyata itu Adi. Adi sudah berdiri tak jauh dari ranjang. Alina beringsut duduk lalu berdiri. "Ada apa?" tanya Alina. Adi pun berkata dengan nada tajam, "Kalau mau tidur, ganti baju dulu! Biasakan seperti itu." Alina menjawab, "Bajuku bersih." Adi tak mau kalah, "Tahu dari mana bersihnya? Hah!" Alina menjawab sambil menunjukkan pakaiannya, "Lihatlah. Bersih. Ga ada noda." Adi menggelengkan kepalanya, "Kamu kira baju kotor itu harus ada noda?!" Alina kaget dengan sikap kasar Adi. Adi lalu berkata, "Dari mana pun, kalau dari luar, ganti baju baru boleh duduk di sofa atau ranjang. Kalau kamu tidur dengan pakaian kotor, sprei nya jadi kotor tau! Ini bukan rumahmu. Rumah ini punya peraturan." Alina pun sadar, ia hanya numpang tinggal di sana. Ia pun mengangguk, "Baiklah, aku akan ganti baju." Adi pun menanggapi, "Nah gitu dong. Harusnya dari tadi kamu bilang iya saja. Susah amat." Alina pun beranjak ke arah koper, dan saat Alina berjalan, Adi memberi perintah, "Setelah ganti baju, rapikan pakaianmu di lemari. Aku tidak suka melihat berantakan," ujarnya. Alina pun menjawab, "Iya, om." Adi melebarkan matanya, "Apa? Kamu panggil aku, om?” Alina menjawab setelah ia mengambil pakaian dan berdiri di hadapan Adi, "Iya, aku panggil om saja. Biar sopan. Usia kita kan bedanya sepuluh tahun kan? Atau bahkan lebih?" Adi berseru, "Sepuluh tahun! Jangan melebih-lebihkan umur." Alina pun menjawab, "Ya, lebih baik om saja. Soalnya ternyata kamu galak. Eh, om galak." Adi berseru, "Galak dari mana?!" Alina menjawab, "Ngaca aja deh, omnya. Sudahlah, aku mau ganti baju dulu," ujar Alina. Alina meninggalkan Adi dan masuk ke kamar mandi. Adi mengusap wajahnya kasar. Adi berkata dalam hati, ‘Alina tak sepolos yang kukira. Ada saja jawabannya ketika ku perintah. Tapi ya sudahlah, tidak ada lagi target yang pas untuk aku jadikan istri bayaran.’ Sementara itu Alina terpaku sesaat setelah masuk kamar mandi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD