Sejak tadi Vanya lebih banyak menjawab dengan anggukan dan gelengan kepala. Entah benar-benar paham atau takut dengan papanya. Tapi pada akhirnya anak itu pamitan dan bangkit untuk mengambil baju ganti. Bram masih diam memperhatikan, kalau Vanya patuh dan mengerti dengan ucapannya, dia tidak jadi pergi. Tapi ternyata pergi juga. "Vanya pamit dulu, Pa." Vanya mencium tangan sang papa sambil membawa ransel kecil di punggungnya. "Pamitan dulu sama Bunda." Vanya mengetuk pintu kamar papanya, tapi tidak ada sahutan. "Bunda mungkin tidur, Pa." "Ya sudah, nggak apa-apa." Setelah Vanya pergi, Bram memandang kamarnya yang tertutup rapat. Semoga Puspa tidak mendengar, bahkan tidak tahu kalau ada Santi datang. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan melangkah masuk kamar. Dilihatnya Puspa berbarin