Titik Terang 2

1036 Words

"Tapi sekarang ayah sadar. Ketakutan itu mengakibatkan kamu menahan rasa sakit ini sendirian. Jadi jangan takut lagi untuk terbuka pada ayah dan ibu. Tentang apapun itu. Selagi ayah dan ibu masih hidup, kami akan selalu ada untukmu dan mbakmu. Jangan khawatir, ayah nggak akan melakukan apa yang kamu cemaskan." Puspa mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Pada saat yang bersamaan pintu kamar terkuak. Bram mengucapkan salam dan tersenyum pada istri dan mertuanya. "Dokter Anggi sudah menunggu di ruangannya. Kita bisa pergi sekarang," ucapnya pada Puspa. "Iya." Wanita itu berdiri dan membenahi jilbabnya. "Ibu, temani aku, ya," pintanya pada sang ibu. "Nak Bram lebih paham daripada kami, Nduk. Ayah dan ibu akan menunggumu di sini. Bukan ibu nggak mau, tapi biar kamu lebih bebas bercerita."

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD